Extra Chapter

1.2K 101 9
                                    

Dandelion yang ditaruh pada vas kecil di atas nakas itu bergerak ke sana-kemari bak diguncang ombak. Terombang ambing. Tangkai-tangkai kecil yang menyatu pada putik besar di tengah itu nyaris lepas. Jika saja angin yang berembus lebih kencang, barangkali benar-benar dapat membuatnya terbang bebas ke mana pun mereka mau.

Bebas ke mana pun. Berpisah dari yang lain dan akan menemukan tempat akhirnya masing-masing. Menyisakan tangkai kosong yang akan layu dan berganti pada benih yang akan tumbuh suatu hari nanti.

Berulang-ulang terus begitu, layaknya penantian seorang wanita yang tetap setia menunggu sang pujaan hati. Bertemu lalu menjauh kembali, menunggu untuk pertemuan selanjutnya yang tak bisa diketahui waktu mana yang menjadi bagian indah hidup dari dua insan tersebut untuk saling membelai kasih bersama. Lalu kembali dipisahkan dalam jarak yang jauh sekali. Berulang seperti hari-hari berlalu, sedari fajar kemudian hingga larut malam. Berganti hari.

Kini, balutan cahaya mentari pagi menyinari hari, sinarnya masuk melewati celah-celah ventilasi yang membingkai di atas jendela mati. Kini tak ada lagi kata menanti, selagi sang pemeran utama telah ada di sisi. Kehangatan kembali dirasa ketika sebuah tubuh menginvasi tempat di sebelah yang sejak bertahun-tahun tak pernah diisi.

Setelah kian lama waktu berjalan, Sakura telah menemukan balasan akan penantiannya. Sasuke yang merupakan tokoh utama dalam hatinya kini telah kembali. Mengisi kekosongan dalam dirinya lagi.

Sakura tersenyum lembut memandangi lekuk sempurna milik sang suami yang telah lama dirindukan. Jari-jari lentiknya menyusuri pipi mulus berkulit pucat itu, merasakan hawa dingin pada permukaan kulit bercampur embusan hangat dari napas yang keluar secara teratur tiap dua detik sekali.

"Engh ...,"

Sakura tersentak kecil tatkala Sasuke mengerang pelan dan mengerjap sebelum membuka kedua matanya.

"Selamat pagi."

Ucapan salam itu keluar dengan mudah disertai senyuman hangat yang membuat pagi Sasuke lebih baik dibanding beberapa tahun kosong berlalu. Ia serta-merta ikut tersenyum tipis. "Pagi." balasnya.

Sakura bangkit, melangkah ke kamar mandi lalu keluar dengan wajah segar setelah mencuci muka. Ia berniat turun untuk memasak sarapan. Di bawah, Sarada sudah siap dengan celemek merah muda yang bertengger manis pada tubuh mungilnya. Sakura tersenyum lalu mengucap salam pagi pada sang putri.

"Selamat pagi, Mama. Di mana Papa?" Sarada mencuci sayuran di wastafel tanpa melirik Sakura. Fokusnya tetap namun pikirannya melayang pada hari di mana pertemuan pertamanya dengan Sasuke kemarin membuatnya selalu tersenyum sejak bangun tidur.

"Papa masih di atas. Aku yakin, sudah lama ia tidak mendapat istirahat yang cukup selama bertahun-tahun,"

"Mama benar."

Sakura berjalan menuju wastafel, ia mengambil keranjang sayuran yang telah dicuci oleh Sarada di sana. Sejenak tersenyum ketika melihat beberapa buah tomat di antaranya.

"Mama bilang, Papa sangat menyukai tomat. Jadi, aku menyiapkannya untuk masakan pagi ini." Sakura terkekeh dan berdeham pelan sambil memilah tomat yang bagus. Ia lalu melihat Sarada yang tersenyum cerah, wajahnya benar-benar memancarkan kebahagiaan yang sebenarnya, tidak seperti tahun-tahun berlalu tanpa Sasuke dulu.

"Papa belum pernah makan masakanmu, mungkin dia akan suka jika kau yang memasak sarapan." kata Sakura.

Sarada mengangguk dengan senyum malu-malu.

Sang putri Uchiha itu membuka laci dan mengambil stoples berisi kaldu jamur. Ia berniat membuat sup miso tomat, persis seperti apa yang disukai papanya. Memikirkan hari-hari indah yang akan terjadi sampai besok bersama sang papa membuatnya tidak bisa tidur semalaman. Kendati Sasuke hanya dua hari di rumah, ia sangat bersyukur karena bisa bertemu bahkan menghabiskan waktu bersamanya dan sang mama. Itu sudah sangat cukup bagi dirinya.

I Am Waiting For You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang