Sakura berdiri di depan cermin. Hari ini, ia akan pergi bersama Naruto. Mempersiapkan semuanya yang berhubungan dengan kabar tak pasti tentang kepulangan Sasuke, entah untuk apa. Kakashi yang memberi misi padanya dan Naruto.
Sakura tersenyum simpul setelah melihat penampilannya. Alih-alih sangat rapi, ia terlihat berpakaian seperti biasa namun kecantikannya yang menambah kesan indah pada dirinya.
Setelah selesai merias diri, gadis bersurai merah muda itu keluar dari apartemennya tanpa mengucap salam kepada orang tuanya mengingat keduanya sedang tidak berada di rumah.
Sakura baru saja ingin melangkah sebelum sebuah seruan membuatnya menoleh ke belakang. "Lee?"
"Sakura-san, selamat pagi. Kau mau ke rumah sakit ya?" Rock Lee berkata dengan senyumnya yang terlalu bersemangat, "Biar aku antar ya..." tawarnya.
"Pagi. Tidak, aku akan ke rumah Naruto," jawab Sakura halus.
"Oh, baiklah, mau kuantar?"
Sakura tersenyum kikuk. Bukannya ia tidak mau, tapi jika ia menolak, mungkin penolakannya akan membuat pria hiperaktif itu sedih. Sakura hanya menghela napas tertahan dan berkata setuju. Tak lupa dengan nada agak ragu.
Pagi hari itu, di tengah perjalanan menuju rumah Naruto, Sakura terus-terusan berusaha membuat dirinya tersenyum untuk merespons segala hal yang dilakukan pria di sisinya saat ini. Ia menahan malu kala Lee berjalan dengan kedua tangan dan kakinya di atas. Orang-orang desa menatap mereka aneh. Ah, Sakura tak bisa membayangkan bagaimana sabarnya Tenten dan mendiang Neji dulu saat bersama seorang Rock Lee dan guru mereka, Maito Guy.
Sakura mengembuskan napas lega setelah bangunan rumah Naruto sudah terlihat di depan mata. "Lee, terima kasih ya, sudah mau menemaniku ke sini,"
"Tidak masalah kalau itu untuk Sakura-san! Baiklah, sampai jumpa ya..." seru Lee dengan acungan ibu jarinya kepada Sakura, kemudian pergi dari hadapan gadis merah muda yang sudah ia sukai sejak genin itu.
Sakura menatap kepergian Lee dengan pandangan tak mengerti. Ia masih merasa bersalah karena pernah menolak pria baik hati itu dulu. Tapi, apa dirinya salah? Ia hanya mencintai Uchiha Sasuke seorang. Bahkan sampai sekarang ia masih menunggu pria itu di detik itu juga. Sekarang ia harus membangunkan Naruto yang pastinya masih larut dalam mimpinya untuk mempersiapkan semuanya. Tentunya untuk Sasuke juga.
.
.
."Naruto!"
Brukk
"Aww... Sakit!"
"Kau lihat? Ini sudah hampir siang tahu!" Sakura bosan dengan kebiasaan rekan setimnya ini. Sejak dulu tidak pernah berubah walau sekarang ia adalah pahlawan dunia shinobi. Bahkan, rumahnya masih selalu kotor setiap harinya. Yah, mungkin sekarang jauh lebih baik dibanding dulu, tapi bagi Sakura tetap saja menjijikkan.
"Hei... Bangun Naruto! Kau lupa ya, mulai hari ini kita akan mempersiapkan kepulangan Sasuke tahu!" Sakura kembali menarik diri Naruto yang terbaring di lantai, "Aku tahu ini agak aneh dan tidak terlalu penting untuk mempersiapkannya, tapi ini adalah misi!"
"Bangun, Shannaro...!!!"
"Iya-iya, aku bangun."
Sakura tersenyum bangga. Belum ditinju tapi Naruto langsung beranjak, mungkin pria rubah itu tidak mau mendapat memar di pagi hari. Ah, memikirkan hal itu, ia jadi agak kasihan pada Hinata. Hinata pasti harus sangat sabar setelah menikah dengan Naruto.
Helaan napas ke luar dengan cepat saat Naruto hanya duduk mengusap kedua matanya. "Naruto,"
"Hm?" jawabnya, masih mengantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Waiting For You ✔
Fanfiction~Completed~ (Versi Perombakan seluruh alur cerita) ............................... Menunggu barangkali merupakan hal yang biasa, hanya akan memiliki kesan mendalam jika ditujukan untuk orang yang berharga. Namun, Haruno Sakura melakukannya tanpa bat...