3. Percakapan dalam Bimbang

1.4K 171 12
                                    

Tring...

"Akh..."

"Siapa kau?!"

Embusan angin menerpa kencang bersamaan dengan daun-daun kering beterbangan tak beraturan. Orang yang barusan menyerang tadi, hilang entah ke mana.

"Cih, dia pergi."

Sasuke melanjutkan langkahnya ketika tak ada lagi yang mencurigakan. Ia tak peduli dengan orang tadi jika tak ada hal aneh lain yang terjadi padanya.

Memutar tubuh kembali, ia berjalan dengan wajah datar. Niatnya soal perjalanan pulang ke Konoha, batal karena surat balasan dari Kakashi. Entah apa yang terjadi, tapi di selembar kertas berbentuk gulungan dari Konoha itu bertuliskan kalau ia jangan pulang sekarang. Musim dingin jauh lebih baik, kata Kakashi.

Sasuke menghela napas. Apanya yang lebih baik? Dia ingin pulang sekarang. Jika memang tidak harus sekarang, apa ia benar-benar harus menahan diri untuk pulang? Hei, apa yang akan dirinya lakukan selama tidak ada lagi tanda-tanda yang aneh tentang semua yang berhubungan dengan Otsutsuki Kaguya.

Sasuke mengambil lengan kiri atasnya, mengusap bagian yang kini telah hilang. Merasakan gejolak dua tahun yang lalu, ketika lengan kirinya putus, sama seperti Naruto yang juga kehilangan lengan kanannya. Jika ia mau, ia bisa saja seperti Naruto, memakai lengan palsu yang terbuat dari sel Hashirama, tapi, ia menolak dan berpikir akan menjalani kehidupan tanpa tangan kirinya.

Pada awalnya, Sasuke memang merasa kesulitan, namun saat ini ia sudah terbiasa bahkan keahliannya meningkat kendati hanya tangan kanannya yang bekerja.

Sasuke mengambil ancang-ancang setelah mendengar suara desisan sesuatu di balik semak-semak. Ia mengeluarkan katana kusanagi-nya kala seekor ular muncul, mengarah padanya.

*****

"Kau tahu, Ino? Aku rasa, Kakashi sensei memberi aku dan Naruto misi hanya untuk bersenang-senang, tanda-tanda kepulangan Sasuke bahkan tidak jelas," Sakura menyandarkan kepala dengan tangan kirinya yang bertumpu di atas meja.

Ino menyeruput teh hijaunya dengan tenang. Mereka kini tengah berada di kedai Dango. Ino tiba-tiba mengajak Sakura tadi pagi dan berkata sudah lama mereka tak makan bersama.

"Kau berpikir apa, Jidat? Mungkin saja memang benar... Sabarlah," kata Ino.

"Ini sudah hampir seminggu sejak burung elang milik Sasuke-kun terbang ke sini," Sakura menghela napas dalam, "aku pikir, setelah burung itu datang, Sasuke-kun juga datang."

Ino tersenyum singkat tanpa disadari oleh Sakura. "Sakura, Sasuke-kun pasti kembali! Jangan sedih begitu, kau ini ...,"

"Ino,"

"Ayo tersenyum, kau seperti seorang gadis kesepian yang baru saja ditinggal sang kekasih tahu, padahal jadi kekasih Sasuke saja belum," ejek Ino seraya terkekeh.

"Ah, kau! Enak saja kalau bicara," Sakura memandang Ino kesal, sementara Ino tertawa lepas. "Kau menyebalkan, Ino!"

"Hei, hei... Jangan ngambek begitu, aku, kan hanya bercanda, Sakura."

Sakura hanya menyahut perkataan Ino lewat gumaman. Ia memakan satu tusuk Dango dengan tidak sabaran kemudian menyeruput teh hijaunya yang mulai mendingin.

"Sakura, sebentar lagi musim dingin, aku rasa, suhu tahun ini akan lebih dingin dari biasanya," Ino membuang napas sambil sesekali mengedipkan mata, cepat.

"Mungkin kau benar, musim gugur ini saja sudah cukup dingin. Udaranya membuatku ingin sekali berendam di onsen." kata Sakura.

Ino tampak mendapat sebuah ide, "Oh iya Sakura, aku punya ide!"

I Am Waiting For You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang