Seharusnya ia tertidur hingga pagi lalu bangun dan bersiap untuk pergi. Tapi, ia malah terjaga, masih sambil memikirkan dia. Sakura. Pikirannya dipenuhi gadis itu.
Sasuke mengusap wajah, mencuci muka dan bersiap. Ia tak peduli pusing pada kepalanya akibat alkohol semalam. Hari ini, ia akan pergi. Untuk beberapa bulan ke depan.
Menghirup udara dingin pagi dalam-dalam, sembari memejamkan mata perlahan. Menyemangati diri sendiri agar tetap kuat jika saja melihat wajah Sakura yang membuatnya selalu ragu untuk pergi. Sama seperti sebelum-sebelumnya yang pernah terjadi. Sasuke berlari, inilah waktu terakhir dirinya berada di Konoha sebelum meninggalkan semuanya kembali.
*****
"Aku tahu, kau sengaja mempercepat jadwal perjalananmu untuk kali ini," Kakashi memandang Sasuke dengan tatapan penuh, "ya, akulah yang menyuruhmu, tapi kau masih bisa di sini beberapa hari ke depan, Sasuke."
"Aku tidak ingin membuang waktu sia-sia. Dunia ini bisa saja diserang kembali."
Naruto maju selangkah mendekati Sasuke. "Hei, tidak perlu khawatir, dunia ini sudah damai tahu!"
Sasuke tersenyum sinis. "Ya. Tapi ancaman masih ada."
"Ya, ya... kau benar. Baiklah, aku membiarkanmu pergi, tapi, jangan lama-lama ya-datttebayo!"
Setelah memandang Naruto dengan tatapan lembut seraya menanggapi senyuman lima jari itu, Sasuke berpindah arah pandang pada seorang gadis yang menatapnya berbeda.
Beda.
Ya, tidak sama seperti dulu. Barangkali tatapannya nyaris benar-benar persis seperti menahan dirinya yang akan pergi menuju kegelapan saat baru remaja dulu. Di tengah malam mencekam, gadis itu menahannya dengan wajah sendu. menangis saat dirinya tak peduli, lalu ia sempat dilanda bimbang tatkala mendengar isakan sang gadis yang terdengar pilu—membuatnya tak tega dan ragu untuk meninggalkan semuanya.
Sakura, yang dulu berteriak menahannya, memohon untuk ikut namun tak bisa. Ekspresinya untuk saat ini, benar-benar mirip seperti kala itu. Momen yang selalu membuat Sasuke sulit tidur kendati sudah menekan dalam-dalam perasaannya.
Sasuke mengehela napas. Uap hangat keluar tipis dari lubang hidungnya yang mancung sempurna.
"Sakura."
Sakura menatapnya lagi, memberikan ekspresi bertanya.
"Aku akan pergi dan kembali lagi,"
"Kapan kau akan pulang?"
"Aku tidak tahu."
Sakura menunduk. Ia hampir memutuskan harapannya jika saja tadi pagi Naruto tidak memberikan semangat menyebalkan padanya.
Sasuke merindukan saat dua tahun yang lalu, di mana Sakura memandangnya malu-malu dan meminta padanya untuk ikut dengan rona merah menghiasi pipi. Ia berharap gadis bersurai bunga musim semi di depannya ini memasang raut yang sama. Namun, yang ia dapat hanya tatapan sendu seperti saat genin dulu.
Untung saja, eksistensi Naruto dan Kakashi sedikit membuat suasana agak cair dibanding kejadian dulu. Juga, suasana dan latar waktu pagi ini menjada efek tambahan yang membuat semuanya jauh terasa lebih baik. Ya, meski Sasuke merasa sedih, namun ia tahu, Sakura pasti akan menunggunya lagi.
"Aku tidak akan memintamu untuk membawaku pergi,"
Sasuke nyaris ditelan rasa telak dalam hati sebelum Sakura melanjutkan perkataannya.
"Tapi, cepatlah pulang, Sasuke-kun!"
Senyumannya bagai mentari di pagi musim dingin bagi Sasuke. Hatinya menghangat seiring ketulusan sang gadis terasa terbang, terempas dan menyapu seluruh tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Waiting For You ✔
Fanfiction~Completed~ (Versi Perombakan seluruh alur cerita) ............................... Menunggu barangkali merupakan hal yang biasa, hanya akan memiliki kesan mendalam jika ditujukan untuk orang yang berharga. Namun, Haruno Sakura melakukannya tanpa bat...