Helaan napas sudah Sakura lakukan berkali-kali. Bahkan, kedua gadis yang turut menamani paginya ini memandang sangat khawatir padanya.
Tujuh gelas teh hijau hangat telah tandas ia minum tanpa memikirkan antioksidan berlebih yang akan membuat kepalanya berdenyut dengan penglihatan berkunang-kunang di siang harinya.
Hinata sudah sangat khawatir pada Sakura, ia menahan gelas ke-delepan yang akan Sakura tenggak kembali. Sakura lantas merebutnya cepat hingga air dalam gelas kayu itu jatuh ke meja. Ino tak tahan, ia menggebrak meja agak keras. Beberapa orang yang juga tengah sarapan di sana langsung menoleh.
"Sakura, aku tahu kau sedang dalam perasaan yang buruk. Tapi, jangan memaksakan dirimu seperti ini!" kata Ino, memandangnya frustrasi.
"Diamlah, Pig! Aku ini minum ocha, bukannya sake. Kau tidak perlu khawatir, lagipula suhunya dingin. Teh hangat sangat cocok untuk musim dingin." Sakura kembali meneguk minuman tersebut.
"Sakura, teh hangat memang sehat jika diminum di pagi hari apalagi musim dingin seperti ini. Tapi, jika berlebihan juga tidak baik, kan?" Ino rasanya ingin berteriak. "Kau ini ninja medis hebat, kau pasti tahu hal dasar seperti ini!"
Hinata mengangguk, "Ino benar, Sakura-chan."
"Ya! Maka dari itu, aku ini ninja medis jadi jangan khawatir padaku." kata Sakura. Nadanya terdengar agak sombong dan menyebalkan bagi Ino.
Sekarang, Ino sudah lelah dan akhirnya ia menutup wajah dengan satu tangan sambil menunduk miring.
"Sakura-chan, ceritakan pada kami. Apa yang terjadi kemarin? Apa kau bertengkar dengan Sasuke-kun?" tanya Hinata. Seperti biasa, ia masih tampak tenang dengan nada suara yang lembut.
"Tidak."
"Lalu?"
"Sasuke-kun akan pergi lagi besok." kata Sakura lalu berdiri dan memesan satu gelas ocha hangat kembali.
Ino menahannya dan membuat sang penjual untuk tidak melayani pesanan Sakura jika gadis itu masih meminta teh.
"Aku tahu, kau pasti sedih karena akan menunggu lagi, kan?!" seru Ino. Ia sudah benar-benar kesal.
Hinata menenangkan Ino. Lalu membuka suara untuk Sakura. "Sakura-chan, aku turut bersedih untukmu, tapi, jika kau percaya pada Sasuke-kun, ia pasti akan kembali." katanya tersenyum.
"Tapi—," Sakura menunduk. "Ia sudah berjanji akan mengajakku. Tapi, untuk kali ini, aku tidak bisa ikut dengannya." Emerald-nya memancarkan kesedihan, tatapannya sendu mengarah ke sepatu ninjanya.
Ino dan Hinata agak terkejut mendengar penuturan Sakura. Tak menyangka kalau Sasuke—untuk kesekian kali—tidak mengajak Sakura pergi bersamanya lagi. Mereka berdua memang tidak tahu bagaimana rasanya diberikan janji selama beberapa tahun belakangan dan ketika janji itu benar-benar bisa ditepati, sang pemberi janji malah membuat janji lain untuk dirinya menunggu kembali.
Akhirnya, Ino dengan santai langsung memeluk Sakura dan Hinata memberikan semangat padanya.
Sakura masih menunduk. Ia tahu, Ino dan Hinata tidak bisa membantunya lebih dari sekadar mendengar keluh kesahnya atau memberi semangat. Tapi, ia bersyukur karena mereka mau mendengar dan memahami apa yang ia pendam sejak kemarin sore.
*****
"Sasuke,"
Naruto menaruh kedua tangan di atas meja, membuat kedua kepalan tangannya bertumpu di depan muka.
"Kau akan pergi lagi besok ya?"
"Hn." gumam Sasuke.
"Kau akan mengajak Sakura-chan bersamamu?" Nada suara Naruto mulai serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Waiting For You ✔
Fanfiction~Completed~ (Versi Perombakan seluruh alur cerita) ............................... Menunggu barangkali merupakan hal yang biasa, hanya akan memiliki kesan mendalam jika ditujukan untuk orang yang berharga. Namun, Haruno Sakura melakukannya tanpa bat...