8. Yang Sesungguhnya

1.1K 151 9
                                    

"Ssstt... Jangan berisik!"

Di balik semak-semak belukar dekat hutan, mereka bersembunyi di sana. Saling berbisik-bisik, masih memerhatikan dua insan yang duduk bersama memandangi laut sejak beberapa menit lalu terus-terusan berdiri.

"Apa yang mereka bicarakan, dattebayo?"

"Makanya jangan berisik!" Ino sungguh kesal pada Naruto yang tidak bisa diam. Hinata yang juga ikut hanya tersenyum.

Ketika Ino dan Naruto tengah bertengkar dengan saling menutup mulut masing-masing, Hinata tetap terjaga memandangi Sasuke dan Sakura dari kejauhan.

"Naruto-kun, Ino-chan, lihat!"

Sontak, keduanya menoleh cepat. Raut terkejut didapati saat pemandangan yang memang ditunggu-tunggu telah datang.

Di bangku yang mengarah langsung ke laut, Sasuke dan Sakura duduk berdampingan. Keduanya saling menatap satu sama lain. Hanya beberapa senti jarak yang tersisa di antara mereka. Di tengah-tengah keduanya tampak jelas matahari di ufuk barat, yang nyaris tenggelam.

"Aku tidak menyangka, ini sungguhan, kan?!" Ino hampir berteriak.

Naruto mendelik, "Shut! Jangan berisik!"

"Apa-apaan kau ini?!" seru Ino.

"Tadi kau bilang jika mereka tahu keberadaan kita, maka kita akan habis oleh Sasuke dan Sakura-chan,"

"Hm." Hinata mengangguk. Gadis Hyuuga itu tidak menyesal ikut dengan kekasihnya dan Ino untuk ke sini. Tadinya, hal seperti ini adalah sesuatu yang barangkali baginya terlalu privasi untuk diintip orang lain. Tapi, setelah melakukannya, ia merasa senang melihat Sasuke dan Sakura tengah ..., ah, intinya ia jadi mengingat masa-masa pendekatannya dengan Naruto waktu itu.

Naruto, Hinata dan Ino mulai serius menonton pemandangan gratis tepat di depan sana. Mereka sudah berjaga-jaga sedari awal agar tak ketahuan. Ino hampir memekik ketika tangan kanan Sasuke menyentuh pipi Sakura dan wajahnya mulai mendekat pada wajah Sakura yang sudah memerah sempurna.
.
.
.

"Sasuke-kun,"

"Hn?"

Sasuke berhenti sejenak. Onyx-nya menerawang iris emerald Sakura, dalam. Tatapannya lembut, penuh akan rasa sayang dan kepedulian.

"Aku—,"

Sasuke masih menunggu perkataan sang gadis, ia merasa gemas pada raut Sakura yang terlihat malu-malu, wajahnya terlihat lebih manis dengan dua rona merah di pipi, ditambah balutan cahaya senja menghiasi wajah cantiknya. Oh, Sasuke terpesona untuk yang kesekian kali dengan Haruno satu ini.

"Kenapa?" tanya Sasuke, tak sabar.

"Tidak apa-apa. Hanya saja—," Memotong ucapan kembali, Sakura sedikit memalingkan muka dari Sasuke, "hmm."

Sial! Pikir Sakura. Entah mengapa dirinya malah menjadi malu-malu seperti Hinata di saat seperti ini. Sungguh perasaannya bercampur aduk, inilah situasi yang ia tunggu-tunggu sejak dulu.

Sasuke menjauhkan wajahnya dari Sakura, ia mengelus surai merah muda itu lalu tersenyum tipis. Lantas berdiri memandangi laut yang dibias cahaya matahari senja.

Sakura menunduk dan menyesal. Sasuke mungkin kecewa padanya. Tidak. Ia merasa sangat menyebalkan pada dirinya sendiri, untuk saat ini. Sakura jadi canggung pada Sasuke.

"Sakura,"

"Ya?"

"Dua hari lagi, aku akan pergi." kata Sasuke.

Ucapan sang Uchiha bungsu itu membuat dadanya terhantam nyaris merasa nyeri kala bayangan akan penantian seolah memenuhi benak dan jiwanya. Ia tidak ingin menunggu lagi! Pokoknya untuk kali ini, dirinya harus ikut dengan Sasuke, apa pun yang terjadi!

I Am Waiting For You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang