Musim dingin telah tiba. Kembali. Tepat satu tahun sudah Sakura menunggu. Ia kecewa pada Sasuke yang berjanji hanya akan pergi beberapa bulan namun kini satu tahun sudah terlewati dengan cepat.
Salju turun untuk pertama kali tepat di atas kepala Sakura. Ia menengadah, lalu tangannya terangkat untuk menahan butiran-butiran lainnya yang jatuh. Rasa dingin menjalar ke seluruh tubuh ketika angin dingin berembus melewatinya.
Sakura sendiri. Di tengah-tengah jalan menuju tempat Sasuke pergi untuk pertama kali-saat remaja dulu-kala ia ingin balas dendam saat itu. Sakura akan duduk di atas bangku namun diurungkan. Ia ingin menghindari kebiasaannya yang jika pulang larut ia terbiasa ke sini dan duduk sendirian. Syukur-syukur jika ada orang lain yang turut menamani, tapi selama ia selalu di sini hanya beberapa saja yang pernah datang-dalam iming-iming kebetulan-lalu menjadi teman malam sebatas obrolan basa-basi. Setelahnya, pergi. Meninggalkan Sakura sendiri, lagi.
Sakura masih memandangi langit yang dihiasi putih-putih salju, banyak sekali. Butiran-butiran itu mengenai kulit wajahnya yang putih. Uap keluar dari hidungnya kala dirinya mengembus napas pelan secara teratur.
"Di sini ... dingin."
"Sasuke-kun, kapan kau pulang? Aku merasa kesepian di sini." Ia berbisik pelan. Lirih. Matanya menggenang, lalu saat ia terpejam, setetes air meluncur lurus ke bawah melewati pipinya.
"Ini sudah satu tahun, tahu!"
"Apa kau tidak peduli padaku? Ah, kau memang selalu seperti itu."
Sakura menunduk. Membiarkan tetes demi tetes air mata jatuh di jalan yang nyaris tertutup salju.
"Di mana kau berada sekarang? Kau sedang apa? Apa kau juga memikirkanku setiap hari? Mungkin tidak. Tapi, apa sesekali kau memikirkanku?"
Sakura berkata agak keras. Ia tak peduli jika tiba-tiba ada orang lain yang lewat atau sekadar melompat dari dahan pohon di sisi sepanjang jalan. Lagi pula, suasana tengah sangat sepi kala itu. Ia juga berpikir tak mungkin salah satu temannya lewat sini. Hei, semuanya sudah punya kekasih, Naruto dan Hinata bahkan sudah menikah. Hanya dirinya yang masih menunggu dia. Uchiha Sasuke.
Jika Sakura mau, ia bisa saja menerima cintanya Rock Lee sejak dulu. Atau bisa saja ia berkencan dengan pria lain seperti Kazekage Gaara yang beberapa minggu lalu secara tiba-tiba mengajaknya makan malam-saat pria pemimpin desa pasir itu akan menginap di Konoha. Tapi, entah mengapa hatinya tak pernah berpaling dari sang Uchiha.
Jadi, dengan halus ia menolak semuanya. Dengan alasan lelah dan harus segera pulang untuk pekerjaan yang menanti besok pagi. Semuanya hanya tentang Sasuke. Ia menolak semuanya karena Sasuke. Ah, Sakura sangat kesal pada pria itu.
"Sasuke-kun." gumamnya lagi.
Ia berpikir, barangkali Sasuke akan datang sama seperti tahun lalu. Di saat dirinya lelah dan amat merindukan Sasuke, sang tokoh utama dalam hatinya itu datang secara tiba-tiba dengan gaya yang menurut Sakura terlalu biasa. Muncul dalam kegelapan di tengah-tengah hujan salju lalu memanggil namanya dengan nada bertanya. Ah, ia sudah bisa menebak hal tersebut.
Sakura masih berdiri. Tak ada kemauan untuk singgah sementara di atas bangku hanya untuk merasakan kenangan masa lalu. Baginya, duduk di depan bangku itu cukup membuatnya nyaris tenggelam dalam lautan kenangan tentang malam kelam pada masa itu.
"Sakura, ya?"
Benar, kan! Sakura tahu ini akan terjadi. Ah, tapi saat dirinya mendangak ke depan, tak ada siapa pun di sana. Ia tersenyum sendu. Mungkin dirinya hanya berhalusinasi, ia pikir mentalnya harus segera diperiksa karena sudah kelewat batas halusinasi yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Waiting For You ✔
Fanfiction~Completed~ (Versi Perombakan seluruh alur cerita) ............................... Menunggu barangkali merupakan hal yang biasa, hanya akan memiliki kesan mendalam jika ditujukan untuk orang yang berharga. Namun, Haruno Sakura melakukannya tanpa bat...