15. Kejujuran

1.4K 140 17
                                    

Lima hari barangkali adalah waktu yang cepat bagi beberapa orang, namun, bagi Sasuke dan Sakura-yang masih dalam kerenggangan-hal itu membuat mereka berpikir bahwa lima hari cukup lama jika hanya dihabiskan dengan cara saling memikirkan sesuatu yang tidak pasti tanpa tahu yang sebenarnya.

"Ini membuatku semakin bimbang! Aku harusnya bisa membuat keputusan dan memegang teguh prinsipku sendiri!"

Sakura berbicara pada diri sendiri. Menatap refleksi dirinya dalam cermin dengan wajah dibuat kesal bercampur dengan perasaan gundah dalam hati. Ragu dirundung pilu, namun kenyataan terlalu jelas untuk dirinya yang berusaha sekuat tenaga—sabar pada Sasuke—agar tetap pada keseharian yang damai.

Meski pada kenyataannya semua berjalan tak sesuai apa yang diharapkan.

Sang pujaan hati terlalu menyebalkan kalau-kalau hanya sekadar mengucap kejujuran. Padahal, Sakura sendiri tahu, apa yang dirasakan Sasuke. Namun, pria itu malah berbuat sesuka pikiran—bukan hati—nya.

"Hah." Sakura menghela napas.

Ia berniat keluar hari Minggu ini. Niatnya ingin sekali merebahkan diri seharian lalu berendam air panas saat malam. Namun, kemarin malam Naruto dengan alasan habis dari rumah Sasuke, langsung mengatakan kalau Sasuke menitip salam padanya untuk Sakura. Dan, jadilah Sakura harus mengikhlaskan Minggu pagi ini untuk dilalui bersama Sasuke.

Langkahnya pelan namun tegas. Seperti biasa, Sakura akan menunduk dan berpikir, apa yang akan dilakukannya dengan Sasuke nanti. Ia bahkan masih merutuk, kenapa harus dirinya yang datang? Hei, Sasuke yang mengajak, bukan? Ini menyebalkan! Sama saja seperti Sakura yang tengah merajuk minta jalan bersama lalu saat hari H tiba, ia datang dengan sikap kelewat antusias dan senyum ceria tanda bahagia. Ini terbalik! Harusnya ia yang menunggu Sasuke datang ke rumahnya.

Sakura berniat untuk berbalik, tapi dari kejauhan ia bisa melihat sang bungsu Uchiha tengah berjalan santai ke arahnya. Jauh di sana, Sasuke melihatnya dengan raut datar.

"Sama saja seperti biasanya." gumam Sakura, nadanya terdengar malas.

Saat keduanya hanya dibatasi jarak sekitar dua meter, Sasuke lantas membuka mulut.

"Aa, selamat pagi."

Sakura menaikkan sebelah alis. "Tumben sekali, shannaro!"

"Selamat pagi, Sasuke-kun."

Sasuke memalingkan pandangan. Ia tampak tengah menahan sesuatu. Sakura menyadari hal tersebut. Pun ia langsung berdeham cepat. Sasuke bertingkah aneh pagi ini.

"Sasuke-kun, kita mau ke mana?" tanya Sakura. "Naruto bilang, kau mengajakku sarapan bersama pagi ini. Apa itu benar?"

"Hn. Iya."

"Di mana?"

"Terserah."

"Apa?"

Sasuke mengembuskan napas, memejamkan mata lalu bersiap untuk buka suara. "Kau ingin di mana?"

"Kau yang mengajakku, seharusnya kau sudah memikirkan hal ini,"

"Aku ingin kau yang memilih."

"Ya sudah. Sasuke-kun saja. Aku akan ikut ke mana pun kau mau." Perkataan Sakura terdengar agak acuh bagi Sasuke. Ia merasa, Sakura barangkali masih marah padanya kendati lima hari telah berlalu.

"Kedai Ichiraku?" Tawar Sasuke.

"Hm. Baiklah." Sakura spontan menurut, mereka berjalan beriringan tanpa melakukan suatu konversasi kecil semacam, ya, basa-basi. Sakura cukup tahu, kalau Sasuke itu sangat tidak suka berbasa-basi. Padahal, Sasuke pada saat ini tengah merasa tak enak karena sedang dalam pemikiran bahwa Sakura jadi lebih cuek karena dirinya.

I Am Waiting For You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang