Satu setengah tahun telah berlalu. Banyak yang telah terlewati bersama.
Suara tangisan bayi perempuan mengudara, mengisi ruang senyap untuk memberi setidaknya sedikit warna.
Sasuke masih dalam kesulitan saat bayi perempuan di gendongannya itu menangis kencang. Bingung harus bagaimana sebab sang istri tengah berendam nikmat di kamar mandi.
"Sssttt ... Sarada diamlah."
Satu kata untuk dirinya, Sasuke adalah seorang ayah yang 'kaku'. Tentu saja. Mana bisa seorang bayi kecil akan terdiam begitu saja saat sang ayah bahkan hanya menggendongnya dan berbicara pada dirinya agar segera diam. Cara Sasuke sangat bodoh.
Uchiha Sarada, putri pertama Sasuke dan Sakura. Bayi manis itu masih dalam tangisan, menyuarakan isi hati yang barangkali tengah merasakan lapar atau popoknya yang harus segera diganti. Namun, sang ayah masih saja tak peka terhadap apa yang diinginkan sang anak. Sarada semakin mengencangkan suaranya hingga Sakura yang berada di kamar mandi berteriak—nyaris kesal—pada Sasuke untuk segera mengayunkan sang bayi agar tangisannya mereda.
Sasuke dengan kaku mulai menggerakkan tangan kanannya lalu mengayunkan Sarada dengan pelan. Rasa-rasanya ia seperti tersengat listrik saat Sarada tiba-tiba menatapnya dengan kedua iris yang sama dengannya. Bayi perempuan itu menguap sambil sesekali berujar tangis, kendati sudah agak reda namun air mata masih tetap keluar.
Beberapa menit berlalu ketika Sarada berhasil dibuat tenang, Sakura keluar dari kamar mandi. Sedikit terkejut mendapati sang suami yang notabene agak—aneh—kurang akrab pada anak-anak malah terlihat sangat menggemaskan saat menggendong Sarada sambil sama-sama menatap satu sama lain. Sakura terharu melihat kejadian langka di depannya tersebut.
"Sasuke-kun," Panggil Sakura, lembut.
Sasuke menoleh cepat, memutus tatapan matanya dari Sarada. Ia tersenyum pada Sakura. Sarada dalam gendongannya tampak menggeliat lucu saat sang ayah tak lagi memandangnya. Sakura terkikik melihat anaknya itu.
"Lihat, dia terus-terusan menatapmu, Anata."
"Hn." Spontan, Sasuke langsung menunduk dan mendapati tatapan suci dari Sarada. Sungguh, anaknya itu benar-benar menggemaskan! Sasuke rasanya ingin sekali memeluknya erat sambil menciumi seluruh wajahnya. Namun, rasa gengsi di depan Sakura membuatnya urung untuk melakukan hal semacam itu.
Satu bulan sudah Sarada terlahir di dunia ini. Pun, satu bulan telah berlalu sejak perjalanan bulan madu antara Sasuke dan Sakura selama nyaris satu tahun lebih. Keduanya bahagia sekarang, semua telah terlewati dengan begitu banyak cerita di dalamnya.
Kini, Sasuke dan Sakura saling memandang, menatap netra masing-masing lewat pantulan cahaya di mata keduanya. Di tengah-tengah, Sarada memerhatikan kedua orang tuanya yang terdiam dalam kasmaran. Bayi itu tak mengerti, sekuat apa perasaan di antara keduanya. Yang jelas, ia merasa ingin sekali tersenyum dan mengoceh karena perasaan hangat yang menjalari tubuhnya. Tak ayal, kendati tak mengerti, Sarada lantas tertawa, membuat kedua orang tuanya menunduk lalu tersenyum bahagia menatapnya.
"Hei, apa yang kaupikirkan, Sayang?" Sakura mengelus pipi gembul sang anak.
Sarada melenguh kegelian sembari tersenyum lucu. Sasuke menatapnya terharu.
"Lihat, Anata ... Sarada sangat menggemaskan ya!"
"Hn. Kau benar, Sakura."
Dalam hati Sakura sangat bahagia. Tadinya, nyaris dua tahun yang lalu saat Sasuke melamarnya dalam keadaan yang—barangkali—kurang menyenangkan dan sempat terasa agak memuakkan membuatnya tak bisa tidur berhari-hari. Memikirkan apa jawaban yang tepat lalu bagaimana kelanjutan hidup keduanya setelah ia menjawab, namun, jawaban "Ya. Aku mau!" yang keluar dari mulutnya mampu membuat keduanya terhubung oleh ikatan sakral dalam nuansa keluarga kecil yang manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Waiting For You ✔
Fanfiction~Completed~ (Versi Perombakan seluruh alur cerita) ............................... Menunggu barangkali merupakan hal yang biasa, hanya akan memiliki kesan mendalam jika ditujukan untuk orang yang berharga. Namun, Haruno Sakura melakukannya tanpa bat...