13. Sumpah untuk Masa Depan

1.2K 128 13
                                    

"Ini aneh,"

Bergumam terus, bergumam tanpa menghiraukan tiga orang temannya yang memandang berbeda-beda padanya.

Sakura terdiam.

Tenten yang sudah menemani sejak pagi nyaris frustrasi dan ingin segera lari pulang. Ia bersyukur Hinata datang saat ia ingin pulang, tapi Hinata mengajaknya dan Sakura ke rumah Ino untuk mengajak gadis blonde itu. Akhirnya ia terjebak dan terpaksa ikut.

Kini, mereka berempat hanya terdiam. Ino, Hinata dan Tenten masih setia menemani Sakura yang larut dalam pemikiran akan memorinya yang sedikit terganggu beberapa hari ini.

"Hei, Jidat!"

Sakura menoleh cepat. Ino menatapnya tajam. "Kau tahu, kau tidak seharusnya seperti ini. Cobalah untuk berusaha lebih keras lagi, kau tampak seperti gadis yang tengah putus asa, tahu!"

"Aku tahu! Tapi, apa yang harus kulakukan?!"

"Kau terlalu memikirkan Sasuke-kun! Ia baru tiga hari pergi tapi kau seperti sudah menunggunya selama sepuluh tahun!" teriak Ino.

Hinata menepuk bahu Ino dan sedikit menahannya. Sementara Tenten hanya diam memerhatikan seraya menghela napas malas.

"Ino-chan, sudahlah..." kata Hinata dengan nada melerai. "Sakura-chan mungkin masih belum bisa rela Sasuke-kun pergi tanpa mengajaknya."

Uh. Perkataan Hinata tepat sasaran. Sakura menunduk lebih dalam sambil bergumam kecil, "Menyebalkan, kau malah membuatku semakin memikirkannya."

Ketiganya terdiam saat Sakura beranjak. Ia juga diam sejemang kemudian pamit pulang. Mengucap terima kasih dan maaf pada sahabat-sahabatnya kemudian pergi.

"Sakura, aku tahu kau bimbang dalam hal ini. Tapi, tetaplah menunggu Sasuke. Kami yakin, dia akan kembali dan mengajakmu suatu saat nanti. Kau akan bahagia, Jidat!" ucap Ino, mewakili suara hati Hinata dan Tenten.

*****

Satu bulan.

Dua bulan.

Tiga bulan.

Empat bulan.

"Selamat atas pernikahan kalian! Naruto, Hinata. Semoga Bahagia!"

Hari pernikahan Naruto dan Hinata. Janji suci telah terucap di antara keduanya. Musim semi dipadukan bunga-bunga Sakura dan yang lain bermekaran, menjadi penghias alami dalam pernikahan sang pahlawan desa. Keduanya berbahagia.

Teman-teman yang lain, pun turut ikut merasa senang. Dalam pesta, Ino dengan Sai yang terlihat serasi, Shikamaru dan Temari yang masih malu-malu namun mesra. Tenten yang dengan setia, sabar membawa kursi roda milik guru Guy. Chouji yang menjadikan kue pernikahan Naruto dan Hinata sebagai cinta pandangan pertamanya—dalam hal makanan—di pagi yang baik itu.

Lalu, Sakura ... masih terdiam di dalam kerumunan memandangi semua teman-temannya. Tersenyum senang namun sendu dalam waktu bersamaan. Suara kepakan sayap burung terdengar jelas dalam pendengarannya yang notabene tengah sendirian dalam keramaian.

Sakura mendangak ke atas, menatap agak terkejut burung elang Sasuke yang berputar jauh di atas kepalanya lalu berniat turun. Sakura spontan mengangkat tangan untuk dijadikan tempat bertengger sang burung.

Mengambil sepucuk surat yang dibawa elang sang Uchiha bungsu lalu membiarkan burung itu pergi, terbang membelah langit.

Sakura sempat berpikir untuk membukanya, dilanda ragu sejenak namun dibuka pada akhirnya. Secarik kertas yang ia pegang tersebut, tertulis kata "Selamat" yang ditulis dalam aksara Kanji kuno.

I Am Waiting For You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang