1. Perasaan

2K 192 7
                                    

Sakura menunduk sambil berjalan sendiri. Tadi, ia dan Naruto sehabis dari kantor Hokage dan sempat menerima misi dari Kakashi. Besok ia dan Naruto akan menjalankan misi tersebut tanpa Sai, karena Sai sedang dalam misi lain.

Sakura mengembuskan napas pelan. Naruto sudah pergi bersama Hinata, meninggalkan dirinya sendiri di bawah pohon kenangan dekat akademi ninja mereka dulu. Seberkas bayang-bayang lama muncul memenuhi kepala. Seonggok ayunan usang itu dulunya adalah tempat di mana Naruto menjadi bahan caci maki dan bully-an orang-orang, bahkan termasuk dirinya.

Naruto hanya terduduk dengan kepala menunduk lesu sambil menyandarkan diri pada tali penyangga ayunan. Wajahnya menyiratkan kesedihan dan matanya memancarkan rasa kesepian dan penderitaan mendalam.

Sakura bersyukur, sekarang Naruto sudah bahagia bersama Hinata, kekasihnya. Bahkan mereka akan menikah dalam waktu dekat ini. Entah kapan, belum jelas namun ikatan dalam hubungan mereka tampak jelas dibanding dengan perjanjian juga penantian dirinya yang setia terhadap Uchiha Sasuke.

Sakura menghela napas. Ia melanjutkan langkahnya sambil sesekali tersenyum kala sebuah ingatan terlintas kembali. Itu adalah kenangan ketika dirinya dan Sasuke baru menjadi satu tim bersama dengan Naruto juga dulu. Saat-saat di mana Sakura pernah dimarahi Sasuke karena perkataannya tentang orang tua. Oh, memikirkannya membuat Sakura selalu menepuk jidat dan merasa begitu bodoh.

"Hah... Aku tahu, aku salah." gumamnya.

"Sasuke-kun, kapan kau pulang?" tanyanya pada langit yang mulai memunculkan lipatan jingga pada cakrawala.

Tepat pada saat Sakura menengadah, angin berembus kencang membawa beberapa daun musim gugur juga harum yang bercampur aduk dengan debu yang ikut beterbangan. Ia menghirup aroma musim gugur.

Gadis bersurai merah muda itu kembali melangkah meninggalkan tempat tersebut.

*****

Senyuman bangga muncul ketika kegiatan merapikan pot-pot bunga itu selesai. Senyumnya terus mengembang kala bel pintu berbunyi menandakan pelanggan masuk dan sesegera mungkin memilih, bunga mana yang akan dibelinya di toko itu.

Ino melayani pelanggan wanita paruh baya bersurai cokelat itu dengan memandunya ke bagian bunga-bunga musim semi. Sesuai permintaan sang calon pembeli.

Setelah melalui berbagai macam konversasi juga tawar-menawar yang halus, akhirnya wanita paruh baya itu memilih bunga Anyelir Merah Muda. Membayarnya, kemudian pergi dengan senyuman bahagia. Berniat memberikan bunga itu untuk anaknya yang nanti malam akan pulang dari negara air.

Beberapa detik berlalu, bel berbunyi kembali. Ino mengalihkan atensinya pada seorang gadis yang masuk dengan wajah kurang bersemangat.

"Tumben sekali kau datang saat sore," Ino berdiri dan berkacak pinggang.

"Apa aku harus menunggu pagi untuk ke sini?"

Ino tertawa pelan. "Duduklah, Jidat."

Sakura duduk di atas sebuah kursi yang berada di dekat tanaman kaktus. Tatapannya mengarah pada Ino yang dengan sangat menyebalkannya, memerhatikan dirinya dengan mata menyelidik.

"Aku dengar, Sasuke-kun akan segera pulang," Ah, pembicaraan ini. Sakura bahkan sedikit terkejut mendengar penuturan Ino. Apa hanya dirinya yang baru mengetahui hal ini? Ino bahkan sudah tahu.

"Aku tahu, kau menunggunya, kan? Aku bahkan merindukannya!" seru Ino.

"Hei, apa maksudmu? Kau masih mengharapkannya? Itu tidak mungkin, Pig. Lagipula, belum jelas juga, kapan Sasuke-kun akan pulang," kata Sakura, menghela napas.

I Am Waiting For You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang