Bagian 16

4.2K 260 4
                                    

  " Iya itu dia..aku pastikan kau tidak akan lolos kali ini."

****
    Hari sudah semakin gelap, apa Rangga sudah menyelesaikan pekerjaannya? Kenapa aku sangat menghawatirkan Rangga, aku merasa sangat tidak tenang.

    Rangga bilang, ponsel nya tertinggal di meja kerja, sebaiknya aku mengambil ponsel Rangga terlebih dulu dan meletakkannya di laci.

   Sesampainya di ruang kerja Rangga, aku melihat sebuah ponsel tergeletak di meja, pekerjaan penting apa yang membuat Rangga sampai lupa pada benda penting ini.

   Aku membuka laci yang tidak terkunci, dan meletakkan ponsel itu di dalamnya, laci yang berisikan beberapa berkas-berkas yang bahkan aku tidak tahu seberapa penting berkas itu. Aku tidak pernah memeriksa barang pribadi Rangga, jika Rangga tidak mengijinkannya.

   Saat aku hendak kembali ke kamar, ponsel di saku celana ku tiba-tiba saja berdering, menandakan panggilan telpon dari seseorang. Bisa ku tebak, pasti sekertaris nya Rangga.

   "Halo, asalamualaikum.." Ucapku setelah mengangkat panggilan telponya.

   "Walaikumsalam Na... maaf sebelumnya aku gak bisa hubungin kamu..."

    Suara ini, entah kenapa mendengar nya membuat kegelisahan di hati hilang seketika.

    "Gak papah, aku maklum ko. Sekarang kamu masih sibuk gak?"

   "Enggak, aku lagi nyantai aja, kamu udah makan malem belum?"

   "Udah tadi, kalo kamu?"

   "Alhamdulilah udah. mm Na aku minta maaf ya.."

   "Maaf untuk apa?"

   "Maaf karena aku....udah ninggalin kamu di rumah sendirian.."

   "Kamu ngomong apa sih Ga, kamu juga pergi demi kerjaan kan, lagian di rumah ada Bi Narsih ko yang nemenin aku, mamah juga mau datang berkunjung besok, jadi aku gak sendirian.."

   "Alhamdulilah kalo mamah mau berkunjung.."

   "Ya Alhamdulillah.."

   "Na.."

   "Hmmm."

   "Kalo seandainya, aku buat salah, kamu bakal maafin aku gak?"

   "Emangnya kamu buat salah apa sama aku?"

   "Mm aku..."

    Rangga, kamu ini sebenernya kenapa?

   "Na udah dulu ya, sekertaris aku manggil, ada urusan yang masih belum selesai.."

  "Iya, gak papah.."

  "Asalamualaikum..."

  "Walaikumsalam..."

   Begitu cepat obrolan ini berakhir, dan diakhiri oleh rasa penasaran dari ucapan Rangga yang tidak begitu jelas.

   Aku masih bersandar di tembok, di depan ruang kerja Rangga, memikirkan kesalahan apa yang telah Rangga perbuat, aku rasa tidak ada.

   Lamunanku seketika terhenti oleh notifikasi pesan dari seseorang, yang tak lain adalah bang Novan.

   {Na, gimana kabarnya? Kata ibu suami kamu pergi ngurusin kerjaan, berapa lama dia pergi, kalo lama mending Abang temenin aja, kamu kan orangnya penakut."}

   Bang Novan sangat mengenal aku dengan baik, tapi..kalau aku mengijinkan dia datang sekarang, aku rasa waktunya kurang tepat, lagi pula ada mamah dan Bi Narsih yang menemani aku.

   {Alhamdulilah baik. Abang, ayah sama ibu gimana kabarnya? Suami Ana pergi cuma tiga hari, gak lama ko, kalo bang Novan mau main, tunggu suami Ana pulang aja, biar sekalian ngenalin diri, lagi pula di rumah Ana gak sendirian, ada Bi Narsih sama mamah yang nemenin, salam buat Ibu sama ayah..}

    Sebelum Rangga pergi, aku sempat bertanya, berapa lama dia pergi? Rangga hanya bilang kurang lebih tiga hari, aku harap setelah tiga hari itu dia segera kembali. Setelah membalas pesan, aku kembali ke kamar, merebahkan tubuhku di ranjang, pikiran ku kembali tertuju kepada Rangga, biasanya setiap malam sebelum tidur, Rangga selalu mencium keningku, sambil mengucapkan selamat malam. Perlakuan nya yang lembut, membuat ku semakin enggan untuk menjauh dari nya.

    Tidak terasa butiran-butiran hujan turun dengan derasnya, membuatku semakin enggan meninggalkan tempat tidur ku, rasa kantuk yang sedari tadi ku tunggu, akhirnya datang menghampiri, membuat ku terlelap dengan sendirinya.

    Sementara itu, di tempat yang berbeda...

    "Rangga Aditya Pratama, aku gak nyangka kamu bakal nyariin aku, setelah cukup lama kita berpisah.."

    "Kalau bukan karena Edwin, seumur hidup aku gak akan sudi bertatap muka sama kamu.."

    "Ayolah Rangga, apa kamu lupa sama kenangan indah di antara kita berdua? Aku rasa kamu gak akan lupa masa-masa indah itu kan?"

    "Nanda, kamu wanita yang paling hina di hidup aku.."

    Begitulah percakapan Rangga dengan wanita itu berkahir, tapi ini baru permulaan.

    Nanda Olivia, Putri sulung keluarga Fernata, yang memiliki paras cantik nan seksi, dan juga berasal dari keluarga yang cukup terpandang di dunia per-bisnis-an, Namun karena suatu konflik, yang menyebabkan perusahaan ayahnya bangkrut dua tahun lalu, di situlah pertemuan Nanda dan Rangga terjadi.

    Cinta sejati yang Rangga harapkan dengan Nanda, tidak seindah yang ia bayangkan, wanita itu hanya ingin menguras habis harta benda yang Rangga miliki, satu tahun menjalin hubungan dengan penuh tipuan, membuat Rangga sulit untuk kembali membuka pintu hatinya, sampai hari dimana Rangga kehilangan separuh masa depannya, karena berusaha mengejar Nanda, ingin meminta penjelasan dari nya.

     Rangga memang bodoh kala itu, karena bisa di bilang Nanda adalah cinta pertamanya, tapi sekarang, rasa cinta itu lenyap, hanya tersisa kebencian yang amat sangat.

    "Tuan, nona ini..."

    "Dia wanita yang gila harta, rela melakukan apapun untuk mendapatkan kesenangannya.."

    "Saya mengerti tuan.."

    "Hal yang paling aku sesali di dalam hidupku adalah....tidak seharusnya aku bertemu dengan dia, dan mengukir kenangan yang penuh dengan tipuan.."

   "Tuan, saya sudah mengikuti tuan cukup lama, tapi....Istri tuan berbeda, saya harap tuan mengerti maksud perkataan saya, kalau begitu saya permisi..."

~Bersambung

   Apa maksud Didit mengatakan hal itu? Bisakah pembaca memberi tanggapan lewat komentar?

  

 

Suamiku Berkursi Roda {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang