Bagian 24

3.4K 188 1
                                    

    pagi ini aku dan Rangga memutuskan untuk pulang lebih awal, dikarenakan ada seseorang yang akan datang bertamu ke rumah kami.

    Di perjalanan aku dan Rangga tidak banyak bicara, Rangga fokus dengan setirnya, dan aku sibuk dengan ponselku. Aku terlalu lelah untuk berbicara, mungkin Rangga juga mengerti.

    Saat sedang asik melihat Facebook, tiba-tiba saja bayangan tentang semalam melintas di pikiran ku, mengingat hal itu membuat aku semakin kaku.

    "Sayang, kenapa ngelamun?" Tanya Rangga sembari menoleh ke arah ku sebentar.

    "Gak papah.." Jawab ku singkat.

    "Apa kamu masih kepikiran tentang semalam?" Tanya Rangga lagi, kali ini dengan senyum di wajahnya.

   Aku rasa Rangga adalah seorang peramal, bagaimana dia bisa tau apa yang sedang aku pikirkan sekarang ini. Tapi, aku tidak mungkin mengiyakan nya kan?

    "Mmm enggak ko.." Jawab ku mengalihkan pandangan.

   "Tenang aja, kalo kamu gak puas kita bisa ngelakuin lagi di rumah.." Kata Rangga dengan senyum yang semakin lebar di wajahnya.

   Aku sengaja tidak menanggapi perkataan Rangga kali ini, aku bingung harus menjawab apa?

   Perjalanan kali ini tidak memakan banyak waktu, karena jalanan tidak terlalu ramai. Jadi, aku dan Rangga lebih cepat sampai di rumah.

   Jam sudah menunjukkan pukul 9.30, sesampainya di rumah aku langsung menyemprotkan pewangi ke segala penjuru rumah, dan juga meletakkan beberapa camilan di atas meja. Sementara itu, Rangga juga ikut membantu dengan menyapu halaman rumah yang mulai di penuhi dedaunan yang jatuh dari pohon.

   Setelah selesai bebersih, aku memutuskan untuk mandi terlebih dulu, namun lagi-lagi Rangga menghentikan ku.

   "Mau mandi?" Tanya Rangga sembari berjalan masuk ke kamar.

   "Iya.." Jawabku sambil meletakkan handuk di dalam kamar mandi.

   Belum sempat aku berbalik, tiba-tiba saja Rangga sudah menutup pintu kamar mandi dan berdiri di belakang ku.

  "Kamu kenapa ikut masuk?" Tanyaku sedikit menjaga jarak dari Rangga.

   "Mau ikut mandi." Kata Rangga dengan entengnya.

   "Kan bisa gantian, lagi pula di ruang kerja kamu ada kamar mandi juga, mandi di sana aja.."

   "Gak mau, aku mau nya mandi sama kamu, plissss yah. Kan aku udah bantuin nyapu tadi, masa gak di kasih hadiah?"

   Sepertinya Rangga tidak akan keluar dari kamar mandi ini sebelum permintaan nya di kabulkan, aku tidak menyangka sifat liar nya begitu cepat muncul.

   Yah, seperti tadi malam, kejadian itu terulang lagi, kali ini aku berusaha untuk bisa mengendalikan diri ku sendiri, dan aku harap pinggang ku masih kuat berdiri setelah ini.

****
  "Halo asalamualaikum..." Ucapku setelah mengangkat panggilan telpon dari Bang Novan.

   "Walaikumsalam Na, kamu udah ada di rumah?"

   "Udah, Hana kan pulang nya pagi.."

   "Yaudah, kalo gitu tunggu Abang ya, Abang dikit lagi nyampe nih.."

   "Iya Hana tunggu..."

    "Kalo gitu Abang tutup dulu telpon nya ya, asalamualaikum.."

    "Walaikumsalam..."

     ........

    "Ga kamu sakit?" Tanyaku setelah meletakkan ponsel di meja kecil dekat ranjang.

     Rangga tiba-tiba saja memeluku dari belakang saat sedang menerima panggilan telpon dari Bang Novan.

   "Enggak, aku cuma mau meluk kamu aja sayang.."

   "Peluk nya nanti lagi ya, sekarang kita siap-siap dulu, Abang aku udah mau nyampe.."

  "Bener ya nanti lagi"

   "Iya.."

****
   "Assalamualaikum..." Ucap bang Novan di balik pintu rumah yang tidak terkunci.

   "Walaikumsalam.." Jawabku dengan Rangga berbarengan.

   Setelah membukukan pintu, betapa terkejutnya aku melihat Ibu dan ayah yang ikut datang bersama bang Novan. Tidak terasa air mata begitu saja mengalir membasahi pipiku, rasa rindu ini yang membuat ku menangis.

   "Ibu.." kataku sembari memeluk beliau.

   "Ibu minta maaf ya, baru bisa berkunjung sekarang." Ucap Ibu masih memelukku.

   "Sudah sudah, jangan nangis lagi, ayah pegel mau duduk.." Kata ayah mencairkan suasana.

   Setelah bersalaman, kami pun berkumpul di ruang tamu, sebelumnya Rangga juga sudah menyiapkan beberapa minuman dingin di meja.

   "Nak Rangga pasti belum kenal sama Novan ya, kebetulan sekarang ada orang nya sekalian kenalan aja.." Kata Ibu sambil memegang tangan ku.

   Setelah itu Rangga dan bang Novan pun berjabat tangan dan memperkenalkan diri masing-masing.

   "Rangga.."

   "Novan..."

    "Ayah mau ke kamar mandi.." Kata ayah sambil berdiri dari duduknya.

    Aku yang berniat untuk mengantar ayah ke kamar mandi hendak berdiri,  tapi tiba-tiba saja pinggang ku terasa nyeri, Rangga yang menyadari hal itu, hanya menatap ku dengan khawatir.

  "Biar Ibu aja yang antar ayah.."

  Aku hanya mengangguk menanggapi perkataan Ibu.

   Setelah Ibu dan ayah ke kamar mandi, kini tersisa kami bertiga di ruang tamu, Rangga yang masih khawatir dengan keadaan ku, langsung berpindah posisi ke samping ku, sementara itu bang Novan lebih memilih memakan camilan yang ada di meja.

   "Masih sakit?" Tanya Rangga sembari memegangi pinggang ku.

   "Sedikit.."

    "Mau aku ambilin minum?"

    "Gak usah, kamu duduk aja di sini, jangan kemana-mana.."

   Rangga hanya tersenyum menanggapi perkataan ku.

   "Bang Novan, sekarang mau kerja atau lanjutin studi lagi.." Tanya ku setelah beberapa saat terdiam.

   "Mau kerja aja, udah cukup belajar nya, Abang juga mau secepatnya punya pendamping.." Kata bang Novan sambil melihat ke arah ku.

  "Abang udah ada calon?" Tanya ku lagi.

  "Belum, mungkin nanti.."

   Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan Bang Novan.

  Setelah itu Ibu dan ayah kembali dan duduk di samping bang Novan.

  "Lagi pada ngomongin apa?" Tanya Ibu sedikit penasaran.

    Belum sempat aku berbicara, bang Novan sudah lebih dulu menjawab pertanyaan Ibu.

    "Cuma masalah pekerjaan.."

    "Oh.. masalah pekerjaan ya..."

    "Iya Bu, emang nya ngomongin apa lagi coba.."

    Aku dan juga Rangga hanya tersenyum melihat tingkah bang Novan yang seperti itu, padahal apa salahnya memberitahu Ibu tentang apa yang sedang kita bicarakan.

~Bersambung

  

  

   

    

 

Suamiku Berkursi Roda {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang