Bagian 25

3.4K 183 3
                                    

   Tidak terasa waktu terus berjalan, kebersamaan ku dengan Ibu, ayah, dan juga bang Novan terasa begitu singkat. Sore hari ini tepatnya jam 15.25, Ibu, ayah, dan bang Novan memutuskan untuk pulang di karenakan cuaca yang sedikit mendung, mereka juga tidak berniat untuk menginap karena memiliki kesibukan masing-masing.

   Setelah mereka pergi, lagi-lagi hanya ada aku dan Rangga. Jadi, kapan Bi Narsih kembali?

   "Pinggang nya masih sakit?" Tanya Rangga setelah menutup pintu.

   "Sedikit.." Jawab ku sembari meletakkan camilan ke tempat semula.

    "Kamu duduk aja, biar aku yang beresin sisanya.." Kata Rangga sambil membawa dua buah gelas kotor ke dapur.

    "Aku juga mau bantuin.." Kata ku setelah menaruh beberapa camilan.

   "Sayang kamu duduk aja ya, istirahat.." Ucap Rangga dengan senyum tipisnya.

   "Tapi aku mau.." Belum sempat aku menyelesaikan perkataan ku, tiba-tiba saja Rangga memotong nya.

   "Kalo gak nurut, aku bikin kamu gak bisa bangun dari kasur, gimana?" Kata Rangga dengan senyum nakalnya.

    "Aku duduk aja.." Jawabku dengan senyum terpaksa.

    Setelah itu aku memutuskan untuk duduk di sofa ruang tamu sambil memainkan ponsel. Sekilas aku melihat Rangga yang tengah sibuk mencuci gelas bekas tadi, tiba-tiba saja aku berfikir karena apa hubungan ku dengan Rangga bisa sedekat ini.

    Entah berapa lama aku duduk diam di sofa, sampai akhirnya Rangga sudah berada di sampingku.

   "Kenapa ngelamun?" Tanya Rangga sembari bersandar di bahuku.

   "Gak papah.." Jawabku dengan sedikit senyuman.

   "Kalo gak papah, pasti gak bakal ngelamun.." Kata Rangga lagi, kali ini wajahnya berada tepat di hadapan ku.

   "Kalo gitu, apa kamu bisa tebak aku lagi ngelamun'in apa.." Kata ku balas menatap wajah Rangga.

    "Lagi ngelamun'in....suami kamu yang ganteng ini kan..." Ucap Rangga dengan senyum yang merekah di bibirnya.

    "Hmm,,salah.." Kata ku pura-pura berfikir.

    "Terus kamu lagi ngelamun'in apa dong.." Tanya Rangga balik bertanya.

    "Kasih tau gak ya..." Kata ku masih dengan posisi yang sama.

    Kali ini Rangga tidak menanggapi perkataan ku, dia hanya menatap ku dengan raut wajah yang serius, aku sedikit bingung, tapi aku lebih memilih diam, sampai akhirnya panggilan telpon mengalihkan pandangannya.

   "Halo, ada apa Dit..."

   "Halo tuan, maaf sebelumnya kalo mengganggu, apa boleh saya ke rumah tuan sekarang, ada hal yang ingin saya sampaikan.."

   "Boleh, kebetulan saya juga sedang tidak sibuk..."

   "Tapi tuan, masalah ini ada hubungannya sama kasus pembunuhan temannya tuan.."

   "Istri saya sudah tau semuanya, tidak ada yang perlu di sembunyikan lagi.."

   "Syukurlah kalau istri tuan sudah tau, kalau begitu saya menuju ke rumah tuan sekarang.."

   "Baik, saya tunggu.."

   Kasus pembunuhan? Rangga bilang pelaku nya sudah di penjara, tapi kenapa masih di bahas lagi.

   "Tuh kan ngelamun lagi.." Kata Rangga sedikit cemberut.

   "Kata kamu kasus nya udah selesai, kenapa masih di bahas lagi.." Kata ku sedikit menyeledik.

   "Ternyata masih penasaran sama masalah ini ya.." Ucap Rangga sembari mengusap kepalaku.

   "Hmm.." Kata ku sedikit cuek.

   "Kita tunggu Didit datang aja ya, aku juga kurang tau ada hal apa lagi yang perlu di bahas.."

   Aku hanya mengangguk mengiyakan perkataan Rangga.

****
   Tidak terlalu lama kami menunggu, sampai akhirnya Didit datang, tapi dia tidak sendirian, ada seorang wanita yang menemaninya, aku rasa wanita ini terlihat tidak asing. Jadi, siapa dia?

   Setelah kami berkumpul di ruang tamu, Didit mulai mengeluarkan beberapa berkas yang tidak aku ketahui kegunaannya. Saat aku sedang mengamati berkas-berkas yang di lihat Rangga, tiba-tiba saja suara wanita itu menghentikan aktifitas kami.

   "Bukannya ini kaka yang waktu itu?"

   Sempat hening sesaat sampai akhirnya aku mengingat satu nama yang melintas di pikiran ku.

   "Rara..." Kataku meyakinkan diri.

   "Alhamdulilah kalau kaka masih inget aku, mungkin kalau aku gak ketemu sama kaka, aku gak akan sampai di tempat yang aku tuju.."

   Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan Rara, aku tidak menyangka kami akan di pertemukan kembali.

  "kamu udah saling kenal?" Tanya Rangga sedikit penasaran.

  "Iya, kami ketemu waktu aku sama mamah lagi main di taman.."

  Rangga hanya menganggukkan kepalanya menanggapi perkataan ku, lalu dia kembali fokus kepada berkas yang ada di tangannya.

  Suasana kembali hening, sebelum akhirnya Didit mulai berbicara.

  "Tadi siang polisi dan pengacara yang mengurus kasus pembunuhan ini datang ke hotel, tadinya mereka mencari tuan untuk di mintai keterangan, tapi saya bilang tuan sedang menghadiri acara keluarga, jadi saya mewakili tuan untuk berbicara dengan mereka.."

  "Lalu, apa yang ingin mereka bicarakan.."

  "Mereka bilang, bukti-bukti yang tuan berikan kurang lengkap. Jadi mereka butuh satu bukti lagi untuk sidang Minggu depan, minimal bukti seperti rekaman cctv.."

  "Beri aku waktu untuk berfikir.."

  "Baik, saya mengerti, mungkin hanya itu saja yang bisa saya sampaikan, hanya saja ada yang ingin Rara bicarakan kepada Tuan sebelum kami pergi.."

   "Hal apa yang ingin kamu bicarakan dengan saya.."

   "Ini bukan masalah pekerjaan.."

  "Jadi masalah apa yang ingin kamu bicarakan.."

  "Ini tentang saya dan pak Rangga.."

  "..."

~Bersambung

Suamiku Berkursi Roda {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang