Bagian 20

3.8K 206 4
                                    

    "Hana, sayang kamu kenapa nak? Ada apa?"  Tanya mamah setelah menyadari aku yang terduduk lemas di lantai, mamah menghampiri ku dan memelukku dengan lembut, kesedihan mamah semakin terlihat saat melihat aku yang tiba-tiba seperti ini.

    "Rangga mah....." Ucapku sambil terbata-bata.

    "Ada apa sama Rangga?"

    "Rangga kecelakaan..."

     Setelah mendengar perkataan ku, mamah tidak berbicara satu patah kata pun, hanya air mata yang membasahi pipinya. Sambil memelukku, mamah sempat berkata, "Kenapa semua ini terjadi.."

     Bi Narsih yang mengetahui hal ini, sempat ingin menghubungi Abi, namun beliau sudah berdiri kaku di depan pintu, ternyata Abi sudah mendengar perkataan ku, sebelumnya mamah sempat menelpon Abi, memberitahukan kepulangan Rangga, itu sebabnya Abi langsung bergegas ke Jakarta.

****
     Hening, begitulah keadaan di dalam mobil sekarang, aku, mamah dan juga Abi saling diam tak bersuara, masih tidak percaya akan apa yang terjadi kepada Rangga.

      Sebelumnya setelah kedatangan Abi, tanpa menunggu lagi kami langsung menuju rumah sakit tempat Rangga di rawat.

      Perjalanan menuju rumah sakit tidak memakan banyak waktu, karena masih di wilayah Jakarta, itu sebabnya kami cepat sampai di tempat yang di tuju.

      Sesampainya di rumah sakit, Abi langsung menanyakan keberadaan Rangga kepada salah satu suster yang bertugas.

      "Permisi sus, apa ada pasien yang bernama Rangga..."

      "Sebentar ya pak, saya cek dulu..."

       "Iya..."

       "Sekitar setengah jam yang lalu ada dua korban kecelakaan yang di larikan ke rumah sakit ini, salah satu korban menurut KTP nya bernama Rangga Aditya Pratama, apa betul pak.."

      "Iya betul sus, itu anak saya.."

       "Sekarang pasien yang bernama Rangga masih di tempatkan di ruang UGD, sebelumnya dengan bapak siapa?"

      "Hendra Pratama.."

       "Baik, bapak Hendra beserta keluarga bisa menunggu di tempat yang sudah di sediakan ya.."

     "Terimakasih sus.."

       "Sama-sama.."

****
      Belum lama kami menunggu di depan ruang UGD, seorang dokter sudah keluar dari ruangan itu dan menghampiri kami.

     "Dengan keluarga pasien?"

      "Betul dok saya orang tuanya.."

       "Bapak, Ibu apa boleh ikut keruangan saya sebentar, ada hal yang perlu saya bicarakan mengenai pasien..."

       "Dok apa boleh di sini saja di bicarakan nya.."

       "Tapi mbak ini..."

       "Dia istri nya Dok.."

        "Maaf, saya kira mbak ini bukan istrinya.."

       Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan dokter itu.

      "Jadi begini pak, setelah kami periksa, tidak ada luka fatal pada tubuh pasien. Hanya ada luka kecil seperti memar yang akan sembuh dalam beberapa hari.."

      "Tapi dokter, anak saya lumpuh, saya khawatir luka lamanya terbuka lagi.." Jawab mamah dengan cemas.

      "Lumpuh? Setau saya pasien tidak mengalami cedera apa pun di kakinya, dan tidak ada tanda-tanda kelumpuhan pada pasien..."

     Kami hanya terdiam mendengar kenyataan bahwa Rangga tidak lumpuh. Jadi.. selama ini dia berbohong...

      "Dok apa boleh saya melihat anak saya.." Tanya Abi yang seketika raut wajah nya berubah menjadi datar.

      "Boleh silahkan, kalo begitu saya permisi dulu..."

     Sesampainya di dalam, aku melihat Rangga yang terbaring sembari memejamkan matanya.

     Aku hanya melihat nya dari kejauhan, ada kesedihan dan juga kemarahan datang secara bersamaan. Apa yang membuat kamu harus berpura-pura seperti ini, karena apa?

    Rangga yang menyadari kehadiran kami, dengan perlahan membuka matanya.

    "Sebaiknya kamu jelaskan ini semua kepada istri mu." Ucap Abi, seraya menggenggam tangan mamah, setelah itu mereka pergi meninggalkan aku dan Rangga.

    Kini hanya tersisa kami berdua di ruangan ini, aku masih berdiri di tempat ku yang sedikit jauh dari jangkauan nya.

   "Kenapa kamu pura-pura lumpuh di depan aku..." Tanya ku sembari menahan air mata yang mendesak ingin keluar.

    "Maafin aku Na, tadinya aku mau ngasih tau kamu tentang ini di waktu yang tepat, tapi aku gak nyangka ini semua terjadi.."

    "Dari awal menikah kamu pura-pura lumpuh Rangga, apa sebegitu gak mau nya kamu di jodohkan sama aku?" Tanya ku lagi, masih dengan posisi yang sama.

    "Bukan begitu Na..."

    "Kalo kamu gak bisa jujur sama aku dari awal, itu tandanya kamu belum sepenuhnya menerima aku jadi istri kamu, kenapa?"

     Rangga tidak menanggapi perkataan ku, dia hanya terdiam di tempatnya, begitu pun dengan aku yang tidak ingin berdebat di saat seperti ini.

     Aku lebih memilih pergi meninggalkan Rangga, bukannya egois, hanya saja aku terlalu enggan untuk berdekatan dengannya sekarang.

     "Mah Hana mau pulang dulu.." Kataku setelah keluar dari ruangan.

    "Yaudah, kalo Hana mau pulang biar mamah sama Abi yang jagain Rangga ya.."

    Aku hanya mengangguk menanggapi perkataan mamah.

    Setelah berpamitan, aku bergegas keluar untuk menunggu taksi yang sudah aku pesan sebelumnya.

     Perjalanan pulang kali ini, benar-benar di penuhi rasa kecewa, berbeda dengan perjalanan menuju ke sini yang di penuhi rasa cemas.

     Mengetahui hal ini, aku jadi curiga bahwa Rangga menyembunyikan hal lain lagi.

****
     "Neng gimana kondisi Den Rangga?" Tanya Bi Narsih sesampainya aku di rumah.

     "Alhamdulilah baik-baik aja.."Jawab ku setenang mungkin.

    "Loh terus kenapa neng Hana pulang?"

    "Gak papah, nanti sore Hana balik lagi, sekarang mau nyiapin keperluan Rangga dulu.."

    "Ouh begitu, neng apa sebaiknya makanan yang tadi Ibu buat kita bagiin separuh nya, soalnya pasti gak kemakan semua.."

    "Yaudah kalo gitu Bibi bungkusin aja ya, nanti kita bagiin ke tetangga."

   "Iya neng.."

   "Hana ke kamar dulu ya Bi.."

   "Iya.."

****
    Sesampainya di kamar, aku hanya terduduk di ranjang ku, mengingat hal itu membuat ku seolah-olah tidak bisa berfikir.

     Baru kemarin dia menyatakan cintanya, baru kemarin juga dia bilang agar aku tidak meninggalkan nya.

    Selama ini sikap lemah lembut nya itu, apa kebohongan juga?

~Bersambung

      Jangan lupa vote dan beri saran agar author lebih semangat dalam membuat cerita. Terimakasih...
    

Suamiku Berkursi Roda {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang