Bagian 27

3.2K 179 4
                                    

  "Aku gak sempet buang fotonya, karena aku pikir fotonya udah hilang di makan rayap.." Kata Rangga dengan alasan yang cukup masuk akal.

   "Jadi, apa sekarang kamu masih mau simpen fotonya?" Tanyaku sembari menyerahkan foto Nanda yang sedari tadi berada di genggaman ku.

   Rangga hanya menggeleng, lalu mengambil foto itu dan merobek nya menjadi beberapa bagian. Setelah itu, Rangga membuang foto itu ke tempat sampah yang berada di depan gudang.

   "Fotonya udah di buang kan? Jadi, sekarang apa kamu masih cemburu sayang?" Kata Rangga sembari meraih tanganku ke dalam genggamannya.

   Aku tidak memintanya untuk merobek-robek foto itu sampai terbagi menjadi beberapa bagian. Tapi, dia melakukannya sendiri, apa sebenci itu Rangga kepada Nanda?

   "Sayang.." suara Rangga membuyarkan lamunanku, tidak jarang pula aku selalu melamun ketika sedang memikirkan suatu hal.

   "Hmm.." kata ku sembari tersenyum canggung.

   "Kenapa ngelamun?" Tanya Rangga sambil mengusap kepala ku yang tertutup oleh kerudung.

   Aku hanya menggeleng menanggapi perkataan Rangga, setelah itu aku melihat ke sekeliling ruangan, dan pandangan ku tertuju pada salah satu ruangan yang bersebelahan dengan gudang. Ngomong-ngomong perihal ruangan, lantai dua ini memiliki tiga ruangan, dan juga ruang tengah yang di lengkapi sofa sama hal nya seperti ruang tamu.

    "Mau liat ruangan yang lainnya?" Tanya Rangga setelah menyadari pandangan ku yang tertuju pada salah satu ruangan yang tertutup.

    Aku hanya mengangguk mengiyakan perkataan Rangga, setelah itu kami menuju ke salah satu ruangan yang masih tertutup rapat oleh pintu. Tapi, pintunya tidak terkunci, jadi mudah bagi Rangga untuk membukanya.

    "Ini gym pribadi aku.." Kata Rangga setelah menyalakan lampu.

    "Kenapa ga nge-gym di luar aja?" Tanya ku sedikit penasaran.

    "Aku kurang suka berbaur, lagi pula gak ada salahnya kan bikin tempat olahraga sendiri.." Jawab Rangga sembari melihat-lihat peralatan olahraga nya yang masih tertata rapi.

   "Tapi kan, di rumah gak ada pelatih nya, gimana kalau kamu kenapa-napa pas lagi olahraga yang berat-berat?" Tanya ku lagi.

   Suka bertanya adalah kebiasaan ku.

   "Kamu khawatir sama aku?" Kata Rangga bertanya balik, kali ini dia berjalan ke arahku.

    Tentu aku khawatir, tapi melihat kondisinya yang baik-baik saja, aku rasa suamiku ini bisa segalanya.

   "Enggak.." Ucapku sembari tersenyum.

    "Kenapa gak khawatir?" Tanya Rangga lagi, dengan menunjukkan ekspresi wajah yang penasaran.

    "Karena.. suami aku itu bisa segalanya." Jawabku masih dengan senyuman.

    Rangga yang mendengar perkataan ku sempat tersenyum, sebelum akhirnya kembali bertanya.

    "Siapa suami nya?"

    "Siapa lagi kalau bukan.. Lee Jong Suk.." Jawabku sembari menahan tawa melihat ekspresi wajah Rangga yang seketika berubah mendengar nama "Lee Jong Suk".

    "Ouh Lee Jong Suk ya, aku juga punya perempuan yang istimewa di hati aku." Kata Rangga masih berdiri di posisinya.

    "Siapa?" Tanya ku penasaran.

    Apa orang itu aku? Aku harap begitu.

   "Siapa lagi kalau bukan...Hannah Al Rasyid." Kata Rangga sembari menertawakan ku.

    "Kenapa ketawa?" Tanya ku dengan ekspresi wajah yang kesal, padahal aku sendiri yang memulainya.

    Rangga tidak menanggapi perkataan ku, dia hanya tersenyum lalu berjalan ke arahku.

   "Gak ada wanita lain lagi yang istimewa di hati aku selain kamu.." Kata Rangga sembari memeluku.

    Aku hanya terdiam sampai akhirnya aku menyadari pelukan Rangga semakin erat, itu artinya..

    Tidak, tidak, tidak. Pinggang ini masih butuh istirahat.

   "Mau makan malem sama apa?" Tanya ku sambil berusaha melepaskan diri dari pelukannya, jika terus menempel seperti ini, aku rasa kejadian tadi pagi akan terulang lagi.

   "Mau makan kamu aja." Kata Rangga sembari memberikan senyuman khas nya.

   "Gak bisa." Kata ku sembari menggelengkan kepala.

   "Kenapa?" Tanya Rangga sedikit kecewa.

   "Ini, sakitnya belum hilang." Kata ku sembari menunjuk ke arah pinggang yang memang terasa sakit.

   "Pinggang cepet sembuh ya, biar bisa olahraga lagi.." Kata Rangga sambil memegangi pinggang ku.

   Aku hanya tersenyum melihat tingkah laku suami ku ini.

   Setelah percakapan yang cukup panjang itu, aku dan Rangga memutuskan untuk turun ke bawah mengingat jam sudah menunjukkan pukul 16.50.

****
    Setelah selesai mandi dan sholat ashar, tidak terasa hari sudah semakin sore. Aku bergegas menghampiri Rangga yang tengah sibuk di ruang kerjanya, tidak lupa membawa dua gelas sirup dan beberapa camilan.

    "Masih sibuk?" Tanyaku sembari meletakkan sirup dan camilan di meja yang kosong.

   "Dikit lagi.." Jawab Rangga sambil menoleh ke arah ku, tidak lupa dengan senyum tipis di bibirnya.

    Aku masih berdiri di samping meja, sampai akhirnya Rangga menarik ku ke pangkuannya, ini terasa sedikit aneh. Rangga tidak berbicara satu patah kata pun, dia kembali fokus dengan layar laptop di hadapannya.

   "Mm...apa kamu gak pegel?" Tanyaku setelah cukup lama terdiam.

   "Enggak ko, malah aku ngerasa nyaman kamu duduk di pangkuan aku." Kata Rangga sembari menutup layar laptopnya.

   "Udah selesai?" Tanya ku lagi, mengalihkan pembicaraan.

   Rangga hanya mengangguk, setelah itu dia berdiri dari duduknya, tapi Rangga tidak menurunkan aku, kali ini dia malah membopong aku dengan santai seperti tidak ada beban.

  

  

   

   

  

   

  

  

  

  

 

Suamiku Berkursi Roda {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang