Bagian 18

3.9K 207 0
                                    

****
Setelah selesai melaksanakan sholat Dzuhur, Abi menerima panggilan dari kolega nya, yang mengharuskan Abi untuk pergi.

"Hana, Abi titip Umi ya.." kata Abi sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

"Pasti Bi..."

"Umi...Abi pamit ya, jangan lupa istirahat."

"hati-hati di jalan ya Bi.."

"Iya, Asalamualaikum..."

"Walaikumsalam.."Ucapku serentak dengan mamah

Setelah kepergian Abi, aku mengantar mamah untuk beristirahat ke kamar yang telah di sediakan.

Saat aku hendak meninggalkan ruangan, tiba-tiba saja mamah menghentikan langkahku.

"Hana, bisa temenin mamah sebentar?"

Aku hanya mengangguk mengiyakan permintaan mamah.

"Mamah masih belum mau istirahat?" Tanyaku setelah duduk di sampingnya.

Mamah hanya mengangguk menanggapi perkataan ku.

"Hana...apa selama dua bulan ini kamu dan Rangga...sudah tidur bersama?" Tanya mamah sedikit canggung.

Seketika aku menjadi gugup mendengar pertanyaan mamah, aku tidak menyangka mamah akan menanyakan hal ini.

Akhirnya, aku memutuskan untuk menggelengkan kepalaku, menandakan bahwa aku dan Rangga sejauh ini belum melakukan hal itu.

"Mamah paham.."

"Hana minta maaf mah, mungkin Hana belum bisa sepenuhnya jadi istri yang baik buat Rangga.." kataku setelah beberapa saat terdiam.

"Hana, kamu adalah istri yang sempurna buat Rangga, bisa menerima Rangga sebagai suami mu, adalah suatu kebahagiaan tersendiri buat mamah. Ngomong-ngomong sejauh ini apa kamu sudah mulai ada rasa sama Rangga, sebelumnya mamah minta maaf kalo terlalu banyak tanya."

"Gak papah ko mah, sebenernya Hana juga bingung sama perasaan Hana sendiri. Hana gak tau apa perasaan Hana ini bisa di sebut perasaan cinta? Kalaupun iya, apa Rangga juga memiliki perasaan yang sama?" Kataku mengeluarkan pertanyaan yang selama ini mengganjal di hati ku, yang bahkan aku saja tidak bisa menjawabnya.

"Mamah senang Hana bisa berbicara secara terbuka sama mamah, Sebenarnya, mamah khawatir rumah tangga kamu sama Rangga tidak harmonis, mengingat kalian berdua menikah karena perjodohan, dan juga Rangga itu orangnya sangat acuh sama orang yang baru dia kenal, buktinya sangat terlihat saat resepsi pernikahan kalian, Rangga sangat sulit tersenyum. Tapi, mamah bersyukur kalau kalian berdua baik-baik saja, yaudah kalau begitu, mamah mau istirahat dulu ya, bokong mamah pegel dari tadi duduk terus."

"Yaudah, mamah istirahat aja ya, Hana juga mau ke kamar."

Selain Ibu, mamah adalah orang kedua yang memperlakukan ku dengan lemah lembut, itu sebabnya aku tidak merasa gugup sama sekali saat bercerita dengan beliau.

Sesampainya di kamar, aku mengambil ponsel ku dan duduk di sisi ranjang, tidak ada satu notifikasi pesan pun yang masuk, aku rasa ponsel ini tidak berguna.

Belum lama aku melihat-lihat Facebook, ada satu notifikasi pesan yang masuk dari sekretaris Rangga.

{Asalamualaikum istrinya tuan, sebelumnya saya mau menyampaikan kalau tuan mau pulang besok, mungkin itu saja yang mau saya sampaikan, Asalamualaikum...}

Entah kenapa, mengetahui Rangga akan pulang, rasanya aku sangat senang. Tanpa aku sadari, bibir ku mengukir senyuman tipis, tidak sabar rasanya menunggu hari esok.

Cuaca yang cukup terik di siang hari, membuat siapapun enggan untuk keluar rumah, begitu juga aku, yang memutuskan untuk tidur siang sejenak, merehatkan tubuh, menenangkan pikiran, dan juga menghilangkan rasa bosan.

****
Nanda

Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin menunggu sampai Rangga benar-benar menjebloskan aku ke penjara, tapi, bagiamana caranya aku keluar dari sini, sementara pintunya saja di kunci, dan juga bisa-bisanya kunci kamar ku tertinggal di mobil.

Cukup lama Nanda berpikir, sampai akhirnya ia teringat akan satu orang yang mungkin saja bisa membantunya.

Tidak butuh waktu lama, Nanda langsung menghubungi seseorang yang ia maksud dengan ponsel nya.

"Halo.."

"ya halo.."

"Apa kamu masih ingat sama saya?"

"Nona Nanda?"

"Betul saya Nanda Olivia, apa kamu ingat sebelumnya keluarga saya pernah membantu kamu? Dan itu sama saja kamu punya hutang sama saya, sekarang, saya butuh bantuan kamu, datang ke hotel xxx Jakarta, dan sebisa mungkin cari kerja apapun itu, yang mengharuskan kamu untuk tetap berada di hotel. Setelah kamu berhasil mendapatkan pekerjaan di hotel itu, kabari saya lagi.."

"Bagiamana jika saya menolak?"

"Kamu gak bisa nolak, kalo kamu berhasil anggap aja hutang kamu udah lunas, dan saya gak akan pernah gangguin kamu dan tentunya Ibu kamu."

Belum sempat orang itu menjawab, panggilan telpon sudah di akhiri oleh Nanda.

"Rangga Aditya Pratama, aku tunggu perceraian mu."

****
"Aku pikir setelah tiga tahun dia tidak akan menggangu ku lagi, tapi siapa sangka dia menghubungi ku lagi, dan dengan seenaknya menyuruh ku melakukan hal yang bahkan aku belum setuju untuk melakukan nya.."

"Rara..makan siang dulu nak" Ucap seorang wanita, yang berada di balik pintu kamar.

"Iya Bu..."

Rara Ayunda. Putri satu-satunya dari seorang wanita yang bernama Riris Wati, tumbuh besar dari keluarga yang sederhana, dan juga sudah menjadi yatim sejak kecil. Ibu Rara sudah cukup lama bekerja sebagai pelayan di rumah Nanda, awalanya semua baik-baik saja, sampai akhirnya Ibu Rara mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya.

Ibu Rara sempat mengalami koma selama satu bulan, dan dalam satu bulan itu, Rara menggantikan ibunya untuk bekerja di kediaman Nanda Olivia, Rara melakukan itu semua semata-mata untuk berterimakasih kepada keluarga Nanda terutama ayahnya, yang masih berbaik hati mau membiayai pengobatan rumah sakit ibunya.

Selama satu bulan itu, Rara di tugaskan untuk menjadi pelayan pribadi Nanda, yang menyiapkan segala keperluan Nanda setiap harinya. Semua baik-baik saja pada awalnya, namun karena satu kesalahan membuat semuanya berubah, di suatu malam Rara di tugaskan untuk menyetrika sebuah gaun pesta yang akan di kenakan Nanda. Saat sedang menyetrika, Rara menerima panggilan telpon dari dokter yang menangani ibunya selama koma. Rara langsung mengangkat panggilan telpon itu tanpa mempedulikan setrikaan yang masih menyala.

Hal yang tidak di inginkan pun terjadi, Nanda marah besar karena gaun nya rusak, ayah Nanda dan juga ibunya tidak bisa berbuat apa-apa, karena gaun itu adalah gaun kesayangan Nanda Olivia, dari permasalahan itu Rara di pecat dan menjalani kehidupan bersama ibunya tanpa menjadi pelayan lagi, selama tiga tahun terakhir ini, Rara bekerja di sebuah kafe yang upahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari nya.

"Sepertinya hari-hari ku yang damai dan tentram akan hilang."

~Bersambung


Suamiku Berkursi Roda {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang