Bagian 17

4.1K 241 3
                                    

Rangga

     Melupakan kenangan itu sulit, sama halnya dengan kembali membangun cinta baru.

    Kebanyakan orang yang putus cinta akan mengatakan hal itu, memang sulit melupakan hal indah bersama  orang yang di kasihi, jika cinta yang di bina tulus dari hati, berbeda dengan ku, jika mengingat kenangan bersamanya, hanya akan menimbulkan kebencian yang amat sangat.

    Aku sempat menutup pintu hati ku rapat-rapat, berharap tidak pernah jatuh cinta lagi, namun perasaan seseorang tidak bisa di tebak, sampai akhirnya dia datang dan merubahnya, dua bulan aku menjalani pernikahan ini, aku mulai bisa merasakan perasaan yang sempat hilang. Jadi, begini rasanya kembali jatuh cinta.

   Aku selalu berdoa, semoga Hana adalah yang terkahir dalam hidupku.

****
  Hana

       Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, namun yang ditunggu-tunggu belum datang juga, mamah sempat mengirim pesan, beliau akan datang sekitar jam sembilan pagi, tapi sudah lewat satu jam belum sampai juga, aku sedikit khawatir.

    Sambil duduk termenung, aku melihat foto pernikahan ku dan Rangga yang terletak di meja kecil ruang tamu. Sebuah foto yang tertata rapi di sebelah vas bunga itu mengingatkan aku kepada Rangga, semakin hari pikiran ku di penuhi oleh Rangga, dan hanya Rangga, tidak ada yang lain.

    Aku tidak menyangka, pernikahan dari perjodohan ini, membuat hati ku tergerak kepada seseorang yang sekarang ini adalah suamiku, tapi, bagaimana jika cintaku ini hanya bertepuk sebelah tangan? Bagaimana jika Rangga sebenarnya belum bisa mencintai ku? Apa yang harus aku lakukan?

     Mau bagaimana pun juga, aku yakin tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

     "Neng.."

      Suara Bi Narsih seketika membuyarkan lamunanku.

     "Ada apa Bi?"

     "Itu, si Ibu udah sampai gerbang..."

    "Loh, ko aku gak denger suara mobil Bi?"

    "Makanya jangan kebanyakan ngelamun atuh neng, yaudah ayo kita samperin si Ibu..."

     Aku hanya tersenyum malu menanggapi perkataan Bi Narsih, lalu kami berdua menghampiri mamah yang sudah turun dari mobil, tidak hanya itu ternyata Abi juga ikut berkunjung bersama mamah.

     "Asalamualaikum..." Ucap mamah setelah melihat keberadaan ku dan Bi Narsih.

     "Walaikumsalam..." Jawab ku serentak dengan Bi Narsih.

     Tanpa berkata lagi, mamah menghampiri ku, dan memelukku dengan lembut.

    Sementara itu, Bi Narsih sibuk membawakan barang bawaan mamah.

    Cukup lama mamah memelukku, sampai akhirnya Abi menghampiri ku dan mengucapkan salam, dan disitulah pelukan ku dan mamah berakhir, setelah menjawab salam dari Abi, aku mempersilahkan keduanya untuk masuk ke dalam dan beristirahat.

     Sesampainya di ruang tamu, Bi Narsih sudah menyiapkan minuman dan beberapa camilan di meja transparan itu, benar-benar cekatan.

    Setelah beberapa saat terdiam, aku mulai membuka obrolan dengan kedua mertuaku, meskipun awalnya sedikit ragu-ragu untuk membuka mulut.

    "Abi mau ikut nginep di sini sama mamah?" Tanyaku dengan nada sesopan mungkin.

    "Abi gak ikut nginep, cuma nganterin Umi aja.." Jawab Abi dengan senyum khas seorang ayah.

Suamiku Berkursi Roda {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang