WILD MOM

11

Jangan lupa follow @yerimiesweety supaya kalian gatinggalan kabar terkini yawwww sistuuuuurrr 💖

Dan jangan lupa tinggalkan vote dan komen sebanyak - banyaknya supaya aku lebih semangat lanjutin cerita ibu tiri sama mantannya yang seksi hihi

WILD MOM

❦

Taehyung tak henti - hentinya melirik jam tangan rolex yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Para pekerja yang bertugas mengurus keperluannya sudah pergi setengah jam yang lalu. Artinya, Taehyung sudah rapi sejak saat itu. Ia seharusnya sudah berangkat untuk menjemput Irene. Nalurinya memaksa, membuat Taehyung tak bisa menolak. Jauh dari dalam hatinya, ada ruang kosong yang merindukan sosok yang beberapa hari tak terlihat. Taehyung bisa menyangkal kerinduan melalui kata - kata, namun ia tak bisa menahan hasrat ingin segera bertemu.

Gila, bukan? Ia mengakuinya.

Taehyung mengumpat untuk kesekian kalinya. Kelakuan sang pemilik apartemen sudah tidak bisa di tolerir lagi. Taehyung sudah membuang - buang waktunya selama dua puluh menit untuk menunggu pria dibalik pintu kamar mandi. Entah apa yang sedang dilakukannya, Taehyung tak mau peduli. Mendekati pintu ruangan dimana Jimin mendekam, tanpa mengetuk Taehyung bersuara. Ia yakin Jimin pasti mendengar ucapannya.

"Aku berangkat duluan, Jim. Kau bisa menyusul jika urusanmu sudah selesai."

"Ya! Tidak bisa begitu! Sial, sebentar lagi. Tinggal sebentar lagi. Tae, tunggu aku sebentar, oke. Aku tidak akan membawa mobil kali ini." Jimin mengulang kalimat yang sama berkali - kali sembari berteriak dari dalam. Meminta belas kasih dari temannya ini. Sial, Jimin tidak tahu ada campuran apa dalam makan siang yang disiapkan sang asisten siang tadi, yang pasti dugaannya, karena makanan itu perutnya menjadi mulas. Jimin sudah minum obat, tapi reaksi dari obat yang diminumnya tidak akan bereaksi secepat itu.

"Aku duluan. Kau bisa langsung menyusul ke rumah ibu Irene. Kau tahu dimana rumahnya? Beritahu aku alamatnya."

Jimin sadar jika ia tak akan bisa menyelesaikan urusannya secepat itu, jadi ia memutuskan memberitahu Taehyung. Teringat bahwa Taehyung belum terlalu tahu mengenai kawasan kota, Jimin mengirim alamatnya melalui pesan. Setelah mengantongi lokasi rumah tujuannya, Taehyung meninggalkan apartemen Jimin. Mengendari kereta besinya menuju rumah ibu Irene. Tak sampai dua puluh menit, Taehyung sudah memasuki halaman rumah berlantai dua itu. Rumah yang tak kalah mewah dari rumah yang ditinggalinya bersama Irene. Tak lama setelah Taehyung menghentikan mobilnya di penghujung tangga, sebuah mobil menyusul dibelakang. Mobil yang Taehyung kenali siapa pemiliknya.

Melirik Jimin keluar dari mobilnya, Taehyung pun ikut turun. Ia menahan nafas ketika melihat pemandangan diambang pintu, berjarak sedikit jauh dari tempatnya.

"Kita berdua dalam bencana, Kim."

Gumaman Jimin benar. Mereka berdua dalam bencana kali ini. Bukan masalah buruk yang bisa melukainya, namun ini—Taehyung sampai kehabisan kata - kata dibuat oleh wanita yang berdiri bersampingan dengan gadis Kang yang terlihat tidak menyukainya. Haruskah Taehyung menyesali mengapa wanita itu terlihat sangat cantik malam ini?  Sadarkah wanita itu juga bahwa kecantikannya itu bisa menarik banyak pasang mata untuk memperhatikan miliknya. Taehyung tidak bisa menamai perasaannya saat ini, yang pasti ia kesal. Kekesalan yang tertahan dalam hati.

"Sial. Seharusnya aku tidak disini, Tae. Seulgi—kenapa sang mantan terlihat lebih cantik dan menggoda ketika dirinya bukan lagi milikku?"

Taehyung tak mengindahkan ucapan Jimin. Dirinya hanya fokus pada satu objek yang melempar senyum padanya. Kali ini bukan seringai seperti biasa wanita itu tampilkan. Taehyung melihat sebuah senyum tipis yang tulus. Itu adalah senyum yang selalu Irene tampilkan ketika Taehyung menjemputnya ke rumah gadis itu saat mereka masih berhubungan. Kejadian itu terjadi lagi, Irene menunggunya di depan rumah gadis itu. Yang membedakannya hanyalah bangunan dan perasaan yang Taehyung sendiri kesulitan untuk memahaminya.