36 : nama bayi

652 54 5
                                    

jena pov on

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jena pov on.

tatapanku kosong.
rasanya aku tidak lagi mempunyai semangat untuk hidup.
rasanya semua beban terasa sangat berat untukku.

"nah, suapan terakhir aaaa!" meskipun aku sedang tidak berselera untuk makan tapi buna memaksaku jadi aku mau tidak mau menerima suapannya.

setelah itu buna menyimpan mangkuk yang telah kosong di nampan lalu mengambil gelas dan memberikannya padaku.

"buna!" panggilku pada buna yang tengah menyimpan gelas tadi.

buna menegakkan badannya lalu fokus memandangiku, "kenapa sayang?" aku terdiam beberapa detik lalu menatap dalam buna, "kenapa hidup jena seperti ini? apakah memang dari awal salah? ataukah ini balasan karena jena pernah berhubungan intim dengan jaehyun sebelum menikah? apa—"

"sutt— jangan berbicara seperti itu!" potong buna lalu duduk di atas brankar sampingku.

"jena ingin tahu kenapa hidup jena seperti ini?"

aku mengangguk, "tuhan tahu kalau jena itu perempuan yang kuat, maka dari pada itu tuhan memberi cobaan yang berat di hidup jena. kenapa banyak sekali? karena ya itu, tuhan percaya kalau jena pasti bisa mengatasi semua cobaan yang di beri."

mataku sudah berkaca-kaca, "dan tuhan tidak akan memberi cobaan secara sia-sia, pasti ada hikmah dibalik. trust me!" aku menunduk dan diam tidak menjawab, "jena–ya!" panggil buna sambil memegang tangan kiriku, aku pun mendongak kembali menatapnya.

"hmm?"

"sebenernya buna sudah tahu hubungan jaehyun dari desember lalu. maaf buna tidak memberi tahumu dahulu, buna hanya tidak ingin kau tidak fokus bekerja makanya buna minta pada jaehyun untuk tidak memberitahumu dulu."

lagi-lagi suatu fakta kembali menohokku.
jadi selama ini hanya aku yang tidak tahu?
demi tuhan aku sangat ingin marah detik ini juga.

"maaf—" aku langsung memalingkan wajah, "i want to be alone, please leave me!"

buna tersenyum, "geraeu, kalau ada sesuatu panggil buna saja."

aku mengangguk secara terputus-putus, setelah itu buna pun keluar dari ruang rawat jena dan ternyata sedari tadi baba berdiri diambang pintu memperhatikan aku dan buna, setelah buna keluar baba menghampiriku, "baba tahu jena kesal. tapi jangan sampai membenci buna eoh? dia melakukan ini hanya untuk tidak menyakitimu." aku diam lagi, baba duduk lalu memelukku erat, "minggu lalu baba menonton film indonesia dan ada quote yang paling baba ingat. jena ingin tahu tidak?" aku mengangguk, "don't ever say that someone hurt you, the next day that person will disappear.jangan pernah mengatakan bahwa seseorang menyakitimu, besoknya orang itu akan menghilang." setelah itu baba melepas pelukannya.

"anak baba, anak cantik, anak kuat!" oh shit, aku ingin menangis ketika baba berucap seperti itu. sebelum keluar dari ruang rawat, baba lebih dulu mengecup kedua pipiku lalu berakhir di keningku.

Magnum (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang