24

249 41 2
                                    

"Kenapa tuh muka?"

Tanya seorang gadis, kepada sahabat karibnya, yang beberapa jam yang lalu menghubunginya meminta untuk bertemu itu.

"Ck!"

"Lo tau gak, idiot sialan itu selalu buat gue kesel!" Kata teman dari gadis itu, dengan tatapan tajam dan tangan yang mengepal kuat.

Lavanya, gadis itu tersenyum sekilas, sebelum mengangkat cangkir latte lalu menyesap latte yang sekarang berada di hadapannya.

"Lo gak berubah ya ternyata." Kata Lavanya, yang membuat temannya itu hanya meliriknya sengit.

"Kurangi rasa benci Lo," katanya, temannya itu hanya menatap tajam dan tidak setuju dengan perkataan Lavanya.

"Dia adek Lo, kalo Lo lupa." Lanut Lavanya, yang membuat temannya itu hanya berdecih.

"Narissa, Narissa. Lo sadar gak sih?"

"Dari kecil, Lo selalu benci sama dia walau dia adek kandung Lo." Lanjut Lavanya, pada Narissa yang tidak lain sahabat karib Lavanya.

"Andai Lo tau sebenarnya, Nya." Kata Narissa, tersenyum masam itu.

"Dari awal kelahirannya, si idiot itu selalu aja di banggain dan itu membuat gue iri." Kata Narissa, Lavanya mengerutkan keningnya.

"Di banggain?"

Narissa tersenyum masam, "Iya, di banggain."

"Tapi itu dulu, jauh sebelum ke idiotan nya muncul di sekolah dasar." Lanjut Narissa, sembari tersenyum miring itu.

"Dari dari situ, gue bahagia."

"Sangat bahagia, karena label kebanggaan yang ada di dia, di ganti dengan label barang cacat."  Lanjut Narissa lagi, kini mulai terkekeh sekilas, lalu mengangkat gelas miliknya dan menyesap americano miliknya.

Mendengar penuturan dari sahabat karibnya itu, nampaknya membuat Lavanya masih belum mengerti dengan sikap sahabat karibnya itu terhadap adiknya.

"Well, itu bagus."

"Dan sekarang Lo udah bahagia, putri kebanggaan juga udah ada di tangan Lo,"

"So, kenapa masih benci?" Tanya Lavanya, Narissa kembali menampilkan senyum masamnya.

"Emang bagus,"

"Tapi karena dia, gue gagal nikah sama Jeffan Kalingga, cowok yang jadi tipe gue selama ini." Lanjut Narissa, Lavanya terdiam sesaat.

Mereka sama-sama terdiam, hingga Lavanya mulai menatap sahabatnya itu, "Oke, gue bantu Lo."

"Gue bantu Lo dapetin Jeffan Kalingga." Lanjut Lavanya, yang membuat Narissa tersenyum lebar.

"Serius?" Lavanya mengangguk.

"Iya, gue serius." Jawab Lavanya lagi sembari menganggukkan kepalanya.

"Aaa thank you my bestie." Kata Narissa, sembari memeluk Lavanya sekilas.

"Oke,"

"Jadi, cara satu-satunya agar Lo bisa lebih deket sama Jeffan,"

"Lo harus bersosialisasi di tempat-tempat ini." Lanjut Lavanya, sembari memperlihatkan sesuatu dari ponselnya itu pada Narissa.

"Seringnya Jeffan ikut acara sosialisasi, lebih sering juga Lo bisa ketemu dan deket sama Jeffan."

"And yeah, jangan sia-siakan kesempatan itu princess,"

"Gue pergi." Kata akhir Lavanya, mulai bangkit dari duduknya, mengangkat tas jinjingnya dan melangkah pergi dari kafe itu.

KALINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang