02

745 78 0
                                    

"Barga,"

Suara dari seorang laki-laki dengan jas putih khas dokter nya baru saja memasuki sebuah ruangan bernuansa putih itu mulai terdengar.

"Ga?" Panggilnya lagi, namun laki-laki yang menjadi tujuan panggilannya itu terus saja disibukkan oleh sebuah papan dan pulpen di tangannya, sembari membaca sebuah data itu dalam papan tersebut.

"Ga?" Panggilnya lagi, namun laki-laki yang menjadi tujuan panggilannya itu terus saja disibukkan oleh sebuah papan dan pulpen di tangannya, sembari membaca sebuah data itu dalam papan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Barga Bimantara!"

Panggilnya sekali lagi dengan sedikit meninggikan suaranya itu, membuat sang empu membalik data tersebut tanpa menoleh sedikit pun.

"Gue denger." Jawabnya singkat, mulai meletakkan papan tersebut dan beralih menatap laki-laki tinggi itu dengan datar.

"Terus kenapa gak jawab pas gue Panggil, njing!"

"Lo tolol, cuma manggil gak lanjutin kalimat lo,"

"Kalo cuma manggil doang, banyak pasien disini juga yang manggil gue doang tapi gak ngomong setelahnya, kayak Lo." Lanjut Barga, merotasikan matanya saat menghadapi teman masa kecilnya sekaligus partner kerjanya itu.

"Lo pikir gue gila?!"

"Mirip."

"Sialan Lo!" Makinya, pada Barga yang kini kembali membaca data di papan tersebut.

"Kenapa?" Tanya Barga lagi.

Arik, dokter laki-laki itu kini menatap kearah Barga, "Kenapa apa?"

"Ck!"

"Lo tadi manggil gue, Kenapa?" Jelas Barga, Arik mulai melebarkan senyumnya.

"Gak kenapa-kenapa sih." Jawabnya, Barga menoleh kearah Arik yang masih menunjukkan senyum idiot nya.

"Nah, kan?"

"Anjing!" Kesal Arik, melunturkan senyum lebarnya dan mengganti dengan wajah kesalnya pada Barga.

Diam, mereka mulai terdiam dengan Barga yang masih fokus pada data yang tengah di lihatnya sejak tadi.

Dahinya mengerut sesaat, lalu tangan kekarnya mulai memijit pelipisnya sejenak.

"Arik,"

"Bisa Bantu gue?" Barga bersuara, kali Ini yang membuat Arik menoleh menatap Barga dari sebelumnya laki-laki itu duduk di kursi dokternya.

"Bisa, kalo gak ribet."

"Lo kan udah kerja lumayan lama kan di rumah sakit Ini?"

"Ya, terus?"

"Emang ada ruang VIP di rumah sakit Ini?"  Tanya Barga, Arik sedikit menelan susah saliva nya.

"Perasaan, gue kerja beberapa tahun disini bolak-balik, naik-turun, gak pernah tuh liat ada ruangan VIP." Lanjutnya, yang membuat Arik menghembuskan nafas panjangnya.

KALINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang