21

268 44 1
                                    

"Jeffrey,"

"Sore nanti bisa gantiin saya menghadiri meeting?"

Suara Jeffan terdengar, sembari memasuki ruang kerja Barga itu dengan langkah santainya.

"Bisa," jawab Barga, lalu Jeffan mulai berjalan menuju sofa ruangan Barga dan mendarat kan tubuhnya disana.

Melihat itu, tentu saja membuat Barga bangkit dari kursi kebesarannya untuk menghampiri saudara kembarnya yang duduk di sofa ruangannya.

"Kenapa?" Tanya Barga, saat melihat Jeffan menyandarkan kepalanya pada kepala sofa sembari menghembuskan nafas panjangnya.

Jeffan yang sedikit membasahi bibirnya itu mulai menatap Barga, "Papa mau ngenalin saya lagi sama anak temannya." 

"Lo gak mau nolak?" Tanya Barga, Jeffan tersenyum, lalu menggeleng setelahnya.

"Saya gak punya kuasa." Jawabnya, Barga terdiam sesaat.

"Semua orang kaya emang selalu di jodohin, ya?" Tanya Barga penasaran itu, yang membuat Jeffan menatapnya sembari mengangkat kedua bahunya.

Terjadi jeda disini cukup lama, hingga Barga mulai menoleh menatap Jeffan yang masih setia menyandarkan punggungnya pada kepala sofa itu.

"Kalo Lo emang gak mau, tolak aja."

"Lo gak mau ngerasain jatuh cinta sama cewek yang bener-bener buat Lo jadi orang gila?" Lanjut Barga, masih membuat Jeffan terdiam dengan sesekali tersenyum masam.

"Cobain deh,"

"Nemuin cewek yang bener-bener Lo suka dan Lo cinta lebih menantang dari nunggu cita dateng dari perjodohan." Lanjut Barga lagi. 

Jeffan yang sedikit memejamkan matanya itu, mulai membuka mata dan menatap Barga, "Enggak,"

"Saya gak minat mencinta." Jawab Jeffan datar, dengan mata yang menatap lurus ke depan.

Bayangan memori Jeffan muncul kembali, yang membuatnya bingung dengan sikapnya di sepuluh tahun yang lalu.

Masa remaja yang begitu membahagiakan nya, namun juga penyebab kelamnya hati Jeffan hingga saat ini.



Flashback on.

"Jeffan kamu dateng?"

Seorang gadis yang mulai bangkit dari ranjang rumah sakit, dengan wajah pucat pasi nya itu membuat Jeffan menahannya agar kembali berbaring.

"Tidur aja, gak usah bangun."

"Iya, aku dateng." lanjut Jeffan.

"Sendiri?"

"Dimana gadis gula jawa kamu itu?" Tanyanya, yang seakan menggoda Jeffan itu, membuatnya tersenyum simpul.

"Nanti dia nyusul." jawabnya, yang membuat gadis itu tersenyum.

Lama mereka saling terdiam, hingga gadis itu merasakan tubuhnya yang dingin, membuatnya mengusap lengannya yang membuat Jeffan menatap gadis itu.

"Dingin?" Tanya Jeffan, yang di angguki oleh gadis itu.

Jeffan mulai menyelimuti gadis itu dengan selimut tebal, namun nampaknya gadis itu masih saja merasa dingin yang membuat Jeffan tidak tega melihatnya.

"Masih dingin?" Tanya Jeffan lagi, yang di jawab anggukan ragu oleh gadis itu.

"Sini tangan kamu." kata Jeffan, sembari mengambil tangan gadis itu dan di usap dan ditiupnya, agar gadis itu merasa hangat.

Namun saat Jefffan meniup telapak tangan gadis itu, bersamaan dengan datangnya seseorang yang sudah berdiri di depan pintu ruangan itu, mulai menjatuhkan karangan bunga yang di bawanya, sekaligus yang membuat Jeffan maupun gadis itu mengalihkan pandangannya pada pintu ruangan tersebut. 

KALINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang