17

308 52 0
                                    

"Barga gak kerja?"

Tanya Seorang gadis yang duduk di samping seorang laki-laki di taman belakang Mansion mewahnya.

"Jeffrey,"

"Bantu Papa di perusahaan kakak kamu. Jeffan akan menyusul kita bersama sekretaris nya nanti."

Suara Yesaya yang datang dari belakang terdengar, yang membuat Barga dan Arshavina menoleh dan berdiri.

"Iya, Pa." Jawab Barga, lalu laki-laki itu mulai menatap Arsha begitu lembut lalu memeluknya erat.

"Biar Arsha disini, dan antar kan pulang malam nanti." Kata Yesaya, yang di angguki oleh Barga.

"Barga mau berangkat kerja sekarang?" Tanya Arsha, Barga mengangguk.

"Kamu disini, ya?"

"Kalo bosen, kamu bisa ngajak ngomong Mama atau enggak tidur di kamar ku, nanti malem baru aku anter pulang." Lanjut Barga, Arshavina mengangguk mengerti.

Barga, laki-laki itu mulai mencium kening Arsha sebelum laki-laki itu berlalu meninggalkan Arshavina dan melangkah berdampingan dengan sang Ayah.

Kepergian Barga, membuat Arshavina sedikit menyendu, seperti itulah Arshavina jika tanpa Barga. 

Semua terasa hambar.

Hingga seorang perawat mendorong sebuah kursi roda di taman Mansion tersebut yang tertangkap di mata bulat Arshavina.

Perawat itu mulai menghampiri keberadaan Arsha dengan senyum manisnya.

"Nona maaf," katanya, yang di pandang oleh Arsha dalam diam.

"Bisa anda menjaga nyonya Gladis sebentar?"

"Saya melupakan vitamin nya." Lanjutnya, yang di angguki oleh Arsha, lalu sedetik setelah mendapat anggukan dari Arshavina, perawat itu mulai melangkah pergi berniat mengambil vitamin untuk Gladis.

Arsha yang sedang bersama Gladis itu, mulai tersenyum manis, dia merindukan sosok Ibu yang menyayanginya.

Tidak seperti Ibu kandungnya.

Arsha yang melihat cardigan milik Gladis yang sedikit terbuka itu, membuatnya terdorong untuk membenarkan nya yang membuat Gladis tersenyum melihat Arsha.

Gladis tau, mereka sudah menemukan Jeffrey yang ternyata Barga itu, dan Arshavina adalah kekasih putranya itu dan juga putri dari keluarga Adhitamana.

Gladis tau semuanya dari Agam, yang memberitahunya malam tadi.

"Arsha suka senyum Ibu," kata Arsha, saat melihat senyum hangat Gladis untuknya.

"Arsha suka, kalo ada orang yang senyum ke Arsha kayak Ibu senyum ke Arsha gini,"

"Tapi sayangnya, orang yang mau senyum sama Arsha cuma Barga sama Arik,"

"Bahkan, Mama Arsha gak pernah senyum semanis Ibu senyum ke Arsha kayak gini," lanjut Arsha, wajahnya menunduk yang masih di perhatikan oleh Gladis.

"Mama cuma senyum sama kak Narissa dan kak Dareen, tapi gak pernah senyum ke Arsha,"

"Kata Mama, kalo mau Mama senyum ke Arsha, Arsha harus jadi kayak kak Narissa dan kak Dareen, gak aneh dan cacat kayak Arsha gini,"

"Gak apa-apa, Arsha sadar kok, Arsha emang aneh,"

"Tapi sekarang Arsha udah seneng, Ibu mau senyum ke Arsha," lanjut Arsha, Gladis kembali tersenyum manis menatap Arshavina.

"Bu, boleh Arsha peluk ibu?" Tanya Arsha, dengan Gladis yang kembali tersenyum dan mengedipkan matanya sebanyak dua kali.

Lalu gadis itu mulai memeluk Gladis begitu erat.

KALINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang