08

331 57 0
                                    

Mata tajam, dari seorang pria yang terus melemparkan tatapan nya itu pada seorang wanita yang berpenampilan elegan itu membuat suasana menjadi mencekam di dalam sebuah rumah mewah bak istana itu.

Jam dinding yang seakan mengisi sound di antara kedua manusia itu dari keterbungkaman, seakan mengedepankan tatapan tajam dari keduanya mengadu tentang tatapan siapa yang paling tajam.

"Kamu lakuin itu ke istri saya?" Tanya Yesaya, pria yang terus saja menatap wanita yang berada di hadapannya itu begitu tajam.

"Aku juga istri mu, Yesaya!" Jawab Karinina, wanita yang kini berteriak seakan meminta haknya di panggil seorang istri juga itu.

Senyum masam Yesaya mengembang, "Jangan membuat saya bertambah membencimu, Karin!" Kata Yesaya, mulai meninggi kan suaranya dengan tatapan yang begitu tajam.

"Kenapa Yesa!"

"Kenapa kamu selalu membuat aku sakit setiap rangkaian kalimat yang keluar dari mulut kamu!"

"Kamu menyakiti istri saya, Jalang!" Teriak Yesaya, yang membuat Karinina tersentak lalu menggelengkan kepalanya seakan tidak percaya dengan kalimat yang di baru saja dilontarkan sang suami.

"Apa?"

"Ja-jalang?" Ulang Karinina lirih, dengan air mata yang mulai menuruni matanya. 

Yesaya, pria itu memalingkan wajahnya sekilas dan tersenyum miring, "Dari awal perjanjian pernikahan,"

"Bukankah sudah ku katakan, jangan ada rasa sama saya!"

"Pernikahan ini hanya mutualan, dimana keluarga kamu akan mendapat kemewahan sedangkan saya akan mendapat putra saya kembali yang tidak lain saudara kembar dari Jeffan!" Lanjut Yesaya.

"Tapi aku juga mau selayaknya seorang istri pada umumnya, Yesa!"

"Aku ingin dicintai suami ku!" Kata Karinina, sembari mengguncang lengan Yesaya.

"Tapi bukan saya orangnya, Karin."

"Saya seorang pria beristri dan.."

"Berhenti."

Kata seseorang yang baru saja memasuki Mansion mewah itu dengan wajah datar serta jas hitam nya yang mulai mengusut itu mulai menatap tajam kearah Yesaya dan Karinina.

"Jeffan?" Gumam Yesaya, sembari menghempas tangan Karinina yang menggenggam lengannya yang seketika membuat wanita itu ikut terhempas.

Melihat pemandangan itu, membuat Jeffan hanya menampilkan senyum masamnya.

"Sudah saya katakan kan, Pa?"

"Jangan membawa wanita kedua Papa ke rumah ini?" Lanjut Jeffan, Yesaya memalingkan wajahnya sekilas.

"Dari mana kamu!" Alih-alih menjawab, Yesaya malah balik bertanya dengan nada menuntut pada putranya.

"Dari mana saya?" Ulang Jeffan, menatap sang Ayah.

Lalu mulai menampilkan senyum masamnya pada sang Ayah.

"Apa bersenang-senang bersama wanita kedua membuat Papa lupa keadaan Mama?" Kata Jeffan, kini beralih menatap Karinina begitu tajam.

"Iya, Pa?"

"Apa mungkin Papa juga terlibat bersamanya?" Lanjutnya, tertawa sumbang dengan mata yang menatap ke arah bawah.

Lalu seketika merubah tawa itu dengan tatapan tajam dan mulai mengangkat kepalanya untuk menatap sang Ayah dan istri keduanya itu.

"Dan sekarang,"

KALINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang