20

271 47 0
                                    

"Papi gak bisa gitu dong ke Gavesha!"

"Tanpa di jodohin pun, Gavesha bisa kok cari suami sendiri."

Kata Gavesha, gadis cantik pemilik tatapan tajam itu pada Ayahnya sembari merengek manja.

"Gav, dengerin Papi ya?"

"Papi lakuin ini buat hidup kamu biar lebih bahagia dan terjamin, percaya sama Papi, ya?" Lanjut sang Ayah, menatap sang putri yang membuat gadis itu membuang wajahnya ke samping sesaat.

"Udah lah, terserah!"

"Gavesha capek." Kata gadis itu, mulai melangkah pergi meninggalkan sang Ayah dengan kesal itu.

Sesampai Gavesha di dalam kamarnya, Gavesha mulai melempar tubuh kecilnya pada kasur king size miliknya.

Mata yang menatap lurus menatap langit-langit kamar itu, membuat memori sepuluh tahunnya terputar kembali seperti episode cinta Hitam yang pernah dialaminya.

Episode cinta Hitam, yang kembali berputar kembali itu membuat air matanya kembali menetes, hatinya sesak, menahan jeritan hati yang selalu Gavesha tahan setiap masa lalu nya berputar seperti rolle film.

Masa sekolah menengah pertama, di sepuluh tahun yang lalu membuatnya membenci seseorang yang bernama laki-laki. 

Cinta pertama yang mengusik jiwa dan hatinya, sekaligus laki-laki pertama yang membuatnya mencintainya sedalam-dalamnya, nyatanya menjadi seseorang penyebab hatinya merasa sesakit-sakitnya.

Melepas cinta pertamanya dengan seorang gadis yang selalu ceria, serta menjadi penyemangat dalam sehari-harinya itu, nyatanya perampas cinta pertamanya dengan penyakit ganas yang di deritanya.

Masih diingatnya, bagaimana gadis itu meminta cinta pertama darinya itu, membuat hatinya sesak dan mengusap dadanya dengan isakkan tertahannya.

Percayalah, menangis tanpa suara adalah tangisan yang paling menyakitkan baginya.

Memory yang kembali melambung tinggi ke sepuluh tahun yang lalu, membuatnya meremas dada kirinya dengan kuat.


Flashback on.

"Uh, gadis gula Jawa ku kenapa?"

"Cerita dong, kalo ada masalah. Jangan cuma diem aja,"

Kata seorang laki-laki yang baru saja datang menghampirinya di taman belakang sekolah tempatnya biasa bertemu dengan laki-lakinya itu.

Bibirnya kini mengerucut, saat laki-lakinya itu datang dengan senyum tampan yang selalu membuat jantungnya berdegup dengan kencang.

"Lavanya di larikan ke rumah sakit lagi, hari ini."

Katanya, yang membuat laki-laki yang duduk di sampingnya semakin lekat menatap wajah cantik gadisnya itu.

"Oh, pentes,"

"Hari ini dia gak ngintilin kita terus." Jawab laki-laki itu, yang membuat Gavesha memukul pelan lengan kekar laki-lakinya itu.

"Ih!"

"Jangan gitu dong, dia sahabat aku tau!" Kata Gavesha, yang membuat laki-laki itu tersenyum lalu menggigit pipi chubby gadis itu.

"Ih, sakit." Keluhnya, sembari mengusap lembut bekas gigitan laki-laki itu.

"Siapa suruh gemes-gemes gini, kan jadi pengen gigit." Jawab laki-laki itu, yang membuat Gavesha tersenyum lalu memeluk laki-laki itu dari samping.

"Manja nya gadis gula Jawa ku."

Gumam laki-laki itu, senyum Gavesha melebar. Laki-lakinya itu manis sekali.

"Jenguk Lavanya, mau?" Ajak Gavesha, Laki-laki itu terdiam sesaat.

KALINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang