PARTING

356 37 6
                                    

  Harla menatapi awan melalui jendela pesawat, akhirnya ia berangkat ke Nias 2 minggu lebih awal dari yang dijadwalkan, dan lebih parahnya ia tidak berpamitan kepada Pak Gika, pemuda yang kemarin siang mengajaknya untuk menikah. Apa menurut kalian itu terlalu terburu-buru? Harla juga berfikiran yang sama, tapi setelah memikirkannya  semalaman, Gika (Harla memutuskan untuk memanggilnya nama mulai dari sekarang karena bukan lagi atasannya) bukan hanya sekedar terburu-buru, apa yang ia ucapkan itu benar. Ia tak lagi muda dan ia tak lagi dalam posisi mencari pacar tapi mencari pendamping hidup. Harla tidak mungkin menghabiskan waktu pria itu kalau dia tak sanggup memberi Gika kepastian. Sebenarnya pengakuan Gika yang mengatakan bahwa ia nyaman bersama dengan Harla sudah cukup membuat Harla senang karena ternyata perasaannya berbalas, hanya saja mereka terjebak dalam kondisi yang sulit. Gika tidak mengetahui apapun perkara kecelakaan yang Harla alami 6 tahun yang lalu, Harla khawatir bahwa Gika akan meninggalkannya setelah tau fakta sebenarnya dari kejadian tersebut. 

    Sepulang jalan-jalan dari seaworld kemarin, Harla langsung kerumah Mbak Arlyn untuk cerita. Awalnya Arlyn antusias, tapi kemudian setelah mendengar kegelisahan dari Harla, Arlyn jadi tidak tahu berkata apa. 

   "Kekhawatiran kamu ini sebenarnya sama kek yang Mbak punya dulu, Mbak juga khawatir Mas-mu nggak mau nerima Mbak dengan masalalu yang suram, tapi Mbak ketemu sama orang yang tepat, Har. Mas-mu mau nerima Mbak dengan latarbelakang yang seperti itu, kamu juga pasti akan seperti itu. Nggak apa-apa, kamu cerita aja masalah kamu ke-dia, nggak perlu takut ditinggalin, justru karena itu kamu bisa tahu dia layak nggak buat kamu. Kalau masalah gitu aja dia langsung ninggalin kamu, ya berarti dia memang bukan untuk kamu, cari yang lain." itu nasihat terakhir yang diberikan oleh Mbak Arlyn kepadanya, tapi Harla tetap tidak punya keberanian untuk menceritakan hal itu kepada Gika. 

 Arlyn nggak bisa bilang kalau keputusan Gika itu salah, orang dia dulu kek gitu juga, baru ngungkapin perasaan langsung diajakin nikah, dia yang ngajak malah! 

  Meski sebenarnya tadi malam dia masih punya waktu untuk bercerita, Harla lebih memilih memandangi kamar pemuda itu dari kamarnya. Harla sempat khawatir Gika tidak akan pulang karena lampu rumahnya yang tidak menyala sama sekali, tapi status whatsapp pria itu yang menunjukkan tanaman sekulennya sudah berada ditempatnya membuatnya tenang karena sudah pasti dia ada dirumah. 

  Pesawat yang Harla tumpangi mendarat dengan sempurna dibandara Kualanamu, Medan untuk transit ke Nias. Harla harus menunggu sekitar 1 jam lebih hingga pesawatnya berangkat ke Bandara Binaka, Gunung Sitoli, Nias. 

   "Eh, udah dateng," Neneknya menyambutnya ketika ia sampai dirumah neneknya sekitar jam 4 Sore, tempat KKN Harla lumayan jauh dari tempat ini, Vidan dan rekannya yang lain sudah memeriksanya terlebih dahulu sebelum mengajukan proposal kepihak kampus dan itu berarti Harla tidak akan tinggal dirumah neneknya selama masa KKN.

  "Vidan nggak sama kamu datangnya?" tanya sang Nenek, ia membantu Harla membawakan tas tangannya masuk kerumah ketika Harla sibuk dengan kopernya.

   "Vidan baru nyusul 2 minggu lagi, Nek. Mama udah cerita kan alasan aku ke Nias duluan?" tanya Harla, Neneknya pun mengangguk. 

   "Cucu kesayangan Nenek tuh, nyebelin." Curhat Harla kepada sang Nenek, teringat Vidan yang selalu mengomelinya perkara proposal yang salah terus. 

   "Sepupu kamu itu, kok malah ngadu ke Nenek? ke Tulang dan Nantulang-mu lah." protes sang Nenek, Harla duduk dimeja makan sementara sang Nenek menyiapkan makan untuknya. 

  "Tulang Tio mah belain Vidan terus, Nek." 

  "Kakek mana, Nek?" tanya Harla ketika menyadari rumah yang begitu sepi,

  "Ada pekerjanya disawah, jadi nemenin dulu." Balas Nenek yang masih sibuk dengan hidangannya tersebut.

   Partigor Sianipar dan Selviana Simare-mare, adalah Kakek dan Nenek dari Harla, Harfif, Arva, Arvi, Devan, Vidan, dan Aleesha. Mama Sharon adalah anak perempuan mereka, sementara Tulang Tiopan (ayahnya Vidan beserta saudara-saudaranya) adalah anak laki-laki mereka. Mereka asalnya dari Tarutung, tapi Kakek Tigor dipindahtugaskan ke Nias sewaktu anak-anaknya masih kecil hingga mereka pada akhirnya memilih menetap di Nias, tak jauh dari kota Gunung Sitoli, ibukota provinsi Nias. Keturunan Batak asli, tapi Mama Sharon menikah dengan Papa Arby yang keturunan Jawa, jadilah Harla mempunyai darah campuran ditubuhnya. 

Tetangga 5 Langkah (Revisi On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang