Erden menatap Evan dengan tatapan sulit diartikan, sorot matanya terlihat dingin tapi terlihat lega juga. Sang adik kini sedang duduk didepannya sembari menundukkan kepalanya, ia menyatukan kedua tangannya serta menggerak-gerakkan kakinya gelisah.
"Thank you sudah berani jujur, Van. Sebagai kakak, gue hargain keputusan lo dan gue juga bangga atas keberanian lo yang mau mengakui kesalahan." katanya setelah berdiam diri beberapa saat.
Erden juga turut merasa bersalah atas apa yang menimpa Dev bertahun-tahun yang lalu, dia menyembunyikan segala kesalahan Evan atas itu karena ia tidak ingin sang adik menghabiskan hidupnya dipenjara.
Dipagi yang naas itu, Evan menghubungi Erden dengan suara terbata-bata dan bercerita bahwa ia barusaja membunuh orang. Evan juga mengatakan bahwa ia melakukan semua itu karena ia cemburu. Sebagai seorang Kakak, Erden bukannya memaksa Evan untuk menyerahkan diri ke pihak berwajib, ia malah membantu Evan untuk bersembunyi. Apalagi setelah itu Evan harus mengunjungi psikiater karena merasa tertekan dan merasa bersalah.
"Gue bakal nemenin lo kerumah Dev, kapan rencananya lo pergi?" tanya Erden lagi.
"Minggu depan," balas Evan ragu-ragu, Erden menghela nafasnya pelan.
"Kalau lo masih ragu, mending nggak usah. Harla sama Gika udah nggak permasalahin kan? kan cuma kalian ber-3 yang tau kebenarannya, selama keluarga Dev nggak tau, mending nggak usah jujur." kata Erden, lagi-lagi dia ingin membuat sang adik kabur dari tanggung-jawab. Sebenarnya Erden tidak bisa membedakan apakah idenya tersebut murni demi kebaikan Evan atau demi nama baiknya sendiri. Reputasi 'A-Z' akan hancur jika khalayak umum tahu bahwa salah satu petingginya masuk penjara karena membunuh seseorang, para investor dan pemilik saham kemungkinan besar akan menarik semua sahamnya, bagi Erden, keputusan Evan yang sekarang sangat beresiko.
"Gue merasa bersalah, nggak seharusnya gue hidup damai ketika ada keluarga yang menderita karena kehilangan 1 orang keluarganya karena gue." balas Evan,
"Tapi lo juga menderita selama bertahun-tahun, bukankah itu adil?"
"Nggak adil, gue sama sekali belum mendapatkan balasan apapun yang sekiranya membuat keluarga Dev puas. Gue nggak bakal nyerahin diri ke polisi karena mereka lebih berhak menjarain gue daripada diri gue sendiri, gue nggak layak mendapatkan kesempatan seperti itu." balas Evan, Erden mengangguk-anggukkan kepalanya. Baiklah kalau begitu maunya Evan.
Erden mulai melakukan beberapa seleksi kandidat pengganti Evan.
☆▪︎☆▪︎☆▪︎☆Gika menatap Erden tidak percaya, dia tidak pernah berfikir akan mendapatkan kesempatan seperti ini.
"Maaf, Pak. Menurut saya, saya belum layak menempati posisi itu. Kemampuan saya belum sampai ditahap itu, Pak." Erden menghela nafas ketika mendengar penolakan dari Gika, tapi mau bagaimanapun pria ini menolak, Erden harus berhasil menyakinkannya untuk menerima posisi itu. Para pemegang saham setuju kalau Gika yang akan menempati posisi yang ditinggalkan oleh Evan, karena dari 10 kandidat yang ada, hanya Gika yang memenuhi 8/10 persyaratan yang dibutuhkan.
"Petinggi-petinggi perusahaan beserta para investor maunya kamu yang gantiin posisi Evan," Erden menjelaskan kembali.
"Memangnya Pak Evan kemana? kok posisinya ditinggalkan?" tanya Gika penasaran.
"Dia bakal ngaku ke keluarga Dev kalau dia yang bunuh Dev, dan pasti dia bakal masuk penjara. Tapi saya bilangnya ke investor kalau Evan bakal keluar negeri buat lanjut kuliah. Jadi nanti pas masuk kantor polisi diam-diam aja jangan sampai media tau. Mudah-mudahan keluarga Dev masih bermurah hati untuk nggak ngundang media, secara kan Evan ini petinggi perusahaan besar, pasti kasusnya bakal gede." jelas Erden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga 5 Langkah (Revisi On Going)
RomanceHighest rank: rank 1 dalam lovehaterelationship rank 1 dalam officelovestory Si Cowok mikirnya si ceweknya pembantu, tapi kok modis? Si Cewek mikirnya si cowok ini udah nikah, suami istri kok mirip? Ini tentang Argika Demian Hutomo yang penasaran s...