LOST

385 38 10
                                    

 Bell rumah Gika berbunyi ketika ia sedang menikmati makan malamnya yang terlambat, sekarang sudah hampir jam 9 malam, dan Gika tidak bisa menebak siapa yang bertamu kerumahnya dimalam hari seperti ini. Gika bergegas membuka pintu gerbangnya dan mendapati pemuda dari rumah samping rumahnya disana. 

 "Selamat malam, Koh. Saya Galan, dari rumah sebelah. Ini saya bawakan beberapa oleh-oleh dari Bandung, mohon diterima ya, Koh." Pemuda yang mengaku bernama Galan tersebut mengulurkan kantong kertas kepadanya, Gika menanggapinya bingung, tapi tangannya tetap terulur untuk menerima kantong kertas tersebut. 

  "Thank you, selamat datang kembali." ucap Gika, Galan tersenyum, 

   "Saya bertanya-tanya kenapa Harla bisa move on ke koko, ternyata koko emang seramah ini, pantes Harla suka." Omongan dari Galan membuat Gika tak nyaman, 

   "Om Arby tadi cerita, saya kesitu dulu soalnya. Koh, boleh saya bercerita tentang Kakak saya ke Koko? pengen ngasih gambaran aja ke koko apa yang sebenarnya terjadi kepada kakak saya." 

  "Maaf, semua tentang kakak kamu adalah masalalu buat Harla, dan bagi saya itu nggak ada gunanya. Maaf terkesan kasar dan tidak peduli, tapi saya udah nggak mikirin masalalu Harla," balas Gika, ia sudah sangat lelah sekarang. Galan tersenyum senang, 

 Harla bertemu pria yang baik, Galan bisa tenang sekarang. Pria yang tidak memedulikan masalalu wanita yang dicintainya, bukankah seseorang yang istimewa? 

   "Harusnya saya yang bertanya, alasan kalian kembali apa setelah 3 tahun di Bandung?" Gika menanyai Galan dengan tegas, 

   "Saya dipindahtugaskan ke Jakarta, Koh. Nggak ada yang ngurusin Mama sama Papa di Bandung," balas Galan. Gika ber'oh' ria, kemudian ia meminta Galan untuk segera pulang kerumahnya karena ia ingin segera beristirahat. 

☆▪︎☆▪︎☆▪︎☆

 "Mama sih nggak apa-apa ya, Ka, semuanya itu ada dikamu. Kamu sanggup nggak nemenin Harla disituasi apapun? Kamu tau Mama, Mama nggak pernah ngasih patokan kalau soal pendamping kalian. Istrinya Argeka aja nggak bisa jalan, Mama nggak kenapa-napa. Tapi Abangmu yang satu itu udah berkomitmen akan hidup sama Jane selama hidupnya, itu yang terpenting. Kalau kamu mampu mempunyai komitmen seperti itu, silahkan lanjutkan, Mama nggak akan ngasih komentar apapun. Cuma 1 permintaan Mama, Ka, tolong kamu jangan sakitin anak orang. Kalau kamu merasa nggak sanggup sekarang, tolong jangan lanjutkan." Nasihat dari Mamanya kemarin sore membawa Gika kesini, kesebuah makam bertuliskan nama 'Aldevara Sky Aldi Hasibuan'. Ia meletakkan seikat bunga mawar putih diatas makam tersebut, menurut Galan, mawar putih adalah bunga kesukaan Dev. 

  "Hai, apa kabar lo? kenalin gue Argika, gue sengaja datang kesini buat kenalan sama lo." Ucap Gika bermonolog, ia seolah mengajak Dev mengobrol melalui batu nisannya. 

   "Dev, terimakasih karena pernah ngejagain Harla, sekarang biarin gue yang lanjutin tugas lo ya. Gue janji nggak bakal nyakitin wanita lo, gue bakal bahagiain dia sebagaimana keinginan lo dulu. Harla udah nggak apa-apa kok ditinggal sama lo, ada gue yang akan selalu ada buat dia. Meski kata gue lo itu pecundang karena ninggalin Harla seorang diri, tapi mungkin udah begini takdirnya, lo pergi, gue yang dateng." lanjut Gika. 

   "Tapi untuk sekarang dan seterusnya, dia milik gue, dia wanita gue, lo cukup jadi masalalu Harla aja, ya." Ucapnya,

   "Mulai dari sekarang, Lo dan keluarga lo, entah siapapun itu, nggak ada yang boleh nyakitin Harla." Lanjutnya lagi, ucapan tersebut terdengar seperti sebuah tekad untuk Gika, setelah mengucapkan itu, ia berdiri dan bergegas pulang. Bulan depan ia berencana menyusul Harla ke Nias, Gika menyesalkan sikap Harla yang malah memblokir nomornya sehingga Gika sama sekali tidak bisa menghubungi wanita tersebut, tolonglah, ini Gika capek bolak-balik kerumah Harla hanya untuk menanyakan kabar terbaru Harla seminggu ini, Harfif juga sudah sangat lelah mengirimkan foto-foto terbaru Harla kepada Gika.

Tetangga 5 Langkah (Revisi On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang