Harla menarik nafasnya dalam-dalam sebelum melangkahkan kakinya kedalam gedung kantornya, hari pertama ia berangkat dan akan pulang kantor bersama Pak Gika, atasannya. Pria disampingnya ini malah tenang-tenang saja, padahal dia yang membuat Harla harus masuk gedung bersamanya. Harla memberi ide agar mereka berpisah jalan setelah dari parkiran atau Pak Gika bisa menurunkannya agak jauh dari kantor agar tidak terlihat oleh orang-orang kantor, tapi si Om-Om yang sayangnya adalah atasan dari Harla tersebut menolak tegas ide-idenya tersebut.
"Sama aja Har, entar kalau ada orang kantor mergokin kamu keluar dari mobil saya disini gimana? Tetap kesebar kan beritanya? malahan nanti Saya yang kena hujat karena nggak berani bawa kamu langsung kekantor. Mending orang-orang taunya sekarang langsung dari kita daripada dari orang lain." Begitu kata si Gika-Gika ini 15 menit yang lalu ketika ia minta diturunkan dihalte dekat kantor mereka. Ya agak masuk diakal memang, tapi..... ah sudahlah, Harla tidak bisa menentang apapun perkataan dari siBapak ini selama Harla masih berstatus sebagai bawahannya.
Kapan gitu si Gika ini yang jadi bawahan Harla?
Mereka memasuki lift dengan canggung, orang-orang menatap mereka dengan tatapan curiga yang membuat Harla semakin tidak nyaman tetapi Gika malah tidak memberikan reaksi apapun. Harusnya Harla naik tangga saja, lantai 3 itu tidak terlalu jauh kok untuk dinaiki.
Sebenarnya Har, Gika lagi memelototi orang-orang itu kok.
"Seharusnya tadi Bapak naik tangga aja atau nggak nunggu Saya naik duluan baru Bapak naik." protes Harla ketika pintu lift sudah tertutup.
"Enak aja, harusnya kamu tuh yang naik tangga, bukan saya." balas Gika santai, Harla menatapnya galak.
"Saya itu atasan kamu, masa' Saya yang harus naik tangga demi kamu? ogah deh." lanjutnya lagi, ingin sekali rasanya Harla menuangkan air jeruk nipis kemulut Gika agar ia tak lagi bisa berbicara.
"Kan ada lift khusus eksekutif, Pak. Kenapa nggak naik pake itu aja?" tanya Harla dengan sabar,
"Nggak deh, jauh gitu posisinya, malas jalannya."
"Orang didepan lift untuk karyawan, jauh darimana sih, Pak?" omel Harla dalam hati, tapi kalau kata Gika itu jauh yaudahlah jauh, anggap aja begitu.
Mereka tiba diruangan departemen keuangan dengan Harla yang berekspresi kesal. Pak Gika masuk keruangannya, sedangkan Harla duduk dikubikelnya. Ia menghidupkan komputer dan memulai operasi Microsoft, ia kemudian memainkan ponselnya sebelum pekerjaannya datang.
"Har!" Chia mengagetkannya dengan berseru memanggil namanya, Harla menoleh kearah Chia menanyakan maksud Chia memanggil namanya dengan nada begitu.
"Lo datang kekantor bareng Pak Gika?" tanyanya, Harla mengangguk untuk mengiyakan.
"Kok bisa sih?"
"Bisa, kan gue sama Pak Gika tetanggaan." jawab Harla singkat.
"Iya gue tau, tapi kan tumben aja gitu."
"Mulai hari ini sampai sebulan kedepan, gue bakal bareng Pak Gika terus kekantor. Mobil yang biasa gue pake lagi dipake Abang gue," jelas Harla. Chia membulatkan matanya tidak percaya, tapi Harla sudah mengabaikannya dan mulai membuka e-mail yang barusaja dikirimkan Pak Gika. Sejak minggu lalu, Pak Gika lebih suka mengirimkan pekerjaannya lewat e-mail, Harla juga tidak mengerti alasannya.
☆▪︎☆▪︎☆▪︎☆
Bisik-bisik tidak enak dikantor sudah mulai terdengar, Gika memang berusaha untuk tidak peduli, namun sedikit ia merasa terusik juga. Siapapun yang terlibat dalam perekrutan Harla yang terkesan tidak adil itu harusnya bertanggungjawab atas semua desas-desus tak lucu ini. Ia menghela nafasnya dalam-dalam ketika ia mengantri dikantin kantor untuk makan siang. Orang-orang dikantin menatapnya diam-diam tapi Gika dapat merasakannya, salahnya Gika sebenarnya karena mau saja menuruti permintaan Om Arby, tapi mendengar alasan Om Arby yang tidak mengizinkan Harla naik motor dan bawa mobil sendiri karena Harla yang pernah kecelakaan meluluhkan hatinya. Om Arby berkata bahwa kondisi kaki Harla yang tidak sepenuhnya membaik membuat beliau khawatir kalau Harla menggunakan busway kalau berangkat kekantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga 5 Langkah (Revisi On Going)
RomanceHighest rank: rank 1 dalam lovehaterelationship rank 1 dalam officelovestory Si Cowok mikirnya si ceweknya pembantu, tapi kok modis? Si Cewek mikirnya si cowok ini udah nikah, suami istri kok mirip? Ini tentang Argika Demian Hutomo yang penasaran s...