RUN INTO YOU

405 32 3
                                    

  Harla berjalan dengan tergesa-gesa dilorong rumah sakit yang tergolong sepi ini, ia menghampiri Pak Evan yang sedang berjaga disebuah ruangan, hingga saat ini belum ada yang mengabari keluarga Gika tentang masalah ini. Menurut Pak Evan, Gika melarang beliau dan pihak kepolisian untuk menghubungi keluarganya begitu ia sadar tadi siang. Sepertinya Harla harus bisa membujuk pria itu untuk berdamai dengan keluarganya sendiri. 

   "Makan dulu aelah, bentar lagi Harla nyampe." Terdengar suara Pak Evan yang mengomeli Gika, 

   "Kenapa Bapak ngasih tau Harla kalau saya kecelakaan? kan dia lagi sibuk." protes Gika,

   "Lo udah nanyain ini berkali-kali sejak lo sadar dan jawaban gue tetap sama. Gue kira dia punya kontak keluarga lo, makanya gue kasih tau." Suara Pak Evan terdengar lagi. Harla memutar kenop pintu kamar untuk masuk keruangan Gika tersebut, 

    "Hon," Begitu katanya setelah melihat Gika yang berbaring dikasur pesakitan. Banyak perban yang tertempel ditubuh Gika. Gika menoleh kearahnya dan menyapanya dengan senyuman. 

   "Kok kamu pulang?" tanya Gika kepadanya, Harla memelototi Gika galak. Bisa-bisanya Lelaki ini masih menanyakan alasannya pulang ketika ia sendiri yang menjadi penyebab ia pulang. 

   "Aku nggak parah-parah banget kok, Har. Buktinya ini langsung sadar." lanjutnya lagi, 

   "Sadar sih cepet, tapi mobil udah hancur berantakan. Nggak parah gimana?" Pak Evan menyindir Gika. 

    "ngapain masih disini? sono keluar!" Gika mengusir Pak Evan dengan tidak berperasaan, Pak Evan mendengkus kesal tetapi beliau meninggalkan ruangan Gika. Harla memandangi Gika dengan ekspresi serius, 

   "Kenapa bisa sampe kek gini sih, Yang?" tanyanya setelah mereka berdiam diri selama beberapa waktu. 

   "Aku juga nggak tau, Har." Elak Gika, sepertinya ia tidak ingin menceritakan alasan kenapa ia harus berkendara ditengah malam ketika kebanyakan penduduk Jakarta sudah terlelap dalam tidur. 

   Harla menghela nafasnya dalam-dalam, ia akan menunggu pria ini siap bercerita kepadanya. Harla mengalihkan pandangannya ke makanan yang tergeletak diatas nakas dekat kasur Gika, ia mengambil makanan tersebut dan berkata;

   "Makan dulu ya, biar ada tenaganya." Gika mengangguk, ia mempersilahkan Harla untuk menyuapinya makan, semuanya berjalan damai hingga pintu kamar Gika diketuk dari luar. Harla mempersilahkan si pengetuk tersebut masuk, 

   "Kenapa ya, Pak?" tanya Harla penasaran ketika sipengetuk masuk ke dalam kamar Gika, 

   "Mbaknya belum bayar ongkos," kata si Bapak tersebut pelan, Harla menepuk dahinya sementara Gika menatapnya tidak percaya. 

   "Aduh, maaf banget ya, Pak. Saya lupa, saya pikir saya udah bayar pake e-money." Harla segera meminta maaf atas kesalahannya. Ia segera membuka tasnya untuk mencari dompetnya, setelah menemukan benda tersebut, Harla segera membayar uang taksi online yang lupa ia bayar. Mendapatkan apa yang beliau inginkan beserta bonus yang lumayan dari Gika, Si Bapak itu pu keluar dari ruang rawat Gika. 

   "Kok dompet kamu bisa ada, tapi Hp-mu nggak ada?" tanya Harla kebingungan ketika mendapati dompet Gika didekatnya. 

   "Hp aku ketinggalan dirumah Mama, aku ingetnya cuma bawa dompet." balas Gika, Harla mengangguk pertanda ia paham situasinya dan kemudian ia kembali menyuapkan makanan kemulut Gika. 

   "Har, kamu mau denger cerita aku nggak?" tanya Gika setelah ia menyelesaikan aktivitas makan siangnya, Harla mengalihkan tatapannya dari ponsel kearah sang tunangan, ia terdiam sejenak ketika mendengar pertanyaan itu. 

Tetangga 5 Langkah (Revisi On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang