OBSESSION

463 41 8
                                    


   "Udah gue bilang, hati-hati sama ke-3 temen lo. Lo-nya malah nggak percaya kan sama gue? kesebar dah kemana-mana kalau lo tetanggaan sama Pak Gika." Harla mendengus kasar sambil melirik Farlo tajam dari sudut matanya. 

  "Gimana gue bisa yakin kalau bukan lo pelakunya? kenapa harus sama mereka gue curiga?" balas Harla telak. Hari ini ia pulang agak malam karena tugasnya yang banyak, ke-3 temannya sudah pulang duluan karena mereka ada kesibukan masing-masing katanya. 

  "Pernah lo lihat gue interaksi sama orang-orang? Bos aja gue cuekin apalagi orang-orang disini?" 

  "Siapa tau dibelakang gue lo jadi beda orangnya." balas Harla lagi dengan nada suara yang ketus. 

 "Justru kalau lagi sama lo gue jadi beda orangnya. Gue kasihan sama lo yang dikelilingi teman-teman toxic diruangan ini. Denger ya, Har. Gue kenal sama mereka ber-3, gue sekelas sama mereka sejak SMP sampe SMA. Lo kira mereka nggak iri lo dapet Pak Gika sebagai mentor lo?iri-lah. Apalagi kinerja lo bagus, tapi baru 2 minggu kerja langsung dapet libur karena lo sakit. Lo mikir aja, apa posisi mereka nggak terancam kalau ada lo? Lo sadar kan, Har, meski lo dapet Pak Gika sebagai mentor lo, tapi hampir semua pekerjaan mereka udah lo yang ngerjain. Jelas lo itu berbahaya bagi mereka, bisa-bisa mereka ber-3 nggak lolos evaluasi dan nggak jadi kerja disini." Farlo berucap lagi,

  "Lagian kenapa sih emangnya kalau gue sama Pak Gika tetanggaan? ada yang rugi gitu?" kata Harla yang berusaha mengalihkan pembicaraan.

  "rugi di elo sama Pak Gika-lah, lo nggak tau rumor yang bilang  kalau lo bisa masuk perusahaan ini karena Pak Gika? secara lo doang mahasiswa yang lolos diseleksi proposal. Dan lagi lo berada dibawah pengawasan dan bimbingan Pak Gika, lo nggak aware sama masalah itu?" Harla membisu setelah mendengar ucapan Farlo, pantas saja beberapa teman sekerjanya agak sinis kepadanya.

  "Dan lo tau nggak siapa yang nyebarin berita itu di grup WA anak keuangan? temen lo yang namanya Chiara itu, awalnya sih semua orang ngiranya lo pacaran sama Pak Gika. Sekarang lebih parah lagi, lo itu tetangganya Pak Gika sekaligus kekasihnya. Parah sih temen-temen lo yang nggak mau masukin lo ke grup dengan alasan kalau lo itu mahasiswa, dan berada dibawah pengawasan Pak Gika. aneh ya alasannya, ya tapi temen-temen yang lain juga pada iya-iya aja." lanjutnya, kalau diperhatikan lagi, Farlo ini sebenarnya emberan ya. 

   "Jangan ngada-ngada dong. mana mungkin sih temen-temen gue kek gitu?" Harla masih menolak untuk percaya. 

  "Dih, ngapain juga gue ngada-ngada. Kalau mau lo boleh nih lihat obrolan mereka di grup, mereka nggak bakal nyangka kali kalau gue bakal ngasih tau ke lo. Biarin dah gue dikatain cepu karena ngadu sama lo, tapi gue lakuin ini biar lo aware aja sama mereka. Nggak semua temen itu baik, Har. Mungkin selama ini lo nemu temen yang baik, hingga lo nggak tau ada temen yang suka nusuk dari belakang. Tapi yang perlu lo tau, orang yang paling deket sama kita adalah orang yang paling berpotensi nyakitin kita. Ya ngapain juga saling nyakitin kalau nggak deket, iya kan?" Farlo memberi nasihatnya lagi. Harla terdiam, sebenarnya dia punya banyak temen yang suka nusuk dari belakang sih, sejauh ini hanya Vevi yang benar-benar mau berteman dengannya, mungkin ada Vidan juga beserta dengan teman-temannya di band. Hanya saja dia tidak pernah berfikir kalau dia akan mengalami hal yang sama juga dikantor. Mungkin karena sistem kantor yang berusaha mempertahankan Mahasiswa yang kinerjanya baik, jadi kesempatan mereka untuk bertahan menjadi berkurang. 

☆▪︎☆▪︎☆▪︎☆

  Farlo merebahkan dirinya disofa ruang keluarga setiba dari kantor, dia lelah sebenarnya punya triple job  yang membuatnya kesulitan untuk mempunyai waktu istirahat. Tapi dia harus melakukan itu demi kebahagiaan sang Kakak yang selama 9 tahun ini sepertinya sangat menderita karena obsesinya sendiri. 

Tetangga 5 Langkah (Revisi On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang