H.E.R II

613 51 9
                                    


Evan meradang!

Memasukkan Harla ke perusahaannya adalah keputusan yang salah! Bukannya bisa mengawasi wanita muda itu dengan lebih mudah, ternyata dia malah banyak kecolongan. Selain karena pekerjaannya yang menumpuk, kehadiran Gika yang tak disangka-sangka juga menjadi salah satu faktor ia tak bisa mengawasi wanita itu dengan baik.

  Mana pernah Evan membayangkan atau mengharapkan orang yang dipercayainya ternyata bertetanggaan dengan wanita yang disukainya? Mana pernah ia menginginkan Gika sedekat itu dengan keluarga Harla?  Harla memang masuk ke perusahaannya, tapi tetap aja dia tidak punya keuntungan apa-apa. Gika yang tak dicurigainya sama sekali malah mempunyai lebih banyak waktu bersama dengan Harla. Pantas Gika pernah menaruh sesuatu di meja Harla secara diam-diam.

  Tak seharusnya Evan mencurigai Gika memang, bisa saja hubungan mereka hanya sebatas tetangga yang kebetulan menjadi rekan kerja. Tapi Evan merasa de javu, 6 tahun yang lalu, dia mengalami hal yang sama juga.

   Evan memukul setir mobilnya, ia juga menyesal sudah mengikuti mobil Gika tadi sore. Menyebabkan ia terjebak dengan perasaan marah, curiga, dan cemburu yang tak berkesudahan. Sudah 1 jam dia berada disini, semenjak Gika dan Harla pulang bersama, ia belum beranjak dari posisinya. Evan juga tidak mengerti, kenapa Harla seminggu ini menggunakan tongkat ke kantor, apa ini efek kecelakaan yang ia alami 6 tahun yang lalu? Apa yang terjadi sebenarnya pada kaki Harla?

   Evan keluar dari mobilnya setelah melihat lampu dikamar Harla menyala. Ia bisa melihat Harla sedang duduk di balkon dan memperhatikan arah rumah Gika? Sebentar, apa yang ia lihat di sana? 

Harla nggak mungkin suka Gika, kan? Kalau iya, maka kejadian 6 tahun lalu akan kembali terulang.

   Evan berjengit kaget ketika pintu gerbang rumah Harla terbuka, ia segera bersembunyi sebelum orang itu melihatnya sedang mengawasi kamar penghuni rumahnya. Itu Harfif! Saudara kembar Harla, ia berjalan lurus menuju rumah Gika.

    "Kak, dipanggil mama. Makan di rumah katanya." Harfif memberitahukan pesan itu kepada Gika setelah Gika membuka pintu pagar rumahnya.

    "Wow, thank you. Bentaran, ya. Belum mandi, nih." Itu balasan Gika, 

   Dia ngapain aja daritadi? Kok bisa belum mandi?

   10 menit kemudian, Gika keluar dari rumahnya dan berjalan menuju rumah Harla. Ketika Evan menghitung langkah kaki Gika, maka rumah mereka hanya berjarak 5 langkah? Serius? Benar-benar hanya 5 langkah? Sedekat itu? Jalanan yang memisahkan rumah Gika dan Harla memang tak terlalu lebar, hanya muat 1 buah mobil dalam 1 waktu. Tak heran jika mereka memang dekat, sedekat itu hingga Gika berani menggendong Harla tadi sore ketika mengajak wanita itu pulang bersama.

  Evan kembali lagi mengawasi kamar Harla setelah Gika masuk ke rumah tersebut, Harla masih di sana. Tapi tampak seperti mengamati mobilnya? Sial! Kenapa ia tak berfikir bahwa ia akan terlihat dari kamar Harla? Harla akan sangat mudah mengenali mobilnya. 

Cinta dan cemburu memang kadang membuat orang pintar dan cerdas menjadi bodoh dan lamban.

Setelah Harfif menjemput Harla dari balkon, Evan segera beranjak dari tempat itu. Ia tidak akan membuat Harla semakin curiga dengan kehadirannya.

☆▪︎☆▪︎☆▪︎☆

"Ka, tolong anterin makan siang kakakmu, ya." Itu suara mama Gika. Setelah pulang dari rumah Harla tadi malam, Gika memutuskan untuk pulang kerumah orangtuanya. Gika yang masih goleran di kasur itu mengangguk tanda ia setuju dengan permintaan sang Mama.

  "Udah jam 11, Ka. Bangun lah!" Kata Mama-nya lagi, tadi malam Gika tiba di rumah orangtuanya di atas pukul 11 malam. Bahkan orangtuanya terkejut karena anaknya itu berniat sekali pulangnya. Hal ini disebabkan karena Gika yang tiba-tiba merindukan suasana rumahnya setelah melihat keluarga Harla. Jam 9 malam, Gika buru-buru untuk membereskan beberapa bawaan yang penting dan berangkat menuju rumah orangtuanya. 

Tetangga 5 Langkah (Revisi On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang