ULANGAN

194 27 1
                                    

Keesokan hari nya ulangan tersebut dibagikan.Levi menatap kertas di hadapan nya dengan kesal. Angka tiga berwarna merah.Siang nya Levi sudah berada di ruang guru lagi. Seperti nya ruangan ini akan sering aku masuki, kata nya dalam hati.

"Jadi, Levi..." kata Pak erwin. "Apakah kau mau menjelaskan kenapa ulanganmu jelek? Kau satu-satu nya yang dapat nilai jelek di kelas!"

"Saya tidak belajar!" kata Levi

."Apakah soal-soal tadi terlalu sulit untukmu?"

"Saya tidah tahu!" kata Levi terus terang. "Saya tidak memerhatikan! Apakah Bapak akan memberitahu Paman saya?" tanya Levi dingin

"Bapak akan memberimu satu kesempatan untuk ulangan lagi besok. Kalau nilaimu masih jelek juga, Bapak akan memberitahu pamanmu!"

Levi tidak menyangka Pak erwin akan berkata demikian.

"Kenapa Bapak ingin memberi saya kesempatan untuk mengulang?" tanya Levi

Pak erwin tersenyum.

"Bapak menghargai kejujuranmu untuk tidak menyontek. Kau bisa melakukan nya saat ulangan kemarin. Tapi hal itu tidak kau lakukan. Berdasarkan keterangan dari sekolahmu yang lama, kau akan menyontek setiap ada kesempatan. Bapak rasa kau berhak mendapat kesempatan kedua. Pastikan kali ini kau belajar dengan serius. Kau boleh keluar sekarang."

Levimelangkah ke pintu.

"Livai!" kata Pak erwin. "Hanya sekadar ingin tahu, kenapa kau tidak menyontek?"

Levi memandang Pak erwin. "Karena saya kalah taruhan."Levi berlalu, meninggalkan Pak erwin yang terdiam bingung

**********************

"Dapat nilai berapa?" tanya Petra sepulang sekolah.

Levi menujukkan kertas ulangan nya.

"Wow!" Petra tersenyum,menggeleng,terpukau.

"cih!Ini nilai terjelek yang pernah kulihat!"Levi mendesah kesal.

"Apa kata wali kelasmu?" tanya Petra penasaran.

"Dia akan memberiku satu kesempatan lagi untuk ulangan susulan besok!" kata Levi.

Petra tertawa. "Itu kabar bagus!"

"tch,Aku tidak percaya harus ulangan lagi!" kata Levi kesal.

"Hei! Kalau kau mau aku bisa membantumu!"

"Kau mau membantuku? Memang nya berapa nilaimu?" tanya Levi penasaran.Petra tertawa misterius

"Katakan saja aku dapat nilai lebih tinggi darimu!"Levi memandang Petra dengan curiga. Lalu disambar nya tas Petra dan membuka isi nya. Levi menemukan kertas ulangan fisika di dalam nya.

"Heh! Mau ngapain sih?" tanya Petra bingung.

"Mencari tahu nilai ulanganmu!" jelas Levi. "Ah... aku tahu sekarang. Nilai sempurna! Aku hanya tidak mengerti mengapa kau bersusah payah ingin menjadi murid teladan?"

"Aku ingin menjadi dokter, seperti papapku!" kata Petra.

"Dan supaya bisa jadi dokter, aku rasa harus dapat nilai yang bagus!"

Levi tidak menyangka orang seperti Petra masih punya keinginan untuk menjadi dokter.

"Kau ingin jadi dokter?"tanya Levi

"Ya!" jawab Petra tegas.

"Bukankah semua orang punya cita-cita?" tanya Petra

"Aku tidak punya cita-cita! Aku tidak tahu ingin menjadi apa di masa depan." Jawab Levi

Petra menatap Levi dengan lembut.

"Jangan khawatir, kau akan mengetahui nya suatu hari nanti." Jawab petra

Levi tersenyum. "Kelihatan nya kau yakin sekali!"

"Aku selalu yakin!" kata Petra.

Levi tersenyum dalam hati.

"Bagaimana kalau sekarang kita ke perpus dan belajar?" tanya Petra.

"Bukankah kau mau pulang ke rumah?" tanya Levi heran.

Petra menggeleng. "Aku mau mengajarimu sampai bisa!"

Levi memandang petra sinis. "Aku rasa itu membutuhkan waktu yang lama!"

"Tidak apa-apa!" kata Petra sambil ke perpustakaan. "Hari ini aku tidak ada kegiatan.Daripada pulang ke rumah dan berdiam diri di kamar sepanjang hari, lebih baik aku berada di sini."

"Aku senang kau mau menemaniku belajar!" kata Levi tulus,

mereka mengambil tempat duduk di bagian yang tidak terlalu ramai.Petra tersenyum lebar sambil membuka buku IPA.

"Sebenar nya aku hanya ingin melihat penderitaanmu sewaktu belajar. Oh ya, aku perlu mengingatkanmu kalau aku adalah guru yang perfeksionis. Kau tidak akan keluar dari perpustakaan ini sebelum menyelesaikan soal latihan ini." Kata Petra tersenyum lebar

Levi melihat soal latihan di depan nya. "Hah?! Tiga lembar?!!"

Petra tersenyum manis. "Ya! Aku sudah bilang kan kau tidak akan keluar dari sini sebelum semua latihan nya selesai?"

Levi memandang Petra dengan tatapan menderita

Dua hari kemudian, Levi melihat nilai ulangan fisika nya, dia menarik napas lega. Nilai tujuh masih bukan nilai sempurna, setidak nya Pak erwin tidak menghubungi paman nya. Hal itu membuat ia senang.Petra melihat nilai ulangan Levi sambil menggeleng-geleng,

"Setelah aku bersusah payah mengajarimu, kau hanya dapat nilai segini?" kata Petra

"Aku kan sudah berusaha!" kata Levi.

"Yah, aku bisa bilang apa?" kata Petra.

"Ini bukan salah guru nya, tapi murid nya" kata Petra lagi

"sial!Aku sudah belajar mati-matian sampai kepalaku sakit, mataku merah, dan tanganku kram setengah mati." Protes Levi.Petra tersenyum lebar.

"Kau sangat lucu saat itu!""Aku rasa aku kapok diajar olehmu!" teriak Levi.

"Kalau begitu jangan dapat nilai jelek lagi lain kali!" kata Petra.

"Belajar bersamamu bagiku mimpi buruk!" kata Levi.

Petra terbahak-bahak. Levi berharap Petra bisa tertawa terus seperti ini setiap hari

Only You [LEVI X PETRA] (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang