Aku tersenyum saat melangkah keluar dari kereta Hogwarts Express ini. Aku akui disini memang lebih baik daripada di Paris, bahkan sebelum aku masuk sekolahnya saja, rasanya sudah jauh lebih baik. Ayolah, aku sudah mempunyai lebih dari satu teman.
"Kau tampak menyeramkan, Emily." Ujar Rose dengan tatapan menjijikan.
"Aku tak pernah merasa sebahagia ini, kau tahu." Ucapku, masih tersenyum.
Rose hanya memutar matanya dan menatapku bosan. "Aku akan mencoba mengerti dirimu." Dia berjalan mendahuluiku, sejajar dengan Albus. Aku hanya mengangkat bahu acuh.
Seseorang dengan rambut dan hair face yang panjang dan ikal menunjukkan arah menuju Hogwarts, kami harus menaiki perahu kecil untuk sampai kesana. Aku satu perahu dengan Rose, Albus dan Scorpius. Aku benar-benar penasaran dengan Hogwarts.
Ketika aku berusaha untuk menginjakkan kakiku ke dalam perahu, seseorang menggoyangkan perahunya dan membuatku sedikit kehilangan keseimbangan. Saat aku sudah berada diatas perahu tersebut dengan selamat, aku mendengar seseorang tertitik di depanku, Scorpius.
"Tidak lucu, Malfoy!" ucapku tajam dan dia hanya melemparkan tatapan jahilnya.
Bererapa saat kemudian, akhirnya kami sampai di Kastil Hogwarts. Kastil itu bagaikan di negeri dongeng, sangat besar dan indah. Ketika kami sampai di depan pintu, kami disambut oleh kepala sekolah Hogwarts, Professor McGonagall. Beliau meberitahukan pada para siswa baru bahwa kami akan segera diseleksi untuk memasuki salah satu asrama di sini-Gryffindor, Hufflepuff, Ravenclaw, atau Slytherin.
Lalu kami dituntun memasuki aula utama dan bersiap untuk menggunakan topi ajaib yang mereka sebutthe sorting hat. Topi itu seperti topi penyihir pada umumnya. Namun, yang membuatku terkejut adalah ia bisa berbicara untuk memberitahukan di asrama mana kita akan tinggal. Di aula utama, aku masih duduk bersama Rose, Scorpius, dan Albus. Dan itu adalah saat yang sangat menegangkan. Sehingga kami tidak berbincang sama sekali saking tegangnya. Nama kami dipanggil berurutan berdasarkan alphabet.
Malfoy, Scorpius. Nama tersebut yang pertama dipanggil diantara kami berempat. Entah mengapa, sorot matanya terlihat agak ragu. Aku hanya bisa memberinya tatapan bingung.
"Silahkan duduk, Mr. Malfoy" ucap Professor McGonagall saat Scorpius maju kedepan. "I know, it's Slytherin" topi ajaib itu berkata. Scorpius menghela nafas panjang. Ada apa dengannya?
Setelah beberapa anak dipanggil, akhirnya Albus dipanggil.
"Potter, Albus," setelah namanya diucapkan, banyak terdengar bisikan disana-sini. Kebanyakan orang mengakatakan 'Itu anak Harry Potter, adiknya Jamers'. "Albus Potter. Gryffindor!" seketika orang-orang bersorak. Sepertinya nama Potter itu terkenal sekali, batinku.
Giliranku.
"Roberts, Emily". Aku segera maju ke depan dengan gugup. Semua mata memandangiku seakan aku adalah makhluk aneh. Ketika aku dipakaikan topi ajaib tersebut, topi itu berbisik, "The cold ones" apa maksudnya? Bahkan mungkin hanya aku yang bisa mendengarnya. "Slytherin" kepalaku spontan menoleh kearah Scorpius dengan senyum lebar. Dia menatapku dengan mata yang berbinar-binar. Setidaknya aku dapat menghilangakan wajah kerasnya hari ini.
Setelah aku kembali ke tempat dudukku semula, Rose berbisik di telingaku, "Aku tahu apa yang kau lakukan,"
"Memangnya aku melakukan apa?"
"Kau main mata dengan Scorpius di depan," jawab Rose. "Dan kuyakin semua orang di ruangan ini menyadarinya." Terlihat jejak senyuman diwajahnya. Entah mengapa, mukaku bersemu merah mendengar hal itu.Seriously, Emily.
Beberapa menit kemudian Rose dipanggil kedepan. "Weasley, Rose" dia maju kedepan dengan penuh percaya diri. Begitu topi ajaib itu ditaruh dikepalanya, ia langsung mengatakan "Gryffindor" suara riuh dari asrama tersebut terdengar jelas. Senyum Rose mengembang, dia terlihat sangat bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow (old ver)
Fantasy[NEW VERSION AVAILABLE! READ NOW ON OUR PROFILE] We do not own any of J.K. Rowling, Stephenie Meyer and Rick Riordan characters. Highest rank #1 in fantasy © 2015 by Melia F, Azarina W, Rani D, Fadhila D.