Chapter 15: Camp What Now?

10.3K 698 28
                                    

Nico berkata bahwa perjalanan bayangan berbeda dengan teleportasi walaupun maksudnya sama. Perjalanan bayangan hanya dapat dilakukan oleh makhluk-makhluk Underworld dan demigod dari Hades atau Pluto. Anak-anak Hades berpergian menggunakan metode ini dengan menjadi satu dengan bayangan dan keluar di tempat lain sesuai keinginan mereka.

Pertama kalinya Nico melakukan perjalanan bayangan saat dia berumur sekitar sebelas tahun. Perjalanan banyangan membuat penggunanya akan kelelahan dan kehilangan kontak fisik dengan dunia nyata perlahan-lahan.

Namun aku berpikir bahwa perjalanan bayangan itu betul-betul keren. Selama sesaat aku tidak dapat melihat apapun. Aku yang ada dipunggung Nico hanya dapat merasakan tangannya memegangi belakang lututku dan tanganku yang melingkar di lehernya.

Tak lama kemudian bayangan meleleh dan aku mendapati diriku sedang memandangi pemandangan baru. Aku segera turun dari punggungnya dan menahan diri untuk tidak muntah. Perlu dicatat: perjalanan bayangan tidak bagus untuk perutku. Kami berada di puncak bukit—dibelakang pohon pinus raksasa seperti yang biasa dipasang di Gedung Putih saat Natal. Di dahan terendah pohon itu, tergantunglah selimut dari bulu domba berwarna emas yang dijaga oleh seekor naga logam sepanjang sepuluh meter.

"Apa itu selimut yang di jaga oleh naga logam itu?" tanyaku.

"Ya, namanya adalah Peleus," jawab Nico tanpa keraguan.

"Kau sadar kan bahwa itu adalah seekor naga?"

"Automaton lebih tepatnya," Nico mengoreksi. "Bulu Domba Emas yang ada di dahan terendah pohon pinus memiliki sihir yang melindungi batas-batas perkemahan dari serangan dan menyamarkan keberadaannya dari monster-monster. Yang hanya dapat masuk ke perkemahan hanyalah demigod, dewa, makhluk mitologi lainnya, dan semua orang yang diizinkan masuk oleh orang dalam."

Kemudian aku berpikir. Dimana perkemahannya? Dihadapanku hanyalah sebuah lembah dengan ladang stroberi. Ketika aku berbalik, aku menemukan marka jalan Farm Road 3141.

"Nico, dimana perkemahannya?"

Nico tidak menjawab pertanyaanku. Dia menuntunku melewati pohon pinus dan naga logam. Seketika, lembah dihadapanku bukan sekedar lembah lagi. Perkemahan Blasteran terlihat damai—ladang-ladang hijau, hutan, bangunan-bangunan putih ala Yunani. Rumah peternakan empat lantai berdiri di tengah-tengah ladang stroberi. Di utara, melewati pantai, Selat Long Island berkilau di tengah terpaan cahaya matahari sore.

"Dengar, kau tidak boleh memberitahu siapapun tentang perkemahan ini. Jika informasi tentang perkemahan ini bocor ke tangan yang salah, semua orang akan dalam masalah besar," Nico mempertingatkan.

Nico menuntunku ke rumah perternakan itu. Dindingnya berwarna merah dengan tepian putih. Sekeliling rumah itu dikelilingi beranda. Diujung beranda, dua orang lelaki sedang duduk di meja kartu. Lalu ada wanita berambut pirang duduk berhimpit pada lelaki yang duduk menghadapku.

Lelaki yang menghadapku tampaknya beberapa tahun lebih tua dari Nico. Rambut coklatnya berantakan yang membuatnya terkesan seperti anak kuliahan yang nakal. Matanya berwarna hijau laut—menenangkan. Badannya kurus dan tinggi. Dia memakai kaus jingga beruliskan 'Perkemahan Blasteran' dibawah kemeja putihnya. Kakinya dibalut celana panjang khaki dan kakinya beralas sandal jepit kulit.

"Itu Percy Jackson," gumam Nico. "Dia adalah demigod yang dulu membawaku kemari. Sekarang dia adalah pekemah sekaligus pelatih di perkemahan. Wanita disampingnya itu Annabeth Chase. Dia juga pekemah sekaligus pelatih. Dia sudah berada disini lebih lama dari siapapun. Dan lelaki yang duduk dikursi roda itu Chiron, dia koordinator kegiatan di perkemahan."

Aku menatapi Annabeth dengan lebih seksama. Sepertinya aku pernah melihat Annabeth sebelumnya, tetapi aku tidak ingat kapan atau dimana.

Annabeth menyadari bahwa daritadi aku memperhatikannya. Wajahku merah padam dan tiba-tiba sepatu sneakersku menjadi menarik untuk dipandang.

Shadow (old ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang