Chapter 4: Magical Stuffs

20.7K 1.2K 30
                                    

Semalaman aku tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan surat yang berbicara itu. Tiga hari yang lalu, ada insiden orang menghilang, semalam ada surat bicara, hari ini ada apa?

Ketika aku bangun, cahaya mentari masuk melewati jendela kamar. Jam menunjukan pukul 7:00. Aku menghela nafas panjang, lelah menghadapi hidup penuh cobaan ini. Okay, moving on, Emily.

Aku bingung, apa yang harus aku lakukan sekarang? Sahabat-temanku satu satunya sudah pergi ke tempat yang bahkan aku tidak tahu apa itu. Ohiya, aku lupa mengatakan sekarang hari Sabtu dan itu berarti tak akan ada kelas membosankan. Well, sebenarnya pada situasi seperti sekarang ini, aku lebih memilih masuk kelas membosankan daripada berdiam diri di kamar yang sepi.

Sigh.

Mandi dan berkeliling, itu bukan ide buruk, kan?

Masuk kamar mandi dan berhadapan dengan cermin membuatku kaget dengan penampakan yang terlihat disana. Seorang perempuan dengan kaos polos dan kantung mata hitam yang sudah akut-sangat menyeramkan. Tunggu dulu, sejak kapan aku memikirkan penampilanku. Baiklah, lupakan.

Aku mengambil sikat gigi di kemudian mengoleskan pasta gigi di atasnya, dan langsung menggosok gigiku. Melepas pakaianku, memasuki bathtub yang berisi air hangat dan mulai berpikir, lagi. Sepertinya aku terlalu banyak berpikir sehingga membuat kepalaku migrain.

Banyak pertanyaan menghujani pikiranku. Apa itu Hogwarts? Memangnya sihir ada? Mengapa aku menyukai sejarah yunani kuno? Apa itu demigod? Mengapa Katie bisa menghilang? Dan mengapa hidupku sesial ini?

Baiklah, cukup.

Lebih baik aku segera mengakhiri acara mandiku yang sama sekali tidak membuat rilex, justru membuat kepalaku semakin pusing. Kuambil handuk berwarna putih yang dikaitkan pada tempatnya dan segera keluar kamar mandi. Aku memakai kaos biru polos dan celana training hitam kesayanganku.

Bosan, kata itu sangat tepat untuk menggambarkan perasaanku saat ini. Mataku memerhatikan sekilas seluruh kamar dan berakhir pada satu lembaran yang terlihat seperti ticket. Kapan aku menaruh itu? Atau itu barang Rosie yang tertinggal? Tetapi tidak mungkin itu barangnya. Aku tidur dikasurnya semalam, seharusnya aku tahu jika kertas itu ada di meja. Seingatku dia tidak membeli apapun akhir-akhir ini, kecuali gaun untuk pesta dansa kemarin. Akhirnya, setelah menimang-nimang aku memutuskan untuk melihat selembaran tersebut.

Apa ini?

Pertanyaan pertama yang muncul dikepalaku saat melihat sebuah ticket kereta api yang bertuliskan Hogwarts Express. Kurasa aku melupakan satu hal, aku lupa aku yang telah 'diterima' di sekolah sihir Hogwarts. Sebenarnya, aku sendiri bingung bisa diterima disana tanpa melakukan tes masuk seperti sekolah pada umumnya, tapi aku tak akan ambil pusing tentang hal tersebut.

Tapi seingatku surat itu mengatakan bahwa aku akan berangkat pada pukul 10. Tapi mengapa pada tiket tertulis jam 4 sore?

Berpikirlah, Emily. Kemungkinan yang akan terjadi jika aku memutuskan untuk pindah membuatku semakin kalut. Pertama, aku bosan jika terus disini. Kedua, temanku telah pindah ke tempat antah-berantah. Dan ketiga, aku tidak mempunyai teman selain dia. Jika dipikir-pikir sih, sebenarnya lebih baik aku pindah dari asrama ini. Tapi bagaimana jika disana nasibku lebih buruk daripada disini? Bag-Enough, hentikan pikiran negatifmu itu, Emily.

Aku harap keputusanku ini tidak akan mengecewakan.

Ya, aku akan pindah.

Tiba-tiba, suara ketukan pintu mengagetkanku yang sedang tenggelam di alam pikiranku. Kuharap yang datang tak akan membawa musibah lagi untukku.

Shadow (old ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang