Beberapa hari setelah penyerangan Volturi pada akhir Juli lalu, kami berusaha untuk menjalankan aktivitas seperti biasa walaupun banyak kelas-kelas yang dibubarkan untuk sementara supaya anak-anak dapat membantu memperbaiki sekolah. Volturi benar-benar membuat kacau. Ini hampir sama parahnya dengan Battle of Hogwarts.
Kepala sekolah meminta kami untuk memperbaiki lapangan quidditch juga, berhubung lapangan tersebut hangus gara-gara fire-making spell yang aku gunakan untuk membunuh makhluk-makhluk penghisap darah itu, walaupun tidak sepenuhnya berhasil. Tetapi tidak ada murid yang berani dekat-dekat dengan lapangan quidditch. Serangan Volturi meninggalkan trauma akut pada para murid. Bahkan para guru. Meskipun rasa trauma tersebut tidak ditunjukan di wajah mereka, tetapi aku tahu bahwa para guru juga trauma. Maksudku, siapa yang tidak trauma ketika sekelompok makhluk yang haus darah menyerang sekolah mereka?
Karena aku merasa bersalah telah menghacurkan lapangan dan mungkin menghentikan beberapa pertandingan Hogwarts Quidditch Cup berikutnya, aku berusaha untuk memperbaiki area pertandingan kira-kira sebesar lapangan American football itu. Setidaknya memindahkan puing-puing kayu dari lapangan terlebih dahulu. Dan itu butuh perjuangan yang besar. Meskipun beberapa pekerjaan kami di lakukan dengan sihir, tetap saja kami melakukannya dengan berat hati dan itu jelas memperburuk keadaan. Jadi aku berusaha untuk santai saja mengerjakan tugasku.
"Scorpius!" Aku mendengar namaku dipanggil. Aku yang masih berdiri di tengah lapangan dengan kayu-kayu hangus di sekelilingku langsung mendongak mencari darimana suara itu berasal. Dari sela-sela rangka kaki kursi penonton, aku dapat melihat siluet seorang anak.
"Disitu kau rupanya." Lucetta keluar dari sela-sela rangka tersebut dan menghampiriku. "Ada yang mencarimu di asrama."
"Siapa?"
"Tidak tahu," jawabnya. "Dia gadis berambut pirang yang cukup cantik menurutku dan seorang pria yang tidak kalah tampan."
Rosalie. Apa yang dia inginkan sekarang? Dan siapa cowok ini?
"Kau duluan saja, aku menyusul."
Dengan begitu Lucetta kembali melewati rangka kayu tersebut dan menghilang dari pandanganku.
Aku masih tidak mengerti kenapa Rosalie datang kemari. Jika dia tahu bahwa Hogwarts akan diserang oleh Volturi, mengapa dia tidak membantu saja?
"Ada alasan kenapa kami tidak dapat membantumu, Scorpius."
Aku menoleh ke belakang dan mendapati Rosalie dan seorang pria yang kuduga adalah vampir juga di hadapanku. "Apa yang kalian inginkan?"
Pria itu tertawa kecil. "Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Taktik bagus, Scorpius."
"Jawab pertanyaanku," kataku dengan tegas. "Mengapa kalian tidak membantu kami? Dan apa yang kali ini kalian mau dariku?"
Vampir pria itu berjalan mendekatiku. "Kami sudah pernah berurusan dengan Volturi dan itu berjalan dengan lumayan. Tetapi mereka masih mengawasi kami sejak saat itu."
"Untuk apa kalian diawasi? Memangnya kalian berbuat apa?" tanyaku.
"Keponakanku, anak Edward," kata Rosalie sambil menunjuk pria disebelahnya. "Dia setengah manusia dan setengah vampir. Namun ternyata ada individu lain yang seperti dirinya dan dia ternyata bukanlah ancaman. Maka Volturi dapat membebaskan kami namun tetap mengawasi kalau-kalau hal yang tidak diinginkan terjadi."
Sayangnya Emily bukanlah seperti anak Edward. Emily adalah setengah vampir, setengah demigod, dan dia bersekolah di sekolah sihir. Dia adalah satu-satunya hibrida vampir-demigod di dunia. Pantas saja Volturi tidak mau begitu saja membebaskan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow (old ver)
Fantasía[NEW VERSION AVAILABLE! READ NOW ON OUR PROFILE] We do not own any of J.K. Rowling, Stephenie Meyer and Rick Riordan characters. Highest rank #1 in fantasy © 2015 by Melia F, Azarina W, Rani D, Fadhila D.