Chapter 40: Trip To An End

11.9K 530 42
                                    

A/N: No edited chapter. Enjoy! :)

Tanganku yang memegang pedang emas-perak itu gemetaran tidak karuan. Bagaimana bandul kunci dari Scorpius itu bisa berubah menjadi pedang? Yang lebih mengejutkannya lagi; itu adalah pedang yang ada di mimpiku. Mimpi yang pertama kali, ketika didalam mimpi itu, aku melihat cowok ceking yang kurasa namanya adalah Leo membuat pedang ini.

Oke, sekarang bagaimana mengubah pedang ini menjadi bandul kunci lagi? Apa aku harus memasangkannya kembali pada tali yang sekarang menjuntai di sekitar leherku? Itu boleh di coba.

Aku menarik tali dari sekitar leherku dan melilitkannya di gagang pedang ditanganku. Sekejap saja, pedang itu berubah kembali menjadi sebuah bandul kunci. Ini benar-benar tidak biasa. Aku harus menanyakan tentang kalung ini kepada Scorpius. Maksudku, dialah yang memberiku kalung ini sebagai kado ulang tahunku yang ke empat belas. Walaupun aku tidak begitu ingat bagaimana aku merayakan ulang tahunku yang ke empat belas.

Tanpa berpikir dua kali, aku berlari mengejar Scorpius yang menurutku sudah dalam perjalanan kembali ke asrama. Aku berlari melintasi lapangan dan koridor-koridor di kasti, tetapi batang hidung Scorpius tidak terlihat dimana-mana. Mungkin dia tidak kembali ke asrama. Siapa yang tahu?

Mungkin aku sudahi saja pencarian Scorpius ini. Aku tidak mau tertangkap basah melanggar jam malam jadi secepat kilat aku berlari kembali ke arah asramaku dan memutuskan untuk menginterogasi Scorpius besok pagi—atau setelah matahari terbit? Entahlah, aku tidak tahu jam berapa sekarang. Yang pasti, Scorpius berhutang satu penjelasan padaku.

***

Dalam mimpiku, aku sedang duduk di dalam mobil yang melaju dengan sangat cepat. Di belakang kemudi, duduklah seorang gadis tujuh belas tahun yang luar biasa cantik. Dia tinggi, berkulit pucat, pipinya merah muda. Dia memiliki tulang pipi yang tinggi, bibir penuh, dan alis yang sempurna. Rambut ikalnya yang berwarna perunggu jatuh sampai ke punggungnya.

"Siapa Jacob?" tanyaku.

"Teman dekatku. Sangat dekat," jawab gadis itu. Pandangannya tidak pernah meninggalkan jalanan didepannya.

"Pacarmu?"

Pipi gadis itu langsung menjadi merah. Well, lebih merah. "Ah, entahlah. Kami hanya berteman dekat."

"Tetapi kau menyukainya." Aku memanas-manasi.

"Tidak juga." Kali ini gadis itu tidak menyangkal dan wajahnya dihiasi senyum seribu watt. "Tapi bisa jadi. Atau iya? Tidak deh. Eh, iya. Ugh, aku tidak tahu. Ini sangat rumit."

"Ia manusia?"

"Bukan."

"Vampir?"

"Bukan juga."

"Lalu dia itu apa?"

"Werewolf," jawab gadis itu seakan berteman dengan seorang werewolf bukanlah hal buruk.

"Apa?!" Aku berteriak.

"Whoa tenang, Emily," kata gadis itu. "Dia bukan werewolf seperti yang ada di pikiranmu, lebih tepatnya bukan seperti yang ada di wilayah Hogwarts.

"Memangnya ada berapa tipe werewolf?

"Dua," jawab si gadis. "Yang pertawa, werewolf yang tidak bisa di kontrol dan berubah saat bulan purnama seperti yang ada di Hogwarts. Kami menyebut mereka sebagai Anak-anak Bulan. Yang kedua, werewolf Quileute seperti Jacob dan keluarganya. Mereka kami sebut shape-shifter."

"Apa bedanya?"

Gadis itu menghelas nafas. "Sangat jauh berbeda. Tidak ada waktu untuk menjelaskan semuanya saat ini. Aku janji akan menjelaskannya padamu lain waktu."

Shadow (old ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang