Chapter 10: Winter Disaster

10.6K 839 24
                                    

Christmas eve. Setelah ibadah natal di gereja, aku merayakan natal di rumah Keluarga Potter bersama keluarga Weasley dan Malfoy. Namun tidak ada James karena dia memutuskan untuk tetap tinggal di Hogwarts bersama teman-temannya. Rasanya aku bagaikan orang luar di sini, karena hanya aku yang tidak bersama keluargaku.

Rose pernah bercerita padaku bahwa ayahnya, Ron Weasley adalah seorang ‘Anti-Malfoy’. Jadi salah satu hal yang membuatku terhibur adalah ketika melihat tingkah laku Ron ketika Draco Malfoy mencoba berbincang dengannya. Dan ngomong-ngomong, Scorpius sangat mirip dengan ayahnya.

“Ayolah, untuk apa mengungkit-ungkit masa lalu,” ujar Draco.

“Kau bersekongkol dengan ‘You Know Who’. Mana mungkin aku tidak membencimu,” jawab Ron sinis.

“Bahkan anak kita saja bersahabat,” sambung Draco.

“Itu karena Scorpius anak baik. Beruntung ia tidak mewarisi sifatmu yang buruk itu, Bung,” sahut Ron sambil meninggalkan Draco mematung di depan pohon natal.

Waktu menunjukkan pukul 10 malam. Setelah berbincang-bincang, acara buka kado dimulai. Kupikir aku tidak akan mendapatkan kado, namun ternyata malah sebaliknya. Albus telah memberitahu orang tuanya bahwa kemungkinan aku akan bergabung dengan mereka saat natal. Jadi beruntungnya, aku mendapat sebuah syal berwarna emas dari Keluarga Potter.

Ketika acara buka kado telah selesai, para orang tua minum eggnog sembari bercakap-cakap tentang sesuatu-yang-tidak-aku-mengerti di ruang keluarga, sementara anak-anaknya berdiskusi tentang hal-hal yang akan kami lakukan besok di ruang makan.

“Jadi apa yang akan kita lakukan besok?” tanyaku. “Setelah pergi ke Broadgate Ice Rink tentunya.”

Rose mengangkat bahunya, “Entahlah, Legoland? Oakwood Theme Park? Banyak amusement park di London, kau tahu?”

“Terserah pada kalian,” ujar Scorpius dengan dinginnya. Saking dinginnya sampai kupikir dia dapat membekukan seisi ruangan ini.

“Apa sih masalahmu?” bentakku sambil menggebrak meja. “Dari pagi tadi sikapmu sudah menyebalkan. Kalau kau tidak berniat untuk ikut bersama kami, tinggal saja disini! Kau hanya menjadi mood-cracker!”

Scorpius berdiri hingga membuat kursinya terbalik. “Masalahku banyak!”

Rahangnya mengeras, wajahnya memerah, giginya bergemeletuk menahan amarahnya. “Dan kau merupakan salah satunya!”

Mataku terbelalak kaget mendengar setiap untaian kata dari mulutnya. Apa katanya? Aku masalahnya?

Coba bayangkan dadamu ditembak tepat di jantung dari jarak dekat, kira-kira sesakit itu perasaanku saat ini. Telebih lagi, jika kalimat itu berasal dari mulut seseorang yang kau anggap sahabat, seseorang yang sangat kau sayangi.

Air mata menggenang di ujung mataku yang telah memerah. “Maafkan kalau selama ini aku menjadi masalahmu, menjadi bebanmu, menjadi sahabat yang tidak baik untukmu, atau menjadi apapun itu yang buruk untukmu, aku minta maaf, Scorpius,” ucapku dengan air mata yang sudah tidak bisa ditahan lagi dan meninggalkan jejak dipipiku.

Aku langsung berlari ke kamarku dan Rose. Aku mendengar Rose dan Albus memanggil namaku, begitu juga dengan orang tua mereka ketika aku melewati ruang keluarga dengan jejak air mata di pipiku.

Begitu aku masuk ke kamar, aku langsung melompat ke atas kasur dan membenamkan wajahku dalam-dalam ke bantal dan memaksakan diri untuk tidur. Entah berapa lama aku berbaring dikasur sambil menangis, karena yang aku ingat hanyalah nafasku yang memburu sebelum aku tidur kelelahan.

***

Sinar mentari membangunkanku dari tidurku pagi ini. Malas sekali rasanya untuk bangkit dari tempat tidur, seakan kasur memelukku dengan erah sehingga aku tidak bisa lepas darinya. Berhubung aku tidur karena lelah mengeluarkan tangis, tidurku tidaklah nyenyak.

Shadow (old ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang