Merlin
“Aku melupakannya, Lucetta.”
Kacau, semuanya kacau. Bagaimana bisa aku melupakannya?
“Well, berterimakasihlah kepadaku karena telah mengingatkanmu,” dia tersenyum simpul. Aku harus segera memberi tahu Albus dan Rose tentang quidditch.
“Hey, bukankah kata vampire itu Volturi tidak menyerang dengan perkelahian tapi dengan berdebat?” Lucetta menoleh kepadaku. Dia mengetahuinya?
Oh. Aku lupa dia bisa membaca pikiran. Ya, aku mengetahuinya dari Emily. Sebelum dia pergi.
“Ya, memang begitu,”
“Kalau begitu kau tinggal berdebat saja,” dia mengatakannya dengan enteng.
Aku berusaha untuk tidak memutar bola mataku. Dia terlalu menganggap enteng. Kesal sekali rasanya. “Tapi tetap saja kita harus berjaga-jaga,” ucapku. Aku berusaha untuk sabar. Begini ya, jadi Rose itu.
“Baiklah, mau bagaimana pun juga aku akan selalu membantu dan memihak padamu,” dia berkata dengan nada yang meyakinkan.
Aku hanya mengangguk mengerti. Lalu melanjutkan makanku. Setelah selesai, aku kembali ke asrama untuk istirahat tapi tanganku dicegat seseorang saat melewati meja Gryffindor. Saat menoleh, aku melihat Albus memegang pergelangan tanganku dengan Rose disebelahnya.
“Sepertinya kau sudah meyakinkan seseorang?” dia menujuk Lucetta dengan dagunya. Aku ikut menoleh dan langsung mengerti. “Ya, aku sudah memberitahu dia—tidak, lebih tepatnya dia yang memaksa,”
“Ohiya, aku butuh bicara dengan kalian, tapi tidak disini,” aku berbicara lagi.
“Besok saja, sebelum waktu sarapan, di menara jam,” Rose berucap.
“Baiklah, kalau begitu aku kembali ke asrama dulu ya,”
Mereka hanya mengagguk. Aku mulai berjalan kembali ke asrama. Sesampainya, aku langsung terlelap di kasur kesayanganku.
***
Keesokan harinya, sebelum sarapan aku sudah berada di menara jam. Menunggu Albus dan Rose kesini. Mereka lama sekali.
“Hey, maaf menunggu lama,”
“Tak apa, langsung saja, aku melupakan quidditch,” aku mengatakannya dengan nada gusar.
Albus menepuk jidatnya dan mengumpat kecil. “Aku juga.”
Rose menggigit jarinya. “Sekarang begini, kita berlatih sihir saja, terutama kau Scorpius. Kau akan menggantikan posisi Emily di quidditch jadi tetaplah fokus pada pertandingan itu. Aku dan Albus—mungkin juga Lucetta, kami yang akan melatih kemampuan sihir kami. Jika kau ingin berlatih pun silahkan, tetapi jangan sampai mencurigai pemain lain.”
Aku hanya bisa mengangguk kecil. Albus pun begitu. Lalu kami berjalan menuju aula besar untuk makan pagi. Aku menuju mejaku dan mereka menuju mejanya masing-masing. Aku memulai makan dengan tenang, berbeda dengan hatiku yang sudah tak bisa dijelaskan lagi kekacauannya.
Tiba-tiba seseorang duduk di sebelahku, karena penasaran aku menoleh padanya. Lucetta. Gadis itu lagi. Dia terlihat sangat antusias.
“Jadi kapan kita akan memulai latihan?” ucapnya histeris.
“Mungkin hari ini?” kalimat itu lebih terdengar seperti pertanyaan daripada pernyataan. “Ah, apa kau bisa mengajak yang lain untuk membantu kita nanti?”
Dia menggendikan bahu. “Aku tidak terlalu bersosialisasi,” dia berucap. “Tapi sepertinya aku akan mengajak seseorang, jika bisa,”
“Aku mengerti, tolong jangan mengajak pemain quidditch lainnya,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow (old ver)
Fantasy[NEW VERSION AVAILABLE! READ NOW ON OUR PROFILE] We do not own any of J.K. Rowling, Stephenie Meyer and Rick Riordan characters. Highest rank #1 in fantasy © 2015 by Melia F, Azarina W, Rani D, Fadhila D.