Stasiun itu seperti stasiun pada umumnya. Penuh dengan orang-orang berlalu-lalang. Aku berjalan sambil mendorong troliku yang penuh barang bersama Darren di sebelahku. Namun aku tidak melihat dimana Platform 9 ¾ . Yang ada adalah Platform 9 disebelah Platform 10.
"Darren, apakah tiketnya tidak salah? Mana ada Platform ¾?!"
"Whoa, kendalikan emosimu, Emily. Tempat itu tersembunyi," kata Darren sambil menarikku ke depan sebuah pilar. "Yang harus kau lakukan hanyalah berlari ke arah tembok itu."
"Apa kau lupa minum obat pagi ini? Bisa-bisa kepalaku pecah kalo menabrak pilar itu."
"Kau tahu kan sekarang kau sedang dalam perjalanan ke sebuah sekolah sihir. Nah, ini baru permulaannya. Dorong trolimu dan larilah ke pilar itu. Aku ini bukan seorang pembohong, percayalah padaku."
"Awas saja kalau kau mempermalukanku."
Aku menuruti perkataan Darren dan langsung mendorong troliku ke arah tembok itu dengan kecepatan tinggi. Sambil menutup mataku tentu saja. Dan ternyata Darren tidak berbohong. Sekarang aku berada di Platform 9 ¾ . Wow. Tempat ini dipenuhi oleh anak-anak yang membawa barang-barang sihir sepertiku beserta orang yang mengantarkan mereka. Di sampingku ada satu kereta yang aku yakin adalah kereta yang akan berangkat ke Hogwarts.
Beberapa saat kemudian, aku terbangun dari lamunanku karena Darren menepuk pundakku. "Sekarang kau percaya bahwa aku bukan pembohong?" katanya sambil mengedipkan salah satu matanya
"Ya, aku sangat sangat percaya," kataku sambil masih memerhatikan keadaan sekitar.
"Keretamu baru berangkat 1 jam lagi. Di sini juga masih belum terlalu ramai. Ayo kita duduk dulu," ucap Darren.
Kami pun duduk di bangku besi yang menghadap ke kereta. Tiba-tiba senyum Darren mekar saat ia melihat seorang pria seusianya yang mengenakan setelan semi-formal plus kacamata bulat. Pria itu sedang berjalan bersama istrinya yang berambut orange dan tiga orang anak mereka. Dua diantaranya sudah pasti akan masuk Hogwarts sepertiku, sebab mereka juga membawa banyak barang di troli mereka.
"Harry! Ginny!" teriak Darren sambil lari ke arah mereka. Aku pun mengikutinya.
"Hey, Darren! Lama sekali tidak berjumpa," kata pria yang kuyakin bernama Harry.
"Ya. Jadi kau dan Ginny punya 3 anak?"
"Benar. Yang paling besar bernama James Sirius Potter, yang kedua bernama Albus Severus Potter, dan yang termuda bernama Lily Luna Potter," katanya sambil menunjuk ke arah anak-anaknya. "Bagaimana denganmu?"
"Anakku yang tertua masih harus menunggu 1 tahun lagi, dan yang termuda 3 tahun lagi," ucap Darren.
"Lalu siapa yang kau antar ini?" kata Harry sambil tersenyum padaku.
"Ini Emily. Aku disuruh mengantarnya ke sini. Dia juga belum tahu siapa orang tuannya, sama sepertimu dulu."
"Well, kau pasti akan segera mengetahuinya, Emily. Dan hari ini kau masuk ke Hogwarts bersama Albus. Selain itu, kakaknya, James sudah masuk tahun lalu. Aku harap kalian bisa segera saling mengenal," kata Harry.
"Aku harap begitu. Aku perlu ke toilet, jadi permisi sebentar," kataku sambil mendorong troliku ke tempat tadi aku duduk dan aku segera toilet.
Saat aku melirik ke belakang, aku melihat orang yang berbincang bersama Darren dan Harry sudah bertambah. Buk. Aku menabrak seseorang.
"Maafkan aku, kau tidak apa-apa?" kata gadis itu.
"Tidak apa-apa. Aku yang seharusnya meminta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow (old ver)
Fantasy[NEW VERSION AVAILABLE! READ NOW ON OUR PROFILE] We do not own any of J.K. Rowling, Stephenie Meyer and Rick Riordan characters. Highest rank #1 in fantasy © 2015 by Melia F, Azarina W, Rani D, Fadhila D.