S e p u l u h

3.4K 724 80
                                    

11. Kabar buruk

"Sepatu ungu, membuat perasaanku semakin menggebu-gebu. Ahay! Kalau cinta sudah membara, Aha-aha!"

Bintang melirik Boby yang sibuk mencium sepatunya sendiri sedaritadi. Cowok itu tertawa sendiri, "Buset dah, mau nyoba nyium gak, Tang? Bau terasi."

"Gak. Lo aja."

"Bagus, gue gak mau bagi-bagi bau kaki gue sendiri soalnya. Cukup gue aja yang merasakan nikmatnya bau kaki."

Pandangan Bintang teralih pada sosok Silva yang duduk sendirian di pojok kantin. Di mejanya hanya ada satu gelas air putih kemasan.

"Bob, habis ini lo mau ke mana?" tanya Bintang.

"Gak tau, kalau ada waktu gue mau ngajak Teteh gue terjun bebas dari atas gedung," jawab Boby seraya memasang kembali sepatunya.

Bintang berdecak kesal. Dia beranjak, kemudian berjalan pergi meninggalkan Boby sendirian. "Kampret lo Bintang kecil di langit yang biru!" teriak Boby.

Bintang duduk di kursi kosong depan Silva. Gadis itu terlihat kaget, ia tak mengenakan kacamata seperti biasanya. Ia tahu, kacamata milik Silva rusak karna diinjak oleh Kakak kelasnya kemarin.

"Gak makan?"

"Aku udah kenyang."

"Minum air doang?" tanya Bintang tak percaya.

Cowok itu menatap Silva yang hanya memamerkan senyumnya. Bintang menghela napas pendek, ia jadi merasa bersalah karna sudah membentak Silva tadi pagi.

"Kacamata lo?" tanya Bintang.

"Ada, kok. Aku masih bisa belajar tanpa pake itu," jawab Silva yang Bintang yakini berbohong.

Bintang mengedikan bahunya tidak acuh. "Gue minta maaf."

"Buat?"

"Tadi pagi."

Silva mengangguk pelan. Gadis itu melirik ke arah air minumnya yang sudah habis. "Bintang, aku mau ke kelas," kata Silva.

"Iya."

Setelahnya, Silva beranjak dan pergi meninggalkan Bintang. Bintang mengembuskan napasnya pelan.

***

"

Ma … aku mau pulang."

Bintang yang tengah berjalan menyusuri koridor menuju ke kelasnya, langsung mengerutkan alisnya kala mendengar suara Crystal di dalam toilet.

"Aku pengen balik sama Mama Papa."

"Kenapa sih, Ma? Kenapa gak bisa? Mama gak pernah kasih aku alesan yang bener-bener kuat—cerai?"

Bintang kaget mendengar itu. Cerai? Siapa yang cerai? Pikirnya.

Tak lama setelahnya, ia mendengar suara isak tangis di dalam sana. Ingin masuk, tapi Bintang sadar itu toilet perempuan.

Bisa berabe urusannya jika ia masuk begitu saja.

Crystal keluar. Gadis itu kaget saat mendapati Bintang yang berdiri menatap ke arahnya. "Bintang?"

"Lo kenapa?"

"Aku gak papa."

Bintang menatap wajah gadis itu. "Lo bohong."

Crystal membuang arah pandangnya. Tangannya terkepal sangat kuat. Gadis itu mengigit bibir bawahnya.

Bintang yang melihat itu merasa kasihan. Cowok itu hanya mampu diam, melihat dan menyaksikan gadis yang ia cintai menangis di depannya.

"Mama sama Papaku cerai, Tang."

After we met [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang