L i m a b e l a s

3K 707 140
                                    

15. Antara Crystal dan Silva

"Silva apa kabar, Tang?"

Bintang yang tengah mengunyah ciloknya, langsung menatap ke arah Crystal. Cowok itu kemudian menggeleng, "Gak tau. Udah gak pernah saling kasih kabar juga semenjak keluar sekolah."

"Aku gak nyangka banget loh kita bisa ketemu lagi, jalan-jalan lagi, makan cilok," kata Crystal seraya tertawa.

Bintang tersenyum, tangannya terulur mengacak puncak kepala gadis itu dengan lembut. "Kalau Besok-Besok ada waktu, terus mau jalan, hubungin gue aja."

"Boleh?"

"Siapa yang larang sih, Crys?"

Crystal tersenyum dan mengangguk.

"Oh iya, lo … udah ada calon suami?" tanya Bintang.

Crystal diam, gadis itu menatap Bintang ragu. "Aku …."

Suara telepon dari dalam saku celana Bintang berdering. Cowok itu meraihnya, "Papa."

"Bentar, gue angkat telepon dulu."

Bintang beranjak, cowok itu berjalan agak sedikit menjauh. Seelah itu, ia mengangkat teleponnya. "Hallo, Pa."

"Kamu di mana? Papa Baru aja nyampe di bengkel."

"Oh, iya, Bintang pulang sekarang." Bintang mematikan ponselnya.

Cowok itu berjalan ke arah Crystal. "Maaf, Crys. Kita kayaknya harus balik sekarang, bokap gue udah nunggu soalnya."

Crystal mengangguk. Keduanya akhirnya memilih naik ke atas motor Bintang.

***

"Bintang, Mama gak suka kamu deket-deket sama Crystal lagi. Bukan apa-apa, kamu makin sini makin dewasa, suatu saat kamu pasti butuh pendamping. Jangan Crystal, Tang."

Setelah pulang jalan-jalan bersama Crystal. Gadis itu bertemu dengan Leo dan juga Ara. Namun, Crystal langsung pulang karna ia dihubungi oleh managernya.

"Bintang gak ada hubungan apa-apa, Ma."

"Tapi Mama tau kamu masih berharap sama dia. Kamu harus inget, Tang. Kamu sama Crystal itu beda, dipaksa kayak gimana juga, kalian gak akan pernah bisa bareng."

Bintang menunduk, cowok itu mengangguk pelan. Benar kata Ara, ia masih menaruh harapan pada Crystal.

"Selesaikan hubungan kalian secepatnya. Mama mau, kamu, sama Crystal bener-bener selesai."

Setelah mengatakan itu, Ara pergi meninggalkan Bintang dan juga Leo.

Leo menepuk bahu putranya pelan. Pria itu tersenyum, "Mama kamu cuman takut kamu atau Crystal ninggalin Tuhan kalian masing-masing atas nama cinta."

"Papa juga pasti marah banget kalau salah satu di antara kalian, lebih milih ciptaan-Nya, dibanding pencipta-Nya," sambung Leo.

Leo menatap Bintang yang masih diam. "Papa tanya, Kamu masih suka sama Crystal?"

"Mau bohong juga percuma, Pa. Bintang gak bisa menyangkal perasaan Bintang. Bintang masih berharap sama Crystal."

"Papa tau perasaan itu gak bisa dipaksa. Tapi, kalau di diri kamu sendiri gak ada niat untuk berhenti, mau sampai kapan kamu bertahan di posisi ini?"

After we met [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang