T u j u h

3.5K 788 162
                                    

7. Khawatir

Bintang menutup gerbang rumahnya. Saat akan memakai helm, alisnya berkerut kala mendapati seorang gadis menenteng box untuk jualan.

"Mas, mau beli—Bintang?"

"Silva?" Bintang kaget, Gadis berseragam SMA itu kini berada di depannya.

Bahkan, ia berada di depan rumahnya.

"Lo jualan?" tanya Bintang kembali menatap box transparan itu.

Silva mengangguk, gadis itu membenarkan kaca matanya, dan tersenyum. "Kamu mau beli?"

Bintang menyimpan helmnya kembali. "Ada apa aja?" tanya Bintang.

Silva langsung jongkok, gadis itu menyimpan boxnya di aspal kemudian membukanya. "Aku jualan gorengan. Ini Ibuku yang bikin, enak loh. Aku juga ketagihan."

Bintang ikut berjongkok. Cowok itu melihat beberapa gorengan di sana. "Lo setiap hari kayak gini?"

"Iya, ini sebenernya mau aku titipin di warung depan komplek. Tapi sambil jalan sambil nawarin juga, lumayan buat jajan," jawab Silva.

Bintang tersenyum tipis. Cowok itu langsung mengambil plastik yang tersedia di sana. "Satunya berapa?"

"Satunya lima ratus."

"Gue beli lima ribu."

"Serius?!" pekik Silva senang.

Bintang mengangguk dan memilih memasukannya ke dalam plastik. Setelah selesai, ia memberikan uangnya pada Silva.

Silva menerimanya, "Wah, penglaris. Makasih, ya Bintang."

Bintang mengangguk dan beranjak. Cowok itu memasukan plastiknya ke dalam tas. Ia akan memakannya di sekolah nanti.

"Mau bareng?"

"Hah?" Silva mengerjapkan matanya beberapa kali. Gadis itu kembali membenarkan letak kacamatanya yang sedikit merosot.

"Ke warung depan, kan?"

"Oh, emang boleh?"

"Boleh. Tapi gue cuman bisa anter sampe warung depan, gue mau jemput Crystal soalnya."

Silva tersenyum tipis, gadis itu mengangguk pelan. "Eh, gak usah. Aku mau sekalian nawarin ke rumah lain juga. Aku duluan ya!" Silva menutup boxnya, beranjak kemudian berjalan mendahului Bintang.

Saat akan menyebrang, Bintang membulatkan matanya melihat motor yang melaju sangat cepat di arah kiri.

Bintang sontak berlari dan menarik Silva. Dan sialnya, malah Bintang yang kena serempet.

"Aws." Bintang terjatuh di aspal.

Silva membulatkan matanya, "Bintang, Kamu gak papa?" Silva menyimpan boxnya asal.

Gadis itu berlari menghampiri Bintang.

Si pengendara berhenti. Ia kemudian turun dari motor dan berjalan menghampiri Bintang yang masih terduduk di aspal. "Mas, masnya gak papa?"

"Gak papa. Lain kali hati-hati, Mas. Ini jalanan komplek, yang jalan kaki pasti banyak, jangan kebut-kebutan. Kayak dikejar renternir aja," ujar Bintang.

Bintang beranjak, cowok itu melirik sikutnya yang lecet sampai mengeluarkan darah. Belum lagi celana sekolah bagian lututnya sobek akibat gesekannya dengan aspal.

"Mas, saya bener-bener minta maaf, saya ganti rugi buat pengobatan, atau—"

"Gak papa, Mas. Lain kali hati-hati, untung yang terserempet saya, kalau anak kecil gimana?" tanya Bintang.

After we met [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang