S e m b i l a n b e l a s

3.1K 689 149
                                    

"Oh iya, cowok tadi minta aku lamar kamu. Kamu sendiri, kalau aku lamar mau gak, Sil?"

Silva menatap ke arah Rega kaget, "Maksudnya?"

"Gini loh, Sil. Sebenernya, saya udah lama suka sama kamu. Dari awal saya lihat kamu, kamu itu kerja keras banget buat bangun laundry kamu."

"Setelah kita semakin deket, kamu sering cerita tentang kehidupan kamu kayak apa, saya malah makin tertarik sama kamu. Maaf udah lancang naruh perasaan saya buat kamu, Sil," sambung Rega.

Silva diam, gadis itu tak menjawab sama sekali. Ia bingung apa yang harus ia katakan.

"Saya gak berani ngajak kamu pacaran karna saya yakin kamu gak mau. Makannya, saya milih buat lamar kamu aja, kamu mau gak jadi Isteri saya?"

Rega tersenyum kecut, pria itu mengangguk pelan, "Kamu gak mau ya? Saya—"

"Mas, ini terlalu mendadak. Saya tahu niat Mas baik, tapi … boleh kasih saya waktu? Pernikahan itu bukan hal main-main, saya gak bisa ambil keputusan secepat itu."

Raga mengembangkan senyumnya, apa itu artinya … ia memiliki kesempatan?

Rega mengangguk. "Iya, saya bakal tunggu sampai kamu siap, Sil."

***

Bintang mengacak rambutnya kesal, perasaannya mendadak tak karuan. Entah mengapa ia tiba-tiba menjadi sensitif begini melihat Silva bersama pria bernama Rega itu.

Bintang menghela napasnya pelan. Ia memilih berjalan ke arah kran air dan membasuh wajahnya.

"Gini, Tang. Selama ini, cewek yang deket sama lo cuman Silva, Crystal, sama Lily. Lo marah cuman gak terima aja temen cewek lo punya temen cowok yang lain. Udah lah, mana mungkin lo suka sama Silva. Lo kan masih belum bisa lupain Crystal," monolog Bintang.

Cowok itu menatap cermin yang menempel di tembok bengkelnya. Ia menatap wajahnya sendiri.

"Muka ganteng tapi ditinggal nikah, kasian banget."

Bintang memilih duduk di kursinya. Meraih ponsel, ia mendengkus kesal melihat story whatsapp Crystal.

Gadis itu tengah mencoba baju pengantin.

Bintang mematikan ponselnya, dan melempar asal.

"Assalamualaikum, karpet merahnya dong! Woi!"

Bintang mendongak, ia berdecak kesal kala mendapati Boby dengan kamera yang menggantung di lehernya.

Jangan lupakan sepatu hijau terang yang membuat penglihatan Bintang silau.

"Waalaikumsalam."

Boby duduk di depan Bintang, Cowok itu tersenyum seraya menaik turunkan alisnya. "Gue ada job di sekitaran sini. Yaudah gue mampir, kebetulan perut gue kosong, ada makan gak?" tanya Boby.

"Gak ada."

"Yaelah pelit amat." Boby menyimpan kamera miliknya di meja.

Ia mengerutkan alisnya melihat wajah sahabatnya yang terlihat kusut.

Bintang menatap Boby balik. "Apaan sih?!"

"Lo kenapa? Muka lo kayak tikus kecemplung got."

"Gak papa."

"Halah! Jujur aja udah, gue temenan sama lo dari orok, Tang. Udah tau banget gue muka lo kalau galau sama—"

"Crystal mau nikah," jawab Bintang cepat.

Boby mengembangkan senyumnya. "Bagus dong, terus kenapa?"

After we met [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang