D e l a p a n b e l a s

2.9K 700 217
                                    

18. Ketus

"Silva, kamu udah di sini?"

Silva dan Bintang sontak mengalihkan pandangan mereka ke arah Ara dan juga Leo yang baru saja datang.

Keduanya berdiri kemudian mencium punggung tangan orang tua Bintang dengan sopan.

"Silva, kalau suatu hari ternyata lo jodoh gue, gue mau minta maaf."

"Maaf karna gue udah pernah ngejar gadis lain sebelum lo."

Kalau, itu hanya kalau. Silva memejamkan matanya kala ucapan Bintang mengiang begitu saja di pikirannya.

Bisa jadi bukan Silva jodoh Bintang, kan?

Silva menggeleng pelan.

"Sil, kamu kenapa?"

Silva mengerjapkan matanya, gadis itu menggeleng kaku. "Silva gak papa, Tante."

"Yaudah, ayo duduk. Kita ngobrol." Ara mengiring Silva untuk ikut bersamanya.

Bintang menghela napas pelan. Cowok itu melirik ke arah Leo yang tengah menatap ke arahnya juga.

"Cantik, ya, Tang. Gak ada niatan buat dilamar?"

"Nggak, Pa. Bintang masih muda," jawab Bintang seraya mendudukan dirinya di kursi.

Tapi, jika saja yang Leo tawarkan itu Crystal, mungkin … Bintang akan menerimanya dengan antusias?

Bintang menggeleng pelan, cowok itu memukul kepalanya sendiri. "Move on, bego!" gumamnya.

"Kenapa kamu?"

Bintang mendongak, cowok itu mengerjapkan matanya beberapa kali. "Oh, nggak, gak papa."

"Cerita aja kali, Tang."

Bintang berdecak pelan. Cowok itu mengehela napas setelahnya. "Bintang udah putusin buat lepasin Crystal. Dia juga mau nikah beberapa minggu lagi."

"Kamu galau?"

"Ya jelas lah, Pa."

Leo tertawa, tangannya terulur mengacak puncak kepala putranya. "Keputusan kamu udah bener. Tinggal diri kamunya, kan udah berani melepas, harusnya berani juga buat buang jauh-jauh perasaan kamu itu, Tang."

"Bintang lagi nyoba, Pa."

Leo mengangguk saja. Bintang memainkan jarinya di atas meja, matanya sesekali mengawasi pergerakan orang-orang yang mengunjungi bengkelnya.

"Betah di Bandung?" tanya Leo.

Bintang mengangguk, "Betah."

"Karna ada Silva?"

"Pa … Bintang gak suka sama Silva."

Bersaman dengan itu, Silva dan juga Ara datang dari arah belakang. Silva mendengarnya, gadis itu tersenyum kecut.

Silva sadar diri, dari dulu sampai sekarang, mana mungkin Bintang akan suka padanya.

Move on dari Crystal yang cantik jelita, seharusnya Bintang mendapat gadis yang lebih dari Crystal. Tidak seperti Silva.

Seharunya, Silva juga tidak kebaperan dengan ucapan Bintang tadi.

"Bintang." Ara menegur Bintang.

Bintang sontak membalikan tubuhnya, cowok itu meringis pelan kala mendapati Silva yang tersenyum ke arahnya.

Bintang jadi tidak enak.

"Tante, Om, Bintang, aku duluan ya. Laundry gak ada yang jaga, Assalamualaikum."

After we met [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang