T i g a b e l a s

2.8K 685 213
                                    

13. Pergi

"Maksud kamu?"

"Maksud gue … lupain." Bintang mengusap wajahnya kasar.

Hampir saja ia menjadikan Silva pelampiasan perasaannya. Cowok itu akhirnya memilih menarik Silva untuk duduk di kursi pedagang mie Ayam.

"Bang, 2 di sini. Dua lagi di bungkus."

"Siap, A Bintang!"

Bintang menghela napas pelan. "Gue suka sama Crystal. Tapi lo tau sendiri gue gak bisa sama dia," ujar Bintang.

Silva mengangguk kaku.

"Dia minta gue buat cari cewek lain. Cewek yang deket sama gue cuman lo, Crystal, sama Lily. Kalau Lily kayaknya gak mungkin, dan gue milih lo. Lo mau bantu gue buat lupain perasaan gue ke Crystal?" tanya Bintang.

Silva ragu. Tapi, biar bagaimanapun Bintang sudah sering membantunya. Masa iya dia tak mau membantu Bintang sekarang?

"Kalau lo gak mau gak papa."

"Aku jelek, Tang."

"Itu bukan masalah." Bintang menatap Silva dalam.

Jantungnya tidak berdetak cepat, secepat ia menatap Crystal. Astaga, sebesar ini efek Crystal untuknya?

"Lo mau?" tanya Bintang.

Silva diam. Gadis itu tidak yakin. Masalahnya, Crystal itu Cantik mana mungkin Bintang bisa melupakan Crystal dengan bantuan Silva yang bahkan sangat jauh di bawah gadis itu.

"Aku miskin, dekil, emang kamu gak malu?"

"Apa lo pernah liat gue perduli sama omongan orang?"

Benar. Bintang tak pernah perduli dengan omongan orang lain.

"Maaf, Bintang. Aku gak bisa."

***

Crystal menatap ke arah langit malam seperti biasanya. Mengenai orang tuanya, mereka masih belum memberi Crystal kepastian soal perceraian mereka.

Jujur, Crystal ingin pulang ke negara asalnya. Ia ingin jauh dari Bintang, ingin cowok itu melupakan Crystal dengan cepat.

"Crystal, ada Papa kamu di bawah."

Crystal memilih beranjak, gadis itu akhirnya mengikuti langkah Riffa yang tadi memanggilnya.

Ternyata benar, di bawah sana, sudah ada Edward yang duduk seraya menatap ke arahnya.

"Mama mana, Pa?" tanya Crystal ketika ia sudah duduk di samping Edward.

"Crystal …."

"Mama meninggal."

Crystal menatap Papanya tak percaya. Tanpa sadar, air matanya menetes membasahi pipi.

"Jangan bercanda, Pa."

"Papa gak bercanda."

Crsyal menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya. Ia menangis tanpa suara.

Edward menarik putrinya ke dalam pelukannya.

Sedangkan Fatur, Dena, Riffa, dan juga Raffa hanya diam menyaksikan.

"Kenapa bisa?" tanya Crsytal.

"Sebenernya, kami udah di Indonesia sejak dua bulan yang lalu. Kami mengalami kecelakaan, Papa selamat. Dan Mama kamu koma, dan dia dinyatakan meninggal hari ini."

After we met [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang