Prilly menatapku tanpa ekspresi. Kutautkan alisku karena terheran dengan sikapnya yang malah mematung saat ku ajak menikah.
"Bagaimana ?" Tanyaku menggenggam tangannya.
Prilly masih terdiam. Dia melepaskan genggaman tanganku berjalan ke arah jendela. Aku mengikutinya penasaran. Sungguh aku tak ingin kata tidak yang akan ku dengar dari mulutnya.
"Aku perlu waktu Ali" ucapnya. Sedikit kecewa memang dengan jawabannya. Hanya saja ini lebih baik dari kata Tidak dan setidaknya aku masih punya harapan.
"Serumit itu kah masalahmu sayang ? Aku mencintai kamu. Selalu. Apa yang harus aku lakukan agar kamu mau menikah denganku ?" Tanyaku dengan nada putus asa.
"Kamu gak perlu melakukan apa-apa. Percayalah aku juga mencintai kamu. Aku perlu waktu untuk berpikir. Pernikahan itu gak semudah membalikan telapak tangan" ucapnya kini menatapku.
"Kamu belum siap ?"
Dia menggelengkan kepalanya. "Bukan itu. Masih banyak yang perlu aku urus. Kamu kasih aku waktu 1 tahun untuk memikirkannya okee" ucapnya tersenyum.
"Terlalu lama 6 bulan." Ucapku mencoba bernegosiasi waktu dengannya.
"Ali Ayolah... 10 bulan." Ucapnya lagi.
"4 bulan." Ucapku mantap.
"Heii kenapa semakin berkurang ?"
"Aku hanya perlu jawaban ya atau tidak prilly. Mempersiapkan pernikahan tentu bukan waktu yang sebentar. Minimal tercepat itu 3 bulan. Dan kamu minta aku nunggu jawaban ya atau tidak itu setaun ? Tidak aku takkan sanggup."
"Kamu bisa menungguku 2 tahun" ucapnya yang berhasil membuatku hampir mengeluarkan mataku menatapnya sarkatik.
"Aku serius. Apa kamu benar benar tega membiarkan aku menunggu lagi hanya untuk bersama kamu. Selamanya ?" Tanyaku serius.
"Hahahahaha..." dia tertawa entah apa yang lucu aku tidak melihatnya. Kali ini tatapannya berubah menjadi tatapan jail.
"Okee.. okee.. haha... aku mau nikah sama kamu." Ucapnya memelukku.
Seketika tawa lepas keluar dari mulutku. Mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya bahwa dia mau menikah denganku ohh tuhan jika ini mimpi jangan biarkan aku terbangun.
"Makasih sayang." Ucapku melihat matanya sambil memeluknya.
Prilly tersenyum. Dia semakin menenggelamkan kepalanya di dadaku dengan mata yang terpejam.
Ya, ku anggap itu adalah sebuah jawaban dengan kata "sama-sama"
"Tapi Li. Bagaimana dengan sinta ?" Tanyanya lagi. Membuat nafas lega yang baru saja ku hirup kembali sesak. Prilly ada benarnya juga. Biar bagaimana sinta pernah mengisi hari hariku saat prilly tidak ada. Aku membuatnya mencintaiku tanpa aku bisa membalasnya. Aku tak boleh membiarkannya begitu saja.
"Jangan pikirin itu. Aku bakal tanggung jawab."
"Tanggung jawab ? Kamu mau menikahinya juga ?" Tanya prilly polos.
Cupp... ku cium singkat bibir tipisnya.
"Jangan Gila !! Aku tak akan pernah menikah dengan siapapun kecuali kamu sayang." Ucapku yakin dan langsung mencium bibirnya.
___________________
Sinta duduk di sebuah bangku taman kantor. Hatinya ingin sekali menangis hanya saja mulai sekarang dia berjanji untuk tidak menangisi Ali lagi. Dia mencoba mengiklaskan ali dengan prilly karena mereka memang saling mencintai. Apa lagi sepupunya itu pernah merelakan perasaannya karena dia tau sinta mencintai Ali.
"Hai sin." Ucap seorang pria yang tak mau sinta dengar lagi suaranya. Suaranya yang membuatnya sudah begitu terluka.
Belum sempat sinta menoleh ke arahnya. Pria itu sudah duduk di sampingnya.
"Maaf.... aku tak pernah bermaksud untuk nyakitin kamu." Ucap pria itu.
Kini sinta menoleh. Ia menangis sekarang.
"Kenapa dulu kamu pergi daniel ?"
Ya. Daniel adalah mantan pacar sinta yang meninggalkannya tanpa kepastian 6 bulan sebelum bertemu ali.
"Maaf sin. Aku tau aku salah. Aku hanya berusaha membuatmu bahagia dengan tidak merepotkanmu." Ucap daniel.
"Merepotkanku ? Dulu aku mencintai kamu daniel. Sumpah. Apapun kamu. Bagaimanapun kondisi kamu saat itu. Aku tetap mencintai kamu. Kecelakaan itu membuatmu memang lumpuh. Tapi lihat sekarang kamu bahkan bisa berjalan normal."
"Maafin aku sin. Aku hanya putus asa dulu. Aku benar benar tidak ingin kamu repot dan malu punya pacar lumpuh"
"Sudahlah. Lupakan. Semuanya sudah terjadi. Aku sudah maafin kamu."
Sinta menghapus air matanya. "Aku duluan." Ucap sinta kemudian pergi meninggalkan daniel.
"Apa lagi ini tuhan ?" Batin sinta.
____________________
"Kamu yakin gamau aku anter ?" Tanya ali pada prilly
"Iya sayang. Gak enak milla udah nunggu di bawah."
"Oke.. tapi nanti kabarin aku ya sayang."
"Iya sayang. Bilang sama sinta aku pergi sama milla yaa"
Ali menganggukan kepalanya. Dia mengantar prilly turun kebawah menemui milla sahabatnya.
"Hai mil." Ali menyapa milla yang sudah menunggu di lobby dengan mobilnya.
"Hai li." Milla pun membalas sapaan ali.
"Ya udah sayang aku jalan yaa." Ucap prilly.
"Kamu hati hati ya. Inget kabarin aku." Ucap Ali mengecup singkat kening prilly.
"Byeee"
Setelah melihat prilly pergi ali memutar tubuhnya untuk kembali keruangannya. Ia melihat sinta menangis dan berlari menuju lift mendahului ali. Sepertinya sinta tidak sadar bahwa ali ada disitu. Ali yang melihat langsung mengejar sinta. "Sinta tunggu. Aku mau bicara" ucap ali yang berhasil menahan tangan sinta.
Ali membawa sinta ke coffe shop yang memang ada di gedung kantor miliknya.
"Ada apa ?" Tanya sinta. Memecah keheningan.
Ali masih terdiam. Dia menatap sinta.
"Sinta aku mau minta maaf. Selama ini mungkin aku sudah salah. Membiarkanmu mencintaiku. Tanpa aku bisa mencintai kamu. Jujur aku berusaha sinta. Tapi prilly begitu berarti untukku. Aku sangat mencintainya." Ucap ali yang sebenarnya bingung ingin membahas apa ?
"Aku tau itu ali. Kamu gak perlu minta maaf. Aku memahami semuanya. Kalian saling mencintai. Aku gak akan jadi penghalang hubungan kalian. Dan..."
"Dan apa ?" Potong ali.
"Dan aku sudah memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan ini."
Ali kini terdiam. Ali sebenarnya senang jika sinta keluar. Karena sinta tak akan melihat kemesraan prilly dan ali lagi yang hanya akan membuatnya sakit hati atau sekedar melihat ali yang akan sulit membuang jauh jauh perasaan cintanya pada ali. Hanya saja hal ini justru akan membuat prilly semakin tak enak.
"Tidak sinta. Aku butuh kamu sebagai sekretarisku. Dan prilly jelas tak akan senang kalo kamu keluar dari sini hanya karena aku dan prilly."
"Aku akan bicarakan dengan illy."
"Tidak sinta aku mohon. Tetap lah disini." Ucap ali lagi.
"Baiklah. Akan aku pertimbangakan" kata sinta. Ali menggangguk lega.
__________________
Haii maaf ya dikit dikit hehehe dan maaf kalo ceritanya gak seru. Jujur aku mulai kehilangan mood ..
Please vote and comment kalian pengaruh banget buat aku.
Love
Racelia
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest Of My Life
RandomSaat aku berdiri disini, di hadapan wanita pujaanku, Tak bisa aku tahan air mataku Bagaimana mungkin aku bisa begitu beruntung, pastilah telah Aku lakukan sesuatu yang benar. Dan aku berjanji akan mencintainya seumur hidupku. "Rest of my life"