Diperjalanan menuju rumah Bunda, Bulan dan Dava sama-sama masih diam. Pasalnya Bulan masih kesal dengan kejadian tadi. Sedangkan Dava merasa bersalah atas apa yang sudah diperbuatnya. Sebenarnya Dava tidak terbiasa dengan keadaan canggung seperti ini, tapi dia juga gengsi untuk memulai percakapan.Tiba-tiba saat Dava sedang fokus mengendarai motornya, seekor kucing lewat didepannya dan otomatis Dava mengerem motornya secara mendadak yang membuat Bulan terkejut dan memeluk Dava erat.
"Dava lo modus ya?!" Teriak Bulan memukul punggung Dava.
"Suuzon mulu dah, tadi ada kucing." Jawab Dava memperhatikan Bulan dari kaca spion.
"Masa? Ko gue ga liat?" Kata Bulan.
"Ya kan lu fokusnya ke gue ga ke yang lain." Dava mulai menggoda Bulan lagi.
"Bacot!!" Ujar Bulan ngegas.
"Btw alamat rumahnya dimana?" Tanya Dava.
"Jalan Mawar No. 10." Jawab Bulan datar tanpa mau menatap Dava.
"Kalo diajak ngomong tu liat orang-nya." Ujar Dava menatap Bulan lekat.
"Gausa ngliatin gue kaya gitu!" Ketus Bulan.
"Dihh masih marah?" Tanya Dava lembut.
"Ya abisnya lo tu ya daritadi bikin gue kesel mulu, dari pas di mall, pas makan, ngatain gue ga peka-lah, ngancem-ngancem gue, selalu sangkut pautin ama syarat yang lo kasih, terus tadi pas di lobi lo buat gue jadi pusat perhatian orang-orang padahal lo kan tau sendiri gue orangnya gimana, gue risih dijadiin pusat perhatian orang-orang, gue ga suka. Dan terakhir lo ngerem motor lo mendadak yang bikin gue kaget!!" Bulan berteriak kesal karena sedari tadi dia menahan amarahnya.
Sedangkan Dava menganga melihat Bulan berbicara panjang lebar dan memarahinya. Jujur, Dava merasa bersalah atas apa yang sudah dilakukan dan ditambah lagi dia tau kalau mood Bulan sedang berantakan. Karena PMS maybe, jadi sedari tadi Bulan sensi dan moodnya berantakan.
"Apa lo liatin gue?!" Tanya Bulan ngegas.
"Serem bet sumpa jadi takut gua." Jawab Dava mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Lu kira gua hantu apa?!"
"Yaallah berikanlah hamba kesabaran." Ucap Dava mengangkat kedua tangannya layaknya orang yang sedang berdoa.
"Dava lu kok nyebelin banget si." Ujar Bulan mengerucut kan bibirnya. Sedangkan Dava mengembangkan senyumnya melihat Bulan yang terlihat sangat gemas.
"Udah cepetan gue udah ditunggin bunda!" Sambungnya lagi kembali dengan muka datar.
"Ntar berenti di martabak kang Asep dulu, tempatnya ada di didepan gang sebelum memasuki jalan mawar." Ucap Bulan lagi dan diangguki Dava.
Kemudian mereka kembali melajukan motornya dan berhenti di Martabak kang Asep. Martabak disini dikenal dengan martabaknya yang super jumbo dan topping yang sangat banyak tak lupa dengan rasanya yang sangat enak. Walaupun begitu harga martabak kang Asep ini tidak menguras kantong. Ini adalah martabak kesukaan Bulan dan keluarganya termasuk juga Bunda dan abangnya, Abby.
"Kang pandan keju 2, red velvet keju kacang coklat 2 sama pisang kacang coklatnya 1 ya." Kata Bulan ramah kepada Kang Asep.
"Eh neng Bulan, iya neng mangga ditunggu." Jawab Kang Asep yang memang sudah mengenal Bulan.
Bulan dan Dava duduk berdampingan dikursi yang memang sudah disiapkan untuk para pembeli yang menunggu.
"Eta teh saha neng? Pacarnya yakk?" Tanya Kang Asep membuat Bulan kaget dan salting.

KAMU SEDANG MEMBACA
BULAN
Подростковая литература. . . Bulan, seorang gadis cantik blasteran Aceh-India ini sangat menyukai semua hal yang bersangkutan tentang hujan dan awan. Selain cantik, Bulan juga seorang gadis yang sangat periang, keras kepala, cenderung lebih menyukai ketenangan, dan hebatn...